Bab 6 - Ajakan Selingkuh

1771 Words
Sejujurnya Moza masih kesal pada Joe tentang semalam. Namun, ia tidak punya energi untuk bertengkar sehingga tadi sebelum berangkat Moza masih sempat-sempatnya menyiapkan sarapan untuk suaminya itu. Moza bahkan pamit seperti biasa dengan mencium tangan Joe. Seolah-olah semalam tidak ada penolakan yang Joe lakukan. “Moz…,” panggil Sely yang membuat Moza terkesiap. Saat ini Sely memang sedang mengemudikan mobil dan Moza duduk di kursi belakang. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Lolapo Entertainment, rumah produksi yang sedang menggarap film Bos Dingin itu Mantanku. “Hmm?” balas Moza. “Kamu udah pelajari naskahnya?” “Udah,” balas Moza. “Aku mempelajarinya semalaman karena kebetulan nggak bisa tidur.” Tadi malam Moza tidak bisa tidur gara-gara Joe sangat membuatnya kesal. Saat Joe terlelap, Moza akhirnya memutuskan mempelajari setiap detail naskah skenario yang menurutnya memang menarik. “Kenapa nggak bisa tidur, Moz?” “Mungkin saking senangnya dapat tawaran lagi, sampai-sampai nggak bisa tidur,” bohong Moza. Mana mungkin ia memberi tahu penyebab sebenarnya yang seharusnya menjadi rahasia rumah tangga? “Ngomong-ngomong pas aku nelepon tadi pagi … aku nggak menduga kalau kamu lagi bikin sarapan. Padahal aku kira kamu masih tidur, makanya aku telepon buat bangunin kamu.” “Joe nggak syuting hari ini, dia ambil libur. Sayangnya aku nggak bisa nemenin dia.” “Oh, pantesan kamu bikin sarapan.” Jeda sejenak. “By the way, hati-hati ya, Moz,” kata Sely lagi. “Hati-hati apa? Joe nggak bakalan punya energi buat aneh-aneh.” “Ini bukan soal Joe, tapi soal kamu,” balas Sely, masih sambil mengemudi dengan kecepatan sedang. “Iya, kamu yang harus hati-hati, Moz,” tambah manajernya itu. “Kenapa aku harus hati-hati?” “Takutnya kamu baper sama kakak ipar kamu,” kekeh Sely. “Ya ampun, kirain apa,” ucap Moza. “Kamu bertingkah kayak ini pertama kalinya aku main film aja.” “Tapi ini beda. Dia kakak ipar kamu. Pasti ada rasa canggung. Mengingat adegan yang akan kalian lakukan lumayan intim, makanya aku ingetin dari sekarang supaya kamu berhati-hati.” “Makasih Sel udah ingetin. Aku bakalan hati-hati, kok.” Apa? Baper pada Andra yang dulunya sangat Moza benci? Itu mustahil. Sekalipun Andra tidak ingat, tetap saja Moza yakin ini tidak akan lebih dari sekadar akting. Aku mustahil punya perasaan lagi sama Mas Andra…. Sekarang Moza hanya perlu menjalani semua ini dengan sebaik mungkin. Menyelesaikan semua proses yang harus dilalui dalam memproduksi film BDIM. Setelah selesai, Moza akan menjalani hari-harinya seperti biasa. Jatuh cinta lagi pada Andra? Oh, tidak bisa! Itu tidak mungkin terjadi apalagi Moza sudah punya suami yang sangat mencintainya. Meskipun hanya gumaman, tapi tadi malam Moza bisa mendengarnya dengan jelas saat Joe memeluknya dari belakang. Joe mengatakan sangat mencintai Moza dan Moza yakin suaminya itu sangat merasa bersalah karena penolakan yang telanjur terjadi. Ah, lagian sejak dulu Moza dan Joe saling mencintai. Bukankah itu alasan mereka menikah? Untuk sekarang, Moza akan menganggap harus berhadapan lagi dengan Andra merupakan sebuah rintangan. Rintangan yang harus ia lalui agar membuatnya bisa kembali bersinar terang seperti dulu lagi. “Oh iya hampir lupa….” “Apa lagi, sih, Sel?” “Kamu nanti pulangnya sama Andra.” “Hah?” “Tadi aku dihubungin Andra, katanya mulai sekarang kalian berdua mesti sering berinteraksi. Jangan lupa … selain latihan, kalian juga harus membangun chemistry.” “Kenapa Andra selalu menghubungi kamu secara langsung? Memangnya dia nggak punya manajer?” “Punya, kok. Cuma memang menurutku Andra ini termasuk aktif.” Sely berbicara lagi, “Aku yakin kamu lebih paham, sih, soal gimana caranya membangun chemistry. Jadi ingat waktu kamu sama Joe dulu, kalian sering bersama dan ujung-ujungnya cinlok.” Moza masih terdiam. “Tapi setelah dipikir-pikir … ada untungnya juga, sih, kalian saudara ipar. Kemungkinannya lebih kecil buat cinlok apalagi selingkuh.” “Nah itu kamu tahu, Sel. Tapi bisa-bisanya kamu tadi bilang hati-hati barangkali baper. Ya kali aku baper sama kakak ipar sendiri? Konyol banget.” Sely kemudian tertawa. Setelah itu, Sely kembali sibuk mengemudi sedangkan Moza mulai asyik berselancar melihat-lihat unggahan para following-nya di media sosial. *** “Haruskah aku ulangi? Aku ingin kamu menceraikan istri kamu, Joe. Ceraikan Moza.” “Kamu sinting? Itu keinginan yang nggak masuk akal!” ucap Joe. “Astaga! Kenapa kamu melakukan ini padaku?” Joe sama sekali tidak menyangka bahwa tindakannya bersedia pulang bersama Shenna kini malah menjadi bumerang untuknya. Andai tahu Shenna akan menjebaknya, tentu Joe akan menolak mentah-mentah saat wanita itu ingin ikut pulang bersama. Sekalipun satu arah, Joe tetap tidak akan bersedia. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah kacau dan Joe tak tahu bagaimana cara memperbaikinya. “Jadi kamu nggak mau menceraikan Moza? Hmm, itu artinya Moza-lah yang akan menceraikan kamu. Dia pasti ngamuk melihat video kemesraan kita. Ah, aku masih membayangkan betapa jantannya kamu, Joe. Ah, jadi pengen lagi.” “Pergilah dari sini sekarang juga!” usir Joe. “Maksudnya pergi dari sofa ini, kan? Terus aku ke kasur kamu dan kita kembali bersenang-senang. Padahal di sofa juga enak loh. Mau coba?” “Kamu semakin keterlaluan!” “Ceraikan Moza, please….” “Apa untungnya buat kamu?” “Kenapa bertanya? Tentu setelah itu kamu nikah sama aku. Aku yakin kita akan menjadi pasangan idaman.” “Kamu pikir pernikahan itu mainan? Aku menikah dengan Moza karena kami saling mencintai. Aku nggak bakalan menceraikannya, apa pun yang terjadi.” “Tapi kamu udah ena-ena sama aku. Kamu yakin Moza bakal terima?” Kali ini Joe terdiam. “Meskipun itu hanya jebakan dan misalnya Moza tahu kamu dijebak, tetap aja dia pasti merasa nggak nyaman banget saat suaminya udah celap-celup ke perempuan lain. Sederhananya … ilfeel gitu loh.” Shenna melanjutkan, “Moza pasti kecewa banget suaminya udah bobo sama perempuan lain. Bersiaplah dengan kehancuran rumah tangga yang cepat atau lambat bakalan menyapa.” “Kamu keterlaluan banget.” “Aku bukannya keterlaluan, melainkan penuh ambisi.” “Kamu se-suka itu padaku sampai begini?” “Aku cinta kamu, Joe. Serius.” “Tapi aku udah punya istri. Kamu seharusnya jatuh cinta pada pria lajang.” “Aku maunya kamu!” kata Shenna setengah berteriak. “Sial. Kamu membuatku gila!” “Se-berat itukah menceraikan Moza?” “Bukan berat lagi, aku nggak mampu melakukannya. Jadi, jangan harap….” “Gimana kalau kamu coba dulu?” tanya Shenna. “Coba apa?” “Menjalin hubungan sama aku.” Joe menggeleng. “Sori….” “Pilih menceraikan Moza atau menjalin hubungan denganku?” potong Shenna. “Pilihlah salah satu. Kalau kamu nggak sanggup menceraikan Moza, mari kita menjalani hubungan dulu. Aku yakin kamu bakal lebih nyaman sama aku dan ujung-ujungnya menceraikan Moza. Ya, aku mengalah sedikit, menunggu sampai kamu sadar bahwa akulah cinta sejati kamu.” “Kamu mengajakku selingkuh?” “Ya,” jawab Shenna cepat. “Kenapa? Mau ngatain aku gila lagi?” Joe mengembuskan napas frustrasi. “Tiga bulan. Ya, kalau dalam waktu tiga bulan kamu nggak berpaling cintanya ke aku dan tetap maunya sama Moza terus, aku mengalah.” “Itu kelamaan. Kalau Moza tahu justru semakin kacau.” “Aku jamin nggak akan ketahuan. Tapi kalau kamu menolak penawaran menarik dariku … siap-siap aja, video kita sampai ke tangan Moza. Lihatlah.” Shenna menunjukkan layar ponselnya di mana terpampang room chat antara dirinya dengan Moza yang masih kosong. Kosong? Itu sudah jelas karena mereka memang tak saling mengenal secara pribadi. Bekerja dalam sebuah proyek yang sama pun belum pernah sehingga tidak ada alasan bagi dua wanita itu untuk berbalas chat. Bahkan, sebenarnya mereka tidak saling menyimpan kontak. Entah dari mana Shenna mendapatkan nomor Moza. “Aku keren, kan, bisa tahu nomor hape istri kamu? Apa yang akan terjadi ya kalau misalnya aku klik send video ini?” Klik. Rupanya Shenna tak main-main dengan ucapannya. “Ja-jangan!” teriak Joe. “Ups, beneran terkirim. Tapi Moza belum nge-read, kok.” “Kamu gila? Kamu sungguh mau menghancurkan rumah tangga orang?!” Joe merebut ponsel di tangan Shenna kemudian menarik video yang Shenna kirimkan pada Moza. Melihat Joe sangat panik dan khawatir, Shenna langsung tertawa lantaran merasa menang. “Baru uji coba aja udah panik banget kamu, Joe. Padahal yang aku kirim barusan bukan video kita,” kekeh Shenna. Joe lagi-lagi mengembuskan napas kasar. Ia sangat frustrasi. “Tapi nggak menutup kemungkinan aku kirim video yang sebenarnya loh, Joe. Tentunya kalau kamu bandel. Ngomong-ngomong selain video panas itu, aku juga tahu aib fatal kamu yang bahkan istri kamu nggak tahu. Jadi jangan macam-macam.” “Maksud kamu aib fatal apa?” “Intinya aib yang jomplang banget sama citra yang selama ini Joe Ernando tampilkan ke publik. Jangankan publik, kayaknya Moza pun syok berat kalau tahu sisi gelap suaminya,” jelas Shenna. “Kamu benar-benar.” Joe sampai menggeleng saking tidak habis pikir dengan yang Shenna katakan. “Makanya jangan menolakku. Ayo coba dulu menjalin hubungan sama aku. Kamu nggak tahu betapa aku mempersiapkan segalanya dengan susah payah supaya berada di posisi sekarang? Jadi, jangan buat usahaku sia-sia,” kata Shenna. “Katanya nggak mau cerai sama Moza, caranya ya kita pacaran. Aku jamin kalau dalam tiga bulan kamu nggak kepincut sama aku … aku nggak bakalan nyuruh kamu menceraikan Moza. Aku akan membiarkan kalian bahagia.” Joe masih terdiam. “Kalau begitu, kita pacaran sekarang,” kata Shenna lagi, kali ini sambil mengajak berjabat tangan. Dengan sangat-sangat-sangat terpaksa, Joe menerima uluran tangan Shenna. “Yeay! Aku pacaran sama Joe Ernando, idola banyak perempuan di negeri ini.” Shenna sangat kegirangan. Dalam hatinya berjanji akan menyingkirkan Moza di hati Joe. Ia yakin cepat atau lambat Joe akan bercerai dengan Moza lalu pria itu menjadi miliknya seutuhnya. Shenna selalu berkeyakinan apa pun yang ia inginkan, pasti bisa ia dapatkan. Sementara itu, Joe terpaksa harus menerima ajakan tak masuk akal dari Shenna. Namun, tidak ada jalan lain karena Shenna mengancam akan mengirimkan video sialan itu pada Moza. Itu sebabnya mau tidak mau, Joe harus mengalah sebentar sambil memikirkan bagaimana cara melepaskan diri dari Shenna. Dasar wanita gila! *** Selama lebih dari dua jam meeting, tak bisa dimungkiri Moza mau tidak mau refleks memperhatikan Andra. Pria yang melamarnya sepuluh tahun lalu itu, seolah menjelma menjadi orang yang berbeda. Ini bukan seperti Andra yang Moza benci. Moza sampai bertanya-tanya, apa amnesia bisa sampai mengubah karakter seseorang? Atau Andra memang sudah berubah menjadi jauh lebih baik sekalipun tidak hilang ingatan? Ah, entahlah … yang pasti Moza mustahil terbuai apalagi sampai jatuh cinta lagi pada Andra, tak peduli seberapa tampan, perhatian dan se-hangat apa pun sikap pria itu padanya sekarang. Ya, aku nggak mungkin jatuh cinta lagi padanya…. Tidak boleh!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD