Evelyn duduk di tepi ranjang, matanya berkaca-kaca. Hatinya terasa sesak dengan segala tuntutan dan tekanan yang ia alami. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi percuma.
"Lebih baik aku pulang ke rumah ayah dan ibu. Terus di sini, aku bisa gila," gumamnya lirih, suaranya penuh kepastian.
Tanpa ragu, ia segera bangkit dan mengambil koper dari lemari. Tangannya gemetar saat memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya. Ia tak peduli lagi dengan apapun yang akan terjadi. Yang ia tahu, ia harus pergi dari rumah ini sebelum semuanya semakin menghancurkan dirinya.
Setelah semua barang yang ia butuhkan masuk ke dalam koper, Evelyn meraih tas tangannya dan berjalan keluar kamar. Tidak ada niat sedikit pun untuk berpamitan kepada siapa pun. Ia hanya ingin pergi, jauh dari semua te
