Bab 2

849 Words
Vanya terlihat berjalan santai keluar dari dalam kamar mandi dengan sebauh handuk yang membalut tubuhnya yang setengah basah. Sambil bersenandung ria gadis itu berjalan menuju area walk in closetnya untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan saat pergi bekerja. Di tengah kegiatan memilih pakaian, suara dering ponsel menginterupsi Vanya. Ia segera berjalan menuju area meja rias, dimana di sana dirinya meletakkan ponsel miliknya. “Raisa? Ngapain dia nelpon pagi-pagi gini?” gumam Vanya ketika melihat layar ponselnya dan menemukan nama sahabatnya tertulis di sana. Tanpa menunggu lama Vanya segera menempelkan benda pipih itu ke telinganya setelah menekan tombol hijau. “Halo,” ucapnya begitu panggilan telepon tersambung. “Vanya, lo udah lihat berita yang lagi heboh sekarang nggak?” Vanya tentu saja terkejut mendengar suara sahabatnya yang bertanya dengan menggebu-gebu dan penuh semangat. “Berita apaan sih emangnya?” “Itu loh Samuel Jonathan. Ada skandal heboh tentang dia sekarang. Beritanya bener-bener kacau banget tahu nggak, sampai buat beberapa brand memutuskan membicarakan ulang kontrak kerja sama dia,” jelas Raisa. “Nggak penting lah. Gue nggak peduli sama urusan tuh cowo,” jawab Vanya dengan nada ketus. Namun berbanding terbalik dengan apa yang keluar dari mulutnya, tangannya malah dengan penasaran langsung membuka portal berita untuk melihat skandal apa yang melibatkan pria itu. Mata Vanya tentu saja langsung melotot karena terkejut membaca semua judul berita yang ditampilkan ketika dia mengetik nama Samuel Jonathan di pencarian. Bagaimana bisa pria itu terlibat skandal hubungan sesama jenis dengan asistennya sendiri. Bahkan ada foto yang menunjukkan keduanya tengah berpelukan di sudut ruang ganti artis. “Masalahnya berita ini bener-bener nggak masuk akal loh. Jelas-jelas dia pernah pacaran sama lo waktu kuliah, jadi bisa dipastikan kalau dia itu cowok normal.” Ujar Raisa yang tengah memikirkan berita tersebut. “Tapi lima tahun ini dia nggak pernah berhubungan sama cewek manapun lagi. Apa jangan-jangan dia emang udah mulai menyimpang ya? Gue pernah denger cowok normal bisa aja terpengaruh dan ikut menyimpang kalau terlalu lama bergaul sama orang-orang kaya gitu,” lanjutnya nampak berspekulasi. “Udah lah, males gue bahas masalah ini. Gue mau siap-siap pergi kerja dulu.” Tanpa menunggu jawaban Raisa, Vanya segera memutuskan sambungan telepon tersebut dan meletakkan kembali benda pipih itu ke atas meja. “Makin aneh aja dunia,” gumamnya sambil memasang ekspresi geli. Tidak ingin terlalu memikirkan berita tersebut, Vanya memilih kembali melanjutkan kegiatannya mencari pakaian dan bersiap-siap pergi kerja. Lima belas menit setelah bersiap-siap. Vanya terlihat berjalan menuruni tangga rumahnya sambil memegang sebuah kamera di tangannya. Ia terlihat fokus menonton hasil rekaman beberapa kejadian yang bisa ia gunakan sebagai bahan materi untuk laporan artikel miliknya. “Vanya.” Suara seseorang yang memanggil namanya membuat Vanya segera menghentikan langkah kakinya yang sudah akan melewati ruang tengah rumahnya. Ia segera mengedarkan pandangannya dan menemukan keberadaan Papanya yang tengah duduk santai di sofa ruang tengah. “Papa, kok ada di rumah? Bukannya hari ini ada syuting film terbaru Papa ya?” Tanya Vanya yang mengubah arah langkah kakinya menuju tempat Papanya berada saat ini. Dimas Salvadora, sutradara ternama serta CEO salah satu label perfilman yang cukup besar di Indonesia. Ia nampak menghembuskan nafas panjang menatap putrinya Vanya yang sudah duduk di hadapannya saat ini. “Hari ini syuting diliburkan karena ada kendala di lokasi syuting,” jawabnya. Vanya tentu saja menyadari nada bicara Papanya nampak terdengar pelan dan tidak bersemangat, seakan menunjukkan bahwa ada beban pikiran yang ada di kepala pria paru baya itu. “Papa kenapa? Kayanya ada yang dipikirin ya?” Dimas memberikan anggukan sebagai jawaban. “Salah satu aktor yang berperan dalam film yang papa garap terlibat skandal menghebohkan. Sekarang film yang tinggal melakukan promos dan siap ditayangkan itu terancam gagal karena skandal yang terjadi.” “Skandal Samuel Jonathan?” tanya Vanya. “Ternyata kamu tahu juga berita itu.” “Tahu dong Pa. Apa Papa lupa kalau anak Papa ini wartawan? Bahkan aku lebih update soal berita apapun dibandingkan Papa loh,” ujarnya. Dimas memaksakan senyuman pada putrinya itu. Vanya segera bangun dari duduknya dan berpindah duduk di samping Papanya. Ia memegangi lengan pria paru baya itu dan mengusapnya pelan. “Udah jangan terlalu dipikirin Pa. Berita itu pasti cuma gosip biasa yang nggak akan lama dibahas oleh netizen. Aku yakin itu nggak akan berpengaruh sama penayangan film Papa nanti," ujarnya berusaha memberikan penghiburan. Dimas menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. “Semoga aja yang kamu bilang benar sayang,” jawabnya. “Oh iya, kamu jangan lupa pulang tepat waktu ya hari ini. Ingat kan kamu bakal nemenin Papa ke acara gala premier malam ini?” Vanya mendengus kesal sambil memberikan anggukan pada Papanya. “Iya Pa aku tahu kok. Tenang aja aku bakal nemenin Papa hari ini.” Dimas nampak menghela nafas lega mendengar jawaban putrinya itu. Namun, pria paru baya itu tidak menyadari bahwa gadis yang duduk di sampingnya ini sedang berusaha sekuat tenaga menahan rasa kesal dan dongkol karena harus ikut datang ke acara gala premier tersebut. Vanya bukannya tidak suka pergi ke acara-acara seperti itu. Hanya saja ia sangat malas jika harus bertemu dengan salah satu aktor yang akan datang ke acara Gala premier itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD