“BRAKKK!!!!” suara hantaman meja yang dipukulkan sebuah tangan kekar membuat beberapa orang berpakaian hitam-hitam itu menunduk takut. Sang pemukul meja yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun itu menatap satu persatu orang di hadapannya. Ruangan pengap dengan penerangan yang minim itu memang tampak usang. Persis seperti sebuah ruangan di bawah tanah, tak ada sinar matahari masuk membuat ruangan itu semakin pengap. Lampu gantung yang berada di atas tak cukup kuat untuk menerangi. Pria berwajah oriental dan bertubuh sedikit gemuk, serta memakai setelan jas itu menyalakan puntung rokoknya, menyesap batang rokok itu dan menghembuskan asap dari mulutnya ke udara. “Mengapa?!” teriaknya memekakkan telinga dengan bahasa Jepangnya. “Mengapa sampai saat ini kalian tidak bisa membunuhn