7 KEBOHONGAN

2670 Words
Sepulang dari makan malam Kimmy hanya menyapa ayah dan ibunya sambil lalu meskipun ibunya sempat memanggil untuk ikut bergabung duduk di sofa. Kimmy hanya ingin segera masuk ke kamarnya untuk menelpon Tristan Murai, dia ingat masih menyimpan kartu nama yang diberikan pria itu dan masih menyimpan benda itu di dalam tasnya. Setelah menumpah isi tasnya karena tidak sabar, Kimmy langsung menyambar benda tipis berwarna hitam mengkilat tersebut dan memasukkan beberapa digit angka kedalam ponselnya. Saat Tristan memaksanya untuk menyimpan kartu nama tersebut kemarin, sebenarnya Kimmy sudah berencana akan langsung membuangnya ke tong sampah begitu Tristan tidak melihatnya. Karena itu Kimmy tidak percaya jika kali ini justru dirinya sendiri yang menghubungi pria itu lebih dulu. Panggilannya langsung diangkat saat deringan pertama. Kimmy pikir bagaimanapun Tristan Murai adalah orang yang sibuk. Makanya Kimmy kaget ketika panggilannya langsung direspon dan ternyata dia belum siap untuk bicara karena tiba-tiba tenggorokannya terasa kaku. Mungkin kebetulan Tristan sedang memegang ponsel. Kimmy coba untuk berpikir santai karena Tristan ternyata juga hanya diam menunggu Kimmy agar menyapa lebih dulu. "Kuharap aku tidak mengganggumu. " "Ya, katakan kenapa kau menelponku? " Ternyata Kimmy agak merinding. Dia tidak tahu jika suara Tristan akan terdengar seperti ini dari telpon. Suaranya masih berat dan Kimmy malah kembali teringat saat pria itu sedang berbisik di telinganya dengan berbagai ajakan kotor. "Katakan kenapa kau meneleponku tengah malam? " Tristan sampai kembali bertanya dan Kimmy mengerjap. Kimmy mulai curiga jika otaknya sendiri yang mulai tidak waras, kali ini. "Apa kau ingin kemari ?" tanya Tristan dan pastinya Kimmy langsung berjengit. "Jangan bermimpi! " "Faktanya kau memang baru saja membangunkanku dari mimpi, " timpal pria itu, masih dengan nada bicaranya yang santai. Mustahil Tristan sudah tidur di jam segini, pikir Kimmy. "Baiklah katakan apa maumu? " "Ingat kita belum sepakat, jadi kenapa kau mengatakan pada tunanganku jika aku akan bekerja untukmu minggu depan." "Aku tahu kau akan setuju," santai Tristan dengan sangat percaya diri. "Omong kosong!"____"kau tidak bisa seenaknya memutuskan sendiri!" " keras Kimmy masih ngeri, karena kembali diingatkan bahwa dirinya harus melakukan perbuatan kotor untuk pria itu. Sepertinya Tristan juga tahu jika Kimmy akan melakukan apa saja untuk tidak kehilangan kekasihnya. "Aku tidak mau bekerja untukmu, apa lagi menjadi b***k s*x-mu! " tegas Kimmy. Baru kemudian Tristan menawarkan posisi staf ruangan untuk sedikit melunakkan gadis itu. Tristan juga menjelaskan jika akan ada beberapa staf lain yang bekerja satu ruangan dengannya. Artinya Kimmy tidak melulu hanya akan terlibat dengan dirinya sepanjang hari. Tristan juga menawarkan gaji yang cukup besar untuk Kimmy. "Tidak aku tidak mau! " keras Kimmy. "Aku berjanji tidak akan mengganggumu di kantor," tambah Tristan,"Kau hanya harus datang padaku jika aku sedang menginginkanmu. " Kimmy benar-benar tidak percaya dirinya mendiskusikan hal macam itu dengan seorang pria. Kimmy bahkan masih merinding untuk sekedar membayangkannya hal apa yang harus dilakukanya untuk pria itu. "Aku tidak main-main, Kim! " tegas Tristan karena wanita itu masih berbelit-belit. Kimmy tahu jika Tristan Murai sedang coba mengingatkan ancamannya. 'Kenapa Tristan tidak hilang ingatan saja!' kesal Kimmy dalam hati karena gadis itu benar-benar sedang tidak bisa berpikir masuk akal. Dia hanya ingin menyelamatkan hubungannya dengan bang Hanif. Hanya itu yang Kimmy inginkan selain membuat Tristan hilang ingatan dan melupakan semua hal tentang hari itu. "Tidak untuk minggu depan! " tegas Kimmy yang akhirnya harus terpaksa setuju. "Kekasihmu akan pergi kamis ini. " "Kau memang luar biasa licik! " Kimmy hampir ingin berteriak jika saja tidak segera ingat kalau ayah dan ibunya masih duduk di sofa ruang tengah. "Aku yakin kau juga sengaja mengirim tunanganku ke luar negeri!" "Aku sudah merindukanmu. " "Kau menjijikkan! " "Semua pria membutuhkan s*x, Kim." "Kau punya banyak wanita untuk memenuhi kebutuhanmu. " "Aku sedang menginginkanmu." "Aku bukan p*****r dan aku bukan budakmu! " "Oh, ayolah.... "____" Aku tidak menyuruhmu untuk bekerja paksa, aku mengajakmu bersenang-senang dan aku tahu kau juga menikmatinya." "Kau benar-benar menjijikkan!" "Ingat apa saja yang bisa kita lakukan,saat kita hanya berdua seperti kemarin."___"Terlalu banyak kesenangan yang sepertinya juga tidak akan bisa kau tolak ." "Hentikan, aku tidak mau mendengarnya lagi! " tutup Kimmy sembari mematikan ponselnya lebih dulu. Kimmy baru sadar jika sepertinya memang percuma saja bicara dengan Tristan. Tapi kira-kira apa Tuhan akan mengabulkan jika Kimmy berdoa agar pria itu hilang ingatan. Karena Kimmy benar-benar malu dan jijik tiap kali teringat apa yang telah mereka berdua lakukan. ****** Ini adalah kali ke dua Kimmy mendatangi tempat tinggal Tristan Murai, dan ternyata Kimmy jauh lebih gelisah dari pada sebelumnya karena dia tahu jelas apa yang harus dia lakukan kali ini. Seorang pelayan membukakan pintu untuknya. Kimmy segera masuk begitu pelayan itu mempersilahkan. Tempat tinggal yang terlalu luas dan sepi hanya untuk dihuni seorang diri. Seperti berjalan di ruang kosong yang luas, kimmy mendengar derap tumit heels-nya yang memantul di lantai. Kimmy kembali merinding mengingat jika dirinya datang ke tempat ini bukan untuk pekerjaan menyapu atau mengepel lantai. Pelayan itu memberitahu jika tuanya masih di kolam renang dan Kimmy bisa langsung menyusul ke sana. Sebenarnya Kimmy masih enggan jika mengingat kejadian beberapa hari lalu saat menemukan Tristan Murai keluar dari kolam renang. Tapi sepertinya Kimmy memang sedang tidak diberi pilihan. Tristan benar-benar masih di kolam renang saat Kimmy datang menghampirinya. "Kemarilah, " pangil pria itu. Walaupun ragu Kimmy tetap berjalan makin mendekat ke tepi kolam di mama Tristan juga sudah menepi dan baru saja menyaruk rambut basah di kepalanya dengan jari. "Kemarilah, bukan berdiri di situ! " Kimmy sempat bingung, apa maksud Tristan dirinya juga harus ikut masuk ke dalam air. "Mustahil!" tolak Kimmy sambil menggeleng. "Aku ingin kau kemari." bahkan kali ini Tristan sengaja merentangkan lengannya. "Aku tidak ingin buang-buang waktu, sudah cepat selesaikan urusan kita!" Tristan menggeleng. "Kemarilah, " dia belum menyerah untuk membujuk Kimmy agar ikut masuk kedalam air bersamanya. Benar-benar perbuatan yang tidak bermartabat. "Sudah suruh saja aku terlentang di salah satu ubin rumahmu atau di manapun agar aku bisa cepat pulang!" "Kau sangat konyol, " acuh Tristan menanggapi ketidak sabaran Kimmy yang tidak masuk akal. "Tunggu saja di situ jika kau tidak mau bergabung denganku!" "Aku akan menunggu di tempat lain!" acuh Kimmy menanggapi kekesalan Tristan. Tanpa perlu menunggu persetujuan pria itu, Kimmy langsung naik sendiri ke lantai dua duduk di sofa putih gading melengkung yang kebetulan juga menghadap ke kolam renang. Kimmy melihat Tristan yang masih berenang beberapa kali. Kimmy pikir seharusnya Tristan layak menjadi atlit jika berenang seperti itu. Tidak lama Tristan menyusul Kimmy naik kelantai dua. Dengan masih mengenakan handuk yang hanya menggantung rendah di pinggang Tristan berjalan tenang menghampiri Kimmy. Pria itu terlihat beberapa kali menyunggar rambut basah di kepalanya yang agak panjang di bagian dahi. Tristan masih terlihat santai tapi kenapa justru Kimmy yang tiba-tiba menjadi tegang sendiri. Kimmy segera bangkit dari sofa untuk berdiri dengan sigap dan waspada. "Lepas pakaianmu!" perintah Tristan. Kimmy masih tak menanggapinya serius sampai Tristan kembali bicara, "Ayo kau bilang ingin cepat menyelesaikannya! " "Di sini?" Kimmy masih tidak percaya tapi Tristan hanya tersenyum membenarkan. "Tidak akan ada yang melihatmu, hanya ada kita berdua. Apa bedanya kau telanjang di sini atau di atas ubin kamar mandi, " sindir Tristan mengutip perkataan Kimmy. Kimmy masih tidak bergerak untuk melakukan apapun, mungkin masih syok karena disuruh berbuat tidak senonoh seperti itu. "Apa aku sendiri yang harus membuka kancing bajumu satu-persatu?" Tristan mulai berjalan mendekat. "Tidak!aku bisa melakukannya sendiri!" tolak Kimmy buru-buru dan dia mulai membuka kencing kemeja teratasnya dengan tangan gugup meskipun dia sudah coba untuk memberanikan diri. Bagaimanapun Kimmy tidak ingin terlihat lemah karena tidak mau semakin ditindas. Walau pun dengan yang dia lakukan kali ini artinya Kimmy hanya akan tetap menjadi b***k nafsu seorang Tristan Murai. Kimmy coba mengabaikan perasaan tidak nyaman ketika mulai meleps pakaiannya satu per satu. Lagi pula Tristan juga sudah pernah melucuti pakaiannya. Seharusnya Kimmy tidak perlu malu, apa lagi di depan pria berengsek yang juga tidak tahu malu seperti Tristan. Kimmy pikir lebih cepat lebih baik dan dia bisa segera pulang. Kimmy berhasil menanggalkan pakaian terakhirnya dan melemparnya ke sofa. Tristan terlihat puas memandangi tubuh polos wanitanya. Baru kemudian dia berjalan sambil melepas handuk yang melilit di pinggangnya. Ternyata pria itu sudah tidak memakai apa-apa. Dengan langkah lebar Tristan segera menghampiri Kimmy dan langsung memangut bibirnya. Tangan Tristan meremas pinggul Kimmy yang coba menghindar saat Tristan menempelkan bagian tubuhnya yang keras dengan sangat tidak senonoh sambil tidak berhenti melumat bibirnya. "Kau sangat manis." Tiba-tiba Tristan melepaskannya dan berjalan menuju laci untuk mengambil pengaman. Benar-benar baru kali ini Kimmy melihat pria telanjang tapi bisa mondar-mandir berjalan dengan sangat percaya diri seperti itu. Kimmy pikir sudah tidak ada gunanya malu lagi, Toh mereka sudah sama-sama tak berpakaian dan ini bukan kali pertama mereka akan berhubungan intim. Seharusnya Kimmy tidak perlu cemas lagi. Tapi nyatanya dia masih panik. Semoga saja Tristan segera menyelesaikannya dan ia boleh pergi. Tristan kembali menghampiri Kimmy yang masih berdiri seperti patung manekin tanpa busana. "Apa yang kemarin masih sakit? " bisik Tristan sembari menarik Kimmy ke sofa "Sakitnya akan segera berkurang jika kita semakin sering melakukannya." Kimmy tidak bicara apa-apa karena dia benar-benar tidak sanggup membayangkannya jika dirinya harus terus melakukan perbuatan kotor seperti ini. Tiap kali Kimmy hanya ingin segera berlari pulang, mungkin untuk mengubur dirinya sediri di bawah bantal atau mengupas kulit arinya yang kotor. Saat melihat dirinya sendiri, seringkali Kimmy masih tidak percaya jika kali ini dia sedang berbaring merentangkan kaki di depan seorang pria. "Ayo cepat lakukan...! " rintih Kimmy antara ingin cepat usai dan tidak tahan dipermainkan. Sepertinya Tristan juga sama sekali tidak sedang ingin bermain lembut dengan wanitanya. Kimmy ikut bereaksi dan balas merampas bibir Tristan ketika pria itu mulai kembali merunduk untuk menciumnya. "Maaf, Tuan, ada nona Pamela." "Oh sial!" umpat Tristan. Kimmy tidak tahu dari mana pengurus rumah itu datang. Yang jelas pria itu sudah berdiri di sana menyaksikan Tristan yang masih menunggangi tubuhnya. Kimmy malu sangat malu karena Tristan tidak peduli dengan perasaan Kimmy yang telah dia pertontonkan seperti itu. "Oh b******k! " Tristan kembali mengumpat sambil tiba-tiba mencabut dirinya yang masih sangat keras dan belum usai. Kimmy benar-benar masih kesulitan untuk dapat menata napasnya kembali, dia hanya segera beringsut untuk merapatkan kaki dan mendekap dadanya yang nyeri. "Cepat pakai pakaianmu, " perintah Tristan. "Phillip, antar Nona Kim lewat pintu samping dan suruh supir untuk mengantarkannya pulang." Kimmy segera meraih pakaiannya dan memakainya dengan cepat. "Mari, Nona. " Philip mengulurkan tangan untuk membimbing Kimmy yang mungkin otaknya masih berceceran karena benar-benar tidak menyangka dirinya bakal mendapat perlakuan macam ini. Seharusnya Kimmy senang karena tugasnya usai, tapi ternyata di sisi lain Kimmy justru merasa buruk sangat buruk. Karena selain telah melakukan perbuatan kotor, ternyata dia juga bisa diusir seperti p*****r yang sama sekali tidak ada harganya. Sekarang dirinya juga masih harus mengendap-endap seperti wanita hina. Kimmy merasa bodoh sangat bodoh hingga tak tertolong. Seharusnya Kimmy tidak membiarkan dirinya melakukan perbuatan hina seperti ini. Mungkin kali ini dia memang layak di anggap lebih hina dari seorang p*****r. Karena Kimmy telah menghianati pria sebaik bang Hanif dan masih berpikir dirinya wanita lugu yang hanya sedang tertipu oleh Tristan Murai. Benar-benar omong kosong jika ia tidak mengakui telah ikut menikmati ajakan kotor pria itu. ******* Ini adalah hari pertama Kimmy bekerja di kator Tristan Murai. Sejak terakhir Kimmy di antar pulang oleh sopir Tristan hari itu, Kimmy memang belum pernah lagi bertemu Tristan. Dia hanya pernah dua kali mengirim pesan untuk sekedar mengingatkan hari kerja Kimmy dan tidak membahas hal lain lagi. Seharusnya Kimmy lega karena Tristan sudah tidak menyinggungnya sama sekali, tapi nyatanya Kimmy tetap merasa tidak nyaman setelah kejadian dia merasa dibuang seperti p*****r. Beberapa hari ini Kimmy juga sudah banyak berpikir, karena kalau tidak dirinya pasti juga tidak akan memberanikan diri utuk benar-benar pergi bekerja untuk Tristan. Jika sebelumnya Kimmy hanya banyak pasrah karena kebodohannya. Sepertinya sekarang dia tidak akan membiarkan dirinya seperti itu lagi. Kimmy benar-benar sudah mempersiapkan diri jika memang harus menghadapi Tristan dan bersumpah tidak akan membiarkan pria itu merendahkannya lagi. Hari ini Kimmy datang jam tujuh pagi tepat, karena jika memang dirinya harus bekerja, maka dia akan bekerja secara profesional dan layak untuk dihargai. Kimmy sempat berkenalan dengan beberapa staf lain di ruangannya yang ternyata juga menyambutnya dengan sangat baik. Sepertinya Tristan memang memiliki tim yang solid. Sangat berbeda dengan lingkungan kerja Kimmy sebelumnya. Semua karyawan di sini memiliki antusiasme yang tinggi dalam pekerjaannya. Sepertinya gaji tinggi memang membuat semua orang lebih bersemangat. Tak mengherankan jika tahun ini Tristan Murai masuk dalam sepuluh besar pengusaha muda paling briliant. Prestasi itu dia raih dari kejeliannya mengkolaborasikan bisnis hiburan dan properti yang di nilai sangat cerdas untuk menarik pasar moderen. Gaya hidup masyarakat moderen membuat mereka terlalu sibuk untuk bisa mendapatkan hiburan dan sekedar refreshing dari penatnya pekerjaan. Mereka butuh sesuatu yang praktis dan dapat di temukan di hunian mereka sendri tanpa perlu kemana-mana. House of resort, adalah tema yang mereka usung untuk properti yang mereka tawarkan tahun ini. Kimmy juga baru tahu jika gedung pencakar langit di mana tempat tinggal Tristan itu juga merupakan project perusahaannya, sebagai life style baru yang yang ditawarkan untuk pasar Asia Tenggara. Kimmy tidak melihat Tristan hari itu karena menurut Jacline, Bos mereka sedang berada di luar negeri sejak beberapa hari lalu, karena biasanya Tristan juga memang lebih sering berada di luar negeri. Jujur Kimmy agak terkejut karena tidak tahu jika kemarin Tristan mengirim pesannya dari luar negeri. "Jangan kecewa, karena dia akan kembali besok," tambah Jacline, mengoreksi ekspresi bengong Kimmy. "Bukan begitu, aku hanya penasaran," kilah Kimmy buru-buru dan Jacline hanya tersenyum. "Biasanya karyawan baru sering penasaran dengan bosnya. " Jacline menyeringai ngeri pada Kimmy. "Apa dia buruk?" iseng Kimmy sekedar bertanya agar terlihat normal. Seharusnya dia memang sudah tahu siapa Tristan Murai. Tapi seperti apa pria itu saat di kantor pasti akan berbeda jika kita mendengar sendiri dari para karyawannya. "Walaupun luar biasa tampan kau pasti akan berpikir ribuan kali untuk jatuh cinta padanya, terlebih setelah kau sudah duduk lebih dari tiga bulan di meja ini. " Melihat ekspresi Jacline saat menceritakan bosnya membuat Kimmy tidak tahan untuk tidak tertawa. "Sumpah, aku pernah terpesona di hari pertama, ingin muntah di minggu kedua dan nyaris resign di akhir bulan pertama! " "Apa semengerikan itu? " "Untung dia mengajiku mahal jadi aku tidak jadi resign." Jacline tertawa hingga matanya yang sipit semakin menyipit. Jacline adalah gadis berwajah oriental yang kubikelnya hanya berjarak skat rendah sebatas d**a dengan Kimmy, jadi mereka masih bisa tetap ngobrol jika pun sambil menghadap ke depan monitor. Kimmy senang karena bisa langsung menemukan teman sebaik Jacline, dia sangat welcome dan banyak membantu Kimmy di hari pertama kerjanya. "Kudengar kau sudah bertunangan?" Kimmy mengangguk. "Selamat, karena tidak sedikit wanita norak di lantai ini yang juga suka mengejar-ngejar kekasihmu. " "Kau juga kenal bang Hanif? " tanya Kimmy agak terkejut. "Dia populer dan aku tidak. Aku kenal tunanganmu tapi dia belum tentu sadar pernah melihatku. " Kimmy kembali tertawa menanggapi lelucon teman barunya yang entah sudah berapa kali membuatnya selalu ingin tertawa di sepanjang pagi ini saja. "Beberapa hari lalu banyak yang bergosip jika tunangannya akan bekerja di sini. " Jacline sengaja mengedip jahil pada Kimmy. "Oh, aku tidak percaya mereka sudah membicarakanku, " Kimmy merasa malu karena merasa sangat tidak pantas menjadi bahan pembicaraan. "Kuharap mereka semua sadar jika sangat tidak layak mengejar pria yang sudah bertunangan. Jujur saja aku sering muak dengan tingkah wanita-wanita tidak tahu malu seperti itu. " "Nanti akan kutunjukkan yang bernama Gisella, " tambah Jacline sembari memelankan suaranya. "Sepertinya kami pernah bertemu, " kata Kimmy, yang sepertinya juga belum lupa dengan wanita super seksi yang sempat menghampiri bang Hanif di malam saat mereka di klub. Jacline sempat mengoreksi Kimmy, sebelum kemudian dia bicara, "Sepertinya p*****r itu memang bukan seleranya, Hanif lebih menyukai wanita yang lebih alami sepertimu. " Kimmy masih ingat seperti apa wanita bernama Gisel itu. Jujur saja dia memang cantik dengan kulit glowing dari ujung rambut sampai ujung kaki, tipe wanita blink-blink dengan perawatan super mahal yang tidak terjangkau untuk sembarang lelaki. "Kudengar tunanganmu dipindah tugaskan ke Singapore?" Kimmy hanya mengangguk dengan ekspresi lesu. "Tenanglah aku yakin dia pria yang setia, buktinya tunanganmu itu memang tidak pernah menghiraukan mereka semua." "Kau beruntung, Kim!" tanbah Jacline. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD