Bab 26

1490 Words

Malam makin larut, restoran makin sepi. Lampu gantung temaram menggantung di atas meja pojok yang mereka tempati. Suasana terasa hangat—bukan karena suhu ruangan, tapi karena diam yang saling dipahami. Vanya dan Samuel duduk berhadapan. Piring-piring sudah hampir kosong, tapi tak satu pun dari mereka terlihat tergesa untuk beranjak. Vanya menyandarkan punggung ke kursi, mengusap pelan lengan bajunya yang masih lembap sisa hujan. Rambutnya setengah kering, sebagian menjuntai ke pundak. Samuel menatapnya dalam diam, memperhatikan detail kecil dari wajah yang pernah ia hafal luar kepala. Kini, wajah itu tampak berbeda—lebih dewasa, lebih terluka, dan... entah kenapa, lebih sulit untuk diabaikan. Ini cuma sandiwara, Van. Ingat itu. Jangan biarkan perhatian kecil membuatmu lupa... dia bukan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD