Bab 28

1489 Words

Malam kian larut saat angin lembut menyapu rooftop kafe tersembunyi di bilangan Cipete. Lampu gantung kecil yang menggantung nampak berayun pelan, menyinari meja kayu bundar tempat Vanya dan Samuel duduk berdampingan dengan pandangan mengarah pada pemandangan kota di atas rooftop. Suasana di sekitar mereka mulai senyap. Pelayan telah mengemasi sebagian meja lain. Hanya tersisa segelintir pengunjung, dan mereka adalah salah satunya. Vanya memeluk tubuhnya, bukan karena dingin, tapi karena ada getaran yang tak bisa ia jelaskan. Jaket yang dipinjamkan Samuel terasa hangat, beraroma khas pria itu—aroma sabun maskulin, kopi, dan sedikit wangi maskapai. Aroma yang dulu pernah sangat familiar. Terlalu familiar. Samuel tidak banyak bicara. Ia hanya duduk, menyesap kopinya yang tinggal setengah,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD