Bab 5 - Video Panas

1653 Words
Bagaimana mungkin Joe tidak terkejut saat mendapatkan kiriman video vulgar dirinya saat beraktivitas panas dengan Shenna Amanda, lawan mainnya dalam sinetron stripping yang saat ini sedang berjalan dengan rating yang memuaskan. Joe yakin dirinya sekadar khilaf. Semuanya terjadi begitu saja dan pria itu tidak ingat apa-apa. Joe hanya ingat, dirinya tiba-tiba terbangun dalam keadaan tanpa busana dengan Shenna yang berbaring di sampingnya. Hal itulah yang membuat Joe terpaksa menolak ajakan bercinta dari Moza tadi, padahal istrinya itu sangat cantik dan seksi memakai lingerie yang membuat pria mana pun pasti tergoda. Sungguh, Joe menolak lantaran dirinya masih belum bisa berpikir jernih. Ia masih tak habis pikir bisa-bisanya melakukannya dengan Shenna. “Sial!” umpat Joe dalam hati karena ia mustahil berteriak terlebih Moza di sampingnya sudah memejamkan mata. Perlahan Joe beranjak dari tempat tidur dengan berusaha tidak bersuara. Ia lalu keluar kamar sambil membawa ponselnya. Moza yang belum tidur, sejenak kembali membuka matanya saat sang suami menutup pintu kamar dari luar. Namun, Moza berusaha tak peduli dengan yang suaminya lakukan, sekalipun Moza sebenarnya merasa penasaran sekaligus curiga. “Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Joe?” gumam Moza sambil kembali menutup matanya. Sementara itu, Joe saat ini berada di dapur. Ia menunggu panggilannya diangkat sambil menenggak sebotol air dingin. Sampai kemudian, air di botolnya habis bersamaan dengan suara seorang wanita di ujung telepon sana yang mulai terdengar. “Wow, kamu langsung meneleponku! Luar biasa!” “Apa yang kamu inginkan?” “Bagaimana video-nya, Joe? Permainan panas kita berdua hari ini, bukankah sangat luar biasa? Hal yang membuatku sadar, kamu bukan hanya jago akting … tapi jago di ranjang juga. Aku jadi penasaran, se-berapa sering kamu melakukannya dengan istrimu. Jujur aja, tadi itu kamu nafsu banget sampai-sampai aku mengira Moza nggak pernah ngasih kamu jatah.” “Apa yang kamu inginkan?!” ulang Joe. “Aku ingin kita ketemu besok. Mari bicara tentang apa yang benar-benar aku inginkan secara langsung. Aku nggak mau lewat telepon begini.” “Kamu gila?” “Kamu ambil libur, bukan? Aku juga sama. Jadi, kita akan memanfaatkan waktu libur berharga yang hanya sehari untuk bertemu berdua lalu mengulang adegan panas seperti dalam video. Kalau dipikir-pikir, kita baru pertama banget libur, kan, semenjak tayang perdana?” “Kita memang bertemu setiap hari di lokasi syuting, tapi kita nggak punya alasan untuk bertemu di hari libur.” “Apa video yang aku kirimkan belum cukup untuk menjadi alasan? Haruskah aku sekalian mengirimkannya pada Moza?” “Sial!” umpat Joe. “Sampai ketemu besok. Soal waktu dan tempat, mari pikirkan dari sekarang agar besok pagi kita tahu jawabannya mau ketemuan di mana.” Setelah itu, sambungan telepon terputus. Hampir saja Joe membanting ponselnya saking kesalnya. Sejak awal bertemu, Joe memang sadar kalau Shenna itu cenderung genit dan beberapa kali Joe peka kalau wanita itu berusaha menggodanya. Namun, ia tidak menyangka kalau Shenna akan bertindak sejauh ini. Sungguh, Joe tidak punya niatan untuk selingkuh. Ia juga tidak merasa selingkuh karena nyatanya pria itu memang khilaf setelah Shenna mengajaknya mampir. Sebentar, Joe baru sadar sekarang. Apa Shenna memang sengaja menjebaknya dan sialnya Joe malah masuk ke dalam perangkap wanita itu. Joe pikir Shenna mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya sehingga aktivitas panas pun terjadi tanpa bisa Joe kendalikan. Faktanya memang benar, Shenna menjebak Joe dengan obat perangsang. Joe yakin ini jebakan! Ya, Joe mulai mengingat detail kronologi sebelum dirinya terbangun di ranjang Shenna dalam keadaan mereka yang tanpa busana. Joe ingat betul … sore ini Shenna ikut nebeng pulang lantaran manajer yang biasa bersama wanita itu entah ada di mana. Joe pun tidak keberatan karena Shenna satu arah dengannya. Dan yang terpenting, mereka bukan hanya berdua saja melainkan bersama Ronal juga yang merupakan manajer Joe. Joe ingat saat Ronal mulai mengemudikan mobilnya dalam keheningan karena Joe memilih memejamkan mata, begitu juga Shenna di sampingnya. Sampai kemudian tiba di depan apartemen yang Shenna tempati … Shenna meminta diantar oleh Joe dengan alasan tidak enak badan. Joe sebenarnya sedang lelah dan ingin banyak istirahat, hal yang membuatnya memutuskan mengambil libur satu hari sekaligus izin pulang cepat yakni sore hari padahal biasanya pria itu pulang larut malam. Sampai akhirnya Joe mengantar Shenna ke unit apartemen yang wanita itu tempati di lantai 28. Toh cuma sebentar, kan? Di sana, Joe yang langsung ingin kembali terlebih tidak ingin membuat Ronal menunggu lama di mobil, tapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh Shenna dengan alasan ingin minta tolong satu kali lagi. Seharusnya Joe menolak, tapi ia yang tak tega Shenna memohon padanya, terpaksa membantu wanita itu memasangkan lampu. Joe kemudian disuguhkan minuman. Tanpa rasa curiga, Joe meminumnya sebelum meninggalkan tempat itu. Ia meminumnya demi menghargai Shenna yang telah repot-repot membuatkannya. Namun, saat hendak membuka pintu, pintunya terkunci dan tentu saja Joe kebingungan. Ia mencari Shenna sampai kemudian wanita itu muncul hanya memakai lingerie saja. Bukankah gila? Joe berusaha mengabaikan apa yang dilihatnya. Ia meminta Shenna membuka pintunya. Sayangnya Shenna justru melakukan gerakan sensual untuk memancing hasrat Joe. Selain itu, Joe juga sudah meminum obat perangsang yang Shenna campurkan ke dalam minuman pria itu. Tak ayal, aktivitas panas pun tak bisa terhindarkan dan Joe terbangun menjelang malam, padahal seharusnya ia sudah tiba di apartemennya saat masih sore. Joe yang sempat tidak ingat apa-apa, kini telah mengingat semuanya. Rupanya ini jebakan yang penuh persiapan. Shenna bahkan sengaja merekamnya.... Joe melihat riwayat panggilan di ponselnya. Ternyata Ronal sempat menghubunginya tadi, mungkin karena Joe mengantar Shenna terlalu lama sehingga manajernya itu memutuskan menghubunginya. Mengingat Joe tidak merasa bicara selama lima belas detik dengan Ronal, tentu sudah bisa dipastikan Shenna-lah yang menjawab panggilan Ronal di ponsel Joe. Joe kemudian menghubungi Ronal yang pasti masih bertanya-tanya dengan apa yang terjadi tadi. Tidak butuh waktu lama manajernya itu langsung menjawab teleponnya. “Joe?” “Ya, ini Joe,” balas Joe. “Lo udah nyampe rumah, kan?” “Udah dari tadi, gue juga udah mandi dan baru aja mau tidur,” ucap Joe hati-hati. “Sori ya buat yang tadi.” “Itu yang gue heran, Joe. Kenapa lo tiba-tiba mau mampir di tempat Shenna? Tadi pas gue nelepon, malah Shenna yang jawab. Dia bilang lo lagi di kamar mandi dan bilang kalau lo mau mampir sebentar.” “Iya, tadi ada yang perlu dibahas soal script yang baru aja dikirim. Soalnya besok gue, kan, libur. Dia juga. Jadi langsung bahas aja,” bohong Joe yang sudah jelas sangat mengada-ada. Untuk sementara, Joe tidak ingin ada yang tahu kalau ia sempat dijebak hingga berbuat khilaf dengan Shenna. “Terus lo langsung pulang, kan? Padahal tinggal bilang aja. Gue nggak apa-apa nungguin.” “Enggak apa-apa gimana? Manajer gue juga punya kehidupan pribadi. Kalau lo nungguin gue, bisa-bisa lo terlambat ketemuan sama pacar lo,” kekeh Joe. “Terus gimana cara lo pulang?” “Naik taksi. Udah ya, gue mau istirahat. Gue menghubungi buat ngasih tahu aja kalau gue udah nyampe apartemen dengan selamat bahkan dari tadi. Bye, gue mau tidur sama istri gue tercinta dulu.” Setelah menutup sambungan teleponnya, Joe menuju kamarnya di mana sang istri kini posisinya berbaring menyamping, membelakangi tempat kosong yang merupakan tempat Joe biasa berbaring di sana. Pelan-pelan, Joe naik ke tempat tidur dengan berusaha tidak membuat gerakan yang berpotensi mengganggu tidur istrinya. Ah, Joe tidak tahu saja kalau sebenarnya Moza belum benar-benar tertidur. Ya, istrinya itu hanya berpura-pura tidur. Setelah ikut masuk ke dalam selimut, Joe kemudian berbaring menyamping, menghadap ke arah sang istri yang memunggunginya. Dengan hati-hati, Joe memeluk Moza dari belakang. Sedangkan Moza membiarkannya. Ia tetap bersikap seolah-olah sudah tidur. Ia membiarkan Joe memeluknya dengan hangat. “Maafkan aku, Sayang. Maafkan aku,” gumam Joe. “Aku mencintaimu,” lirih Joe melanjutkan. *** Keesokan harinya…. Setelah berpamitan pada Joe yang bilangnya mau lanjut tidur, Moza keluar dari unit apartemen yang mereka tinggali berdua. Moza lalu berjalan menuju tempat lift berada. Setelah menekan tombolnya, Moza menunggu selama beberapa saat sampai lift datang. Tidak butuh waktu lebih dari tiga menit, lift datang dan pintunya langsung terbuka. Moza bersiap masuk ke lift bersamaan dengan seseorang yang hendak keluar. Sekalipun seseorang itu memakai hoodie dan masker yang menutupi wajahnya, tapi Moza bisa membedakan kalau yang berpapasan dengannya adalah seorang wanita. Moza sengaja mengalah dengan memberikan wanita itu jalan, setelah wanita itu keluar barulah Moza masuk. Tunggu, kenapa Moza seperti melihat dirinya sendiri? Maksudnya, setiap ingin pergi ke suatu tempat dan tidak ingin ada yang mengenali, Moza terkadang berpenampilan seperti wanita tadi. Apa wanita itu artis yang sengaja menyamar? Namun, Moza akan sangat kurang kerjaan jika memperhatikannya. Terlebih pintu lift sudah tertutup. Moza yang hanya sendirian di lift, menekan tombol sehingga mulai bergerak membawanya turun menuju basemen. Sely sudah menunggunya di dalam mobil. Sementara itu, dugaan Moza tadi memang benar bahwa seseorang yang memakai hoodie dengan penutup kepala serta memakai masker adalah seorang perempuan. Tebakan Moza juga sangat tepat bahwa yang dilihatnya adalah artis. Shenna Amanda, saat ini sedang berjalan sambil menatap ke arah ponselnya. Ia berjalan ke depan apartemen Joe. Belum sempat menekan bel, pintu sudah terbuka. “Kamu gila?!” marah Joe sambil menarik Shenna masuk. Shenna malah tersenyum. “Kenapa aku disebut gila hanya karena ngirim chat kalau aku udah di lift?” “Aku setuju kita bertemu, tapi aku nggak setuju kalau di apartemenku!” “Kenapa? Istri kamu ada di sini?” tanya Shenna dengan santai, seperti orang tak berdosa. “Kamu pikir aku nggak tahu? Istri kamu lagi pergi. Tadi berpapasan sama aku.” “Oke, kalau begitu sekarang apa yang ingin kamu katakan? Katakanlah sekarang lalu pergilah dari sini!” Shenna tersenyum kemudian mengambil posisi duduk di sofa dengan sangat anggun. Ia juga sudah membuka masker dan penutup kepala hoodie-nya. “Katakan sekarang!” Joe tidak sabaran lantaran ingin Shenna segera pergi. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan sampai berani menjebakku?!” Jeda sejenak. Shenna kemudian berbicara, “Aku ingin … kamu menceraikan Moza.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD