Pagi itu Adrian meninggalkan Vanila sendiri di rumah, ia harus pergi ke kantor seperti biasanya. Tapi anehnya, pikiran Adrian malah terfokus pada Vanila terus menerus. Sampai-sampai saat sampai di kantor pun, Adrian tidak bisa memikirkan pekerjaan sama sekali. Mata cantik Vanila sesekali berkedip dengan lambat saat Adrian mulai mendekat, pria itu harus memberi hukuman pada Vanila, karna sudah mengatakan maaf dan terima kasih. "Saya sampai lupa, kemarin hukuman apa yang akan saya berikan ya." Pipi Vanila memerah, ia menggeleng pelan, sebenarnya Vanila juga lupa. Tapi sepertinya dia ingat satu hal, intinya kalau Vanila mengatakan maaf dan terima kasih Adrian akan menciumnya. "Oh, saya ingat." Adrian lalu kembali ke posisinya. Vanila yang sudah berdebar-debar sampai jantungnya seperti