Wanita di sebelahnya meliriknya dengan malas. “Kamu jangan mulai lagi, ya. Dia itu sudah banyak masalah. Bisa-bisanya kamu berkata begitu.” “Apa kamu tega melihat dia seperti itu? Lihatlah dia itu. Bagaimana bisa dia bertahan dengan semua rasa sakit yang dipendamnya sendiri? Aku tidak menyangka kamu bisa membiarkannya begitu.” Nandita menghela napas berat. “Terserah kamu berkomentar apa. Selama Malika tidak mengatakan apa pun, kita tidak bisa berbuat apa pun terhadapnya, bukan? Kamu jangan berani mencoba berbuat hal yang tidak masuk akal.” “Semua tergantung keadaan,” balas Drian kesal. Nandita segera melemparinya bantal kursi. Mengejeknya dengan nada sangat tajam tapi cukup santai. “Hentikan! Daripada kamu mengejar istri orang, lebih baik pikirkan saja bagaimana kamu mengatasi semua pa

