“Malika?” Malika yang baru saja turun dari taksi tampak terkejut melihat Rivaldi yang sudah berdiri menunggunya di depan pintu gerbang tempat tinggal Nandita. Di sebelahnya juga ada Drian yang cemberut dengan wajah masam. “Loh? Kalian datang ke sini bersama-sama?” tanya Nandita kaget, tidak ingat lagi kalau Malika sedang kabur dari rumah dan seharusnya sedang dicari oleh suaminya. Itu karena dia sangat heran melihat Drian dan Rivaldi bisa akur satu sama lain. “Kenapa kamu ke mari?” tanya Malika dingin. “Aku yang seharusnya tanya, kamu kenapa kabur lagi?” balas Rivaldi kesal, tapi berusaha tetap tenang menghadapinya. “Nandita, berani sekali kamu tidak memberitahuku soal Malika! Kamu anggap aku sahabat atau orang bodoh?” protes Drian dengan wajah marah tertahan. Nandita membuang muka d

