Tidak peduli

1061 Words

Penjual itu menyebutkan harganya, tapi Malika tidak bisa mendengarnya. Dia hanya memberikan uang sambil melamun. “Nona! Kembaliannya!” “Ambil saja,” balas Malika malas, dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Dia tidak ada minat sama sekali dengan uang kembalian. Dia bahkan ingin cepat-cepat pulang dan mengepak barang-barangnya agar bisa segera pergi dari Rivaldi. Anggun muncul tiba-tiba, sementara dia pergi? Hahaha! Lelucon apa ini? Malika merasakan kepahitan di dalam dirinya. Dia akhirnya pulang sendirian ke mansion dan bersyukur mereka bertiga belum kembali. Di kamar, Malika melampiaskan kekecewaannya dengan cara menangis. “Dasar pembohong! Benar-benar pembohong! Semua pria sama saja!” maki Malika dengan air mata menetes-netes. Hatinya berdarah tidak tertolong, tapi dia me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD