8 CURANG

2134 Words
Ini adalah hari ke dua Kimmy bekerja, dia berangkat pagi seperti kemarin. Tapi sepertinya kali ini dia kalah pagi dengan Jacline. Kimmy langsung berjalan menghampiri kubikelnya. "Tristan jadi akan pulang hari ini dan akan langsung ke kantor," kata Jacline sembari sibuk mengetik. "Dia tidak akan suka jika kita terlambat menyiapkan semua keperluannya." Tentu Jacline tahu semua jadwal kegiatan Tristan karena memang itu pekerjaannya, yaitu mengatur date line dan semua jadwal pertemuannya dengan klien. Sementara Kimmy bertugas untuk membantunya reservasi tempat, mengurus semua keperluan rapat dan semua akomodasi kegiatan Tristan di luar kantor. "Dia akan bertemu klien setelah jam makan siang, dan akan makan malam bersama Pamela sekitar jam delapan malam. Aku sudah mengirim alamat ke E-mail-mu sebaiknya segera hubungi hotel dan restonya untuk reservasi. Kimmy mendengarkan rentetan penjelasan Jacline yang sudah seperti petasan tahun baru Cina yang tidak habis-habis. Kimmy sempat bengong sebelum kemudian melihat kesekeliling. Nampaknya semua orang jadi sangat sibuk saat Tristan kembali. Sepertinya memang bukan waktunya untuk bersantai, Jacline juga sudah tidak sempat lagi untuk sekedar bercanda seperti kemarin. Semua staf di ruangan itu adalah asisten Tristan ada yang bertugas mengatur jadwal seperti Jacline, ada yang mengurus Email dan pesan-pesan untuk Tristan. Ada juga tim penyeleksian khusus laporan media dan laporan seluruh perusahaan dan masih banyak lagi tim yang membantunya. Dari situ Kimmy tahu jika tidak ada orang yang bisa hebat seorang diri. Tristan bisa mendapat penghargaan dan pujian atas kejeniusannya itu juga atas kerja keras mereka semua. "Apa harus VVIP dengan view menghadap laut? " tanya Kimmy sambil mencermati semua rincian Email yang baru dia buka. "Ya, " jawab Jacline dari sebrang kubikel. "Tidak ada meja yang kosong. " "Dapatkan saja bagaimanapun caranya. "_____ "Mungkin Tristan tidak peduli jika pun harus menghadap dinding, tapi Pamela tidak akan suka jika tidak seperti keinginannya." Dari situ Kimmy tahu jika Jacline adalah orang yang paling tahun perangai Tristan dan wanitanya. Pantas jika dia sampai mual dan ingin resign menghadapi kemauan yang aneh-aneh seperti ini. Kimmy benar-benar tidak habis pikir ketika berulang kali mencermati tugasnya hari ini. Tristan datang jam delapan tepat dan langsung masuk ke ruangannya, tanpa menghiraukan siapapun, apalagi melihatnya. Sebenarnya ruangannya hanya bersekat kaca sama seperti ruangan-ruangan yang lainya di sepanjang lorong lantai itu. Jika mengingat pesan Tristan yang beberapa kali mengingatkannya kemari, Kimmy pikir pantasnya dia peduli jika dirinya sudah benar-benar bekerja. Sebelum jam makan siang Kimmy melihat Pamela mendatangi ruangan Tristan dan langsung masuk begitu saja tanpa menghiraukan resepsionis di depan ruangannya. Nampaknya semua orang juga sudah sangat biasa, sampai tidak ada yang menghiraukannya. Nampaknya Tristan memang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan wanita itu. Kimmy sendiri tidak berani bertanya pada Jacline, karena pasti akan kedengaran aneh jika dirinya terlalu banyak ingin tahu di hari keduanya bekerja. "Aku khawatir jadwal pertemuannya akan tertunda dan kau perlu mereservasi ulang ," kata Jacline sembari mengigit ujung bulpennya saat menungu reaksi Kimmy. "Omong kosong! aku sudah susah payah untuk memboking tempatnya," desis Kimmy, luar biasa tidak percaya jika pekerjaannya harus berakhir sia-sia hanya karena Pamela yang bisa datang dan pergi seenaknya. Pamela sudah hampir dua jam di dalam ruangan Tristan, entah apa saja yang mereka lakukan berdua. Kimmy tidak mau membayangkan tapi mulai menggerutu karena harus mereservasi ulang. Padahal mereka sudah mengatur jadwal makan malam, tapi mungkin Pamela yang tidak sabaran sampai menyusul lelakinya di jam kantor. Walaupun sudah hampir seminggu tidak bertemu rasanya benar-benar menjijikkan berbuat seperti itu di dalam ruangan kantor. Kimmy merinding karena jadi teringat kalimat kotor Tristan tentang apa saja yang bisa dilakukan pria dan wanita dalam ruangan tertutup. Tristan berengsek dan wanita jalang memang pasangan yang serasi, kesal Kimmy dalam hati karena tiba-tiba ingin sekali memaki. "Kau akan mulai terbiasa setelah satu minggu," kata Jacline untuk mendorong semangat Kimmy. "Atau mungkin aku akan resign, " balas Kimmy yang masih sibuk kembali menghubungi pihak resto dan hotel. "Jangan resign karena sepertinya aku suka bekerja denganmu, " tambah Jacline, "orang yang sebelumnya Tristan keluarkan karena dia anggap tidak becus. Padahal menurutku dia hanya mencari-cari alasan karena ingin menempatkanmu di sini. " Baru kali ini Kimmy mendongak untuk melihat Jacline. "Aku yakin Hanif yang meminta agar kau bisa bekerja di sini. Karena itu kupikir Tristan tidak akan marah atau memecatmu, karena dia sangat menyukai tunanganmu. " "Apa itu juga yang mereka bicarakan tentangku? " tanya Kimmy khawatir, bagaimanapun dia tidak mau di anggap tidak kompeten hanya karena koneksi dari bang Hanif. "Abaikan saja mereka semua, anggap mereka hanya iri karena kau cantik. " "Apa itu juga yang kau lakukan untuk bertahan di sini? " Kimmy malah balas bertanya. "Tidak, tentu aku tidak bisa berpura-pura sok cantik untuk mengabaikan mereka." Tawa Jacline berhasil sedikit mengurai kekesalan Kimmy dan mereka kompak tertawa pelan. Akhirnya Pamela keluar juga dari ruangan Tristan dan Kimmy masih memperhatikannya. Pamela memang luar biasa cantik, dia juga sangat modis dan pastinya mengenakan semua brand mahal dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wajar jika dia bisa berjalan seperti mahluk beda kasta dengan semua pekerja Tristan yang dilaluinya. Tak lama nada bib pengingat pesan Jacline menyala, Kimmy yakin jika itu dari Tristan karena setelah itu Jacline langsung kembali sibuk ke layar monitornya. "Batalkan reservasi untuk makan malamnya, " kata Jacline tanpa menoleh Kimmy karena dia sepertinya juga masih sibuk menulis pesan. "Oh, yang benar saja...." Rasnya Kimmy ingin bunuh diri saja sekarang dari pada dia harus membayangkan membatalkan pesanan yang sudah dua kali dia ganti jadwal. "Mereka minta tagihan full, " kata Kimmy. "Setujui saja dan kirim laporannya padaku. " "Meetingnya juga di batalkan, " tambah Jacline. Kimmy sudah tidak berkomentar dia hanya melemaskan punggungnya agar tidak struk mendadak hanya gara-gara bekerja dua hari sebagai asisten Tristan Murai. Kimmy keluar dari kantor tepat pukul lima sore berniat langsung memesan taksi untuk pulang. Baru saat itu Kimmy membaca pesan dari Tristan. [Kutunggu di gedung parkir lantai B] ***** Rasanya Kimmy menyesal sudah membaca pesan tersebut, seharusnya dia pura-pura tidak tahu saja. Karena kesal ingin melempar ponsel dan menginjak-injaknya sampai hancur. Kimmy jadi lupa untuk melihat sejak kapan pesan tersebut di kirim Tristan. Karena ketika sampai di gedung parkir dan sedang bingung menengok kesana kemari untuk mencari tahu yang mana mobil Tristan. Pria itu malah sudah membuka pintu lebar dan berterik, "Apa saja yang kau lakukan!" Sepertinya Tristan kesal karena sudah terlalu lama dibiarkan menunggu. "Ya, kenapa? " balas Kimmy masih terlalu santai. "Pulanglah bersamaku. " Kimmy masih diam berdiri karena sebenarnya dia juga masih kesal dan sempat membayangkan jika dirinya benar-benar menginjak-injak ponselnya sampai hancur pasti Tristan tidak akan bisa lagi menyuruhnya sesuka hati lagi seperti ini. "Ayo cepat masuk apa kau ingin orang melihat kita." Tanpa sempat berpikir kimmy buru-buru melompat masuk kedalam mobil Tristan karena ternyata dia juga tidak mau menjadi bahan gosip baru lagi. Setelah Kimmy duduk di dalam mobil, barulah Kimmy menoleh untuk menatap Tristan. Pria itu hanya menyunggingkan senyum miring yang tiba-tiba terlihat jahat walaupun sebenarnya dia tampan. "Aku ingin menyelesaikan yang kemarin tertunda." Tristan sudah menjalankan mobilnya, dan Kimmy tidak bicara apa-apa. Sepanjang jalan sebenarnya Kimmy hanya merasa ngeri memikirkan apa yang masih harus dilakuknya lagi untuk pria itu. "Kenapa kau diam saja, apa kau ada masalah? " tanya Tristan ketika menoleh Kimmy. "Kau lah masalahku! " ketus wanita itu. "Hemm... " Tristan kembali kedepan setirnya tanpa bicara apa-apa menanggapi sikap kekanak-kanakkan Kimmy. "Aku bukan istrimu atau siapa-siapamu, kenapa aku harus melayanimu? " Baru saat itu Tristan menoleh Kimmy lagi untuk memperhatikan wanita itu dengan lebih serius. "Aku manusia, bukan benda s*x!" "Kupikir kau juga menyukainya," santai Tristan. "Omong kosong! " _____ "aku adalah wanita yang sudah bertunangan, dan aku mencintai kekasihku. Sampai kapan kau akan berbuat seperti ini padaku? " Karena Tristan masih diam jadi kesempatan Kimmy untuk melanjutkan omelannya. "Aku perlu kepastian, bukan berarti kau bisa asal memerasku. Bahkan p*****r pun berhak untuk di bayar! " tegas Kimmy ketika menatap Tristan dengan berani. "Katakan berapa aku harus membayarmu! " "Tidak ada uang yang sanggup membayarku, meskipun dengan seluruh hartamu. Karena aku sudah melakukan perbuatan yang ribuan kali lebih buruk dari yang sanggup dilakukan oleh seorang p*****r untukmu! " "Aku sudah menghianati pria yang kucintai, membiarkanmu menyetubuhiku seperti hewan kotor yang bahkan bisa kau pertontonkan di depan mata pegawaimu. Dan kau juga bebas menbuangku seperti makanan sisa kotor setelah itu !" tegas Kimmy dengan rentetan panjang kekesalan yang sudah coba dia tahan beberapa hari ini. "Baru kali ini Tristan berhenti dan menepikan mobilnya!" Kimmy tidak perduli jika pria itu akan murka. "Katakan berapa kali lagi aku harus melayanimu! " tegas Kimmy tidak mau mengalah dengan ketegasannya. Tristan menatapnya kaku tidak bergeming dan Kimmy tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria itu. "Akan kuberikan apapun yang kau mau? " "Aku hanya ingin lepas darimu! " "Aku tidak bisa! " tegas Tristan. "Omong kosong! kau bisa mendapatkan wanita manapun untuk kau tiduri," muak Kimmy, "aku hanya tidak ingin terus menjadi budakmu! " "Aku tidak menganggapmu seperti itu." "Aku tidak perduli dengan anggapanmu, karena perbuatanmu yang sudah menjadikanku seperti itu!" "Maaf jika aku membuatmu merasa seperti itu. " "Aku akan menjadi milikmu untuk malam ini, tapi setelah itu lepaskan aku. Carilah wanita lain, karena aku hanya ingin menjadi wanita baik-baik," tegas Kimmy, "Hanya itu tawaran terbaik yang aku punya untukmu !" Kimmy sendiri tidak percaya jika ternyata dirinya bisa bicara selancar itu untuk menawarkan dirinya. Tapi dari situ nampaknya Trista jadi berpikir sebentar. "Baik lah," kata pria itu. Sebenarnya Kimmy tidak percaya jika Tristan akan menyetujuinya semudah itu. Bagaimana pun Kimmy tidak bodoh dan tetap harus waspada dengan pria licik satu ini. Tristan membawa Kimmy pulang ke tempat tinggalnya. "Beri aku yang sepadan jika ini akan menjadi yang terakhir. " Kimmy segera melepas pakaiannya lebih dulu dan membiarkannya berceceran di lantai sebelum kemudian berjalan menghampiri pria di depannya dengan berani. ***** "Menginaplah..." Setelah mereka selesai bercinta Tristan masih coba menahan Kimmy agar mau menginap, tapin Kimmy tegas menolak. Tentu dia tidak mau kembali ketahuan pamela dan di usir seperti p*****r jalang. "Aku harus pulang," acuh Kimmy sambil buru-buru kembali mengenakan pakaiannya. "Tolong malam ini saja, jika ini yang terakhir," ulang Trista untuk kesekian kalinya. "Aku tidak mau kekasihmu tiba-tiba datang dan kau mengusirku di tengah malam!" "Kekasih?" Trista heran dan Kimmy diam dengan keterkejutan Tristan yang sepertinya memang tidak sedang berpura-pura. "Maksudmu Pamela?" tanya Tristan dengan memperhatikan reaksi wanita di depannya. Kimmy masih pura-pura mengabaikan Tristan dan lebih sibuk memasang kancing kemeja yang tidak pas-pas dari tadi sampai dia ulang dua kali. "Dia saudariku." Baru saat itu Kimmy terhenti untuk balas menatap Tristan dan untuk benar-benar menilai keseriusan pria itu. "Jangan bilang kau cemburu dengannya?" Ejek Tristan tapi dia hampir tersenyum entah untuk hal apa. "Tidak aku hanya tidak mau dia menemukanku disini," ralat Kimmy buru-buru, "dan aku rasa kau juga tidak mau! " "Dia sedang pulang ke Moskow," santai Tristan menanggapi keseriusan Kimmy, "bukankah kau juga yang sudah membatalkan janji makan malam kami malam ini?" "Luar biasa....!" pekik Kimmy, karena merasa mereka berdua benar-benar bisa sangat seenaknya. "Aku tetap harus pulang!" tegas gadis itu mengacuhkan semua bujuk rayu Tristan Murai untuk kembali merangkak ke atas ranjangnya. "Kenapa?" "Aku punya rumah dan orang tua yang akan cemas jika aku belum pulang selarut ini." Kedengarannya klise, tapi Kimmy pikir seharusnya berguna. Tristan kembali diam, karena kadang dia masih sering lupa jika Kimmy adalah wanita baik-baik tidak seperti mayoritas wanita yang ditidurinya selama ini. "Akan kuantar kau pulang." Agak terdengar aneh bagi Kimmy karena biasanya Tristan memang hanya akan menyuruh supir tanpa mau merepotkan dirinya. "Tidak, aku akan naik taksi saja." "Ini sudah malam berbahaya untuk seorang wanita sepertimu. " "Sebenarnya lebih berbahaya jika aku masih bersamamu! " cemooh Kimmy. "Dan ingat aku wanita yang sudah bertunangan. Aku juga tidak ingin keluargaku bertanya-tanya siapa yang mengantarkanku pulang selarut ini, apa lagi dia seorang pria!" "Katakan saja aku supir taksi online, mereka tidak akan peduli." "Sudah kubilang kau tidak perlu melakukan itu, dan ingat juga jika urusan kita sudah selesai sampai di sini!" "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja sampai di rumah, karena hanya itu yang bisa kulakukan untuk menghargaimu. Untuk yang terakhir dan aku bersumpah tidak akan mengatakan apapun yang pernah kita lakukan berdua." "Termasuk saat kau berbuat seperti tadi, " goda Tristan untuk mengingatkan Kimmy dengan perbuatan kotor yang mereka perbuat barusan. Kimmy tidak mau berkomentar dan membuat pria itu senang karena berhasil mengejeknya. Karena Tristan terus memaksa dan cerewet, akhirnya kimmy setuju diantar pulang. Tristan menghentikan mobilnya di depan rumah Kimmy. "Trimakasih untuk malam ini." "Lupakan saja jika kau benar-benar ingin berterima kasih," jawab Kimmy masih dengan keketusan yang sama. "Apa aku akan melihatmu besok pagi?" Kimmy tahu jika yang Tristan maksud adalah di kantornya. Kimmy belum sempat menjawab ketika Tristan kembali bicara lebih dulu. "Tetaplah bekerja untukku, dan aku berjanji tidak akan mengganggumu, " sumpah Tristan saat menatap Kimmy dengan kesungguhannya. "Kau berhak mendapatkan pekerjaan itu!" Saat itu Kimmy memang belum tahu jika Tristan juga lah yang telah membuatnya kehilangan pekerjaan di tempat sebelumnya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD