1. Malam Itu

835 Words
“Rey, kamu dimana?” Amelia memanggil Rey yang berlarian di sepanjang koridor ruangan di gedung ini. Ia berjalan cepat untuk menemukan Rey. Anak itu, Rey, masih cukup kecil dan berusia dua tahun memang terlihat sangat lincah saat memutari area ruangan di lantai dua gedung ini. Tapi tak ada yang tahu kalau anak itu bisa naik ke lantai tiga. Amelia sendiri tidak tahu kalau Rey tadi pergi dan lepas dari gandengan tangannya. Sudah ada seperempat jam Rey tak juga ditemukan dan terpaksa melaporkan hal ini pada tim keamanan gedung. “Siapa namanya, Nona?” tanya pihak keamanan sambil terus terus menatapnya tanpa kedip. Ekspresi wajah pihak keamanan menunjukkan rasa simpati padanya sekaligus kagum akan kecantikan dirinya. Tapi, sebagai seorang ibu yang kehilangan anaknya, ia merasa tak begitu penting akan pandangan kagum seorang pria padanya. “Mel, mana Rey?” Wanita bernama Amel itu berkaca-kaca. “Belum tahu, Lidya. Aku sendiri bingung ini,” Orang-orang dari pihak keamanan datang lagi dan langsung memberikan pengumuman kehilangan anak dengan ciri-ciri yang telah disebutkan Amelia tadi. Lidya sahabatnya mengusap bahunya agar tenang dan tak khawatir karena semua akan baik-baik saja. “Pasti ketemu, kok nantinya,” Amelia mengangguk, keduanya duduk di bagian ruang tunggu depan ruang informasi. Sementara itu, di tempat lain seorang pria marah pada bawahannya. Saat sedang memimpin rapat, ada gangguan kecil. Ruang rapat yang sedang berlangsung pertemuan para pemilik saham harus terganggu oleh ulah seorang anak yang menangis keras dan membuat kebisingan yang cukup mengganggu. “Kalian urus dia, jangan sampai kantor ini kemasukan anak kecil lagi. Siapa di antara mereka yang membawa, segera cari tahu dan langsung suruh datang menghadap ke ruanganku setelah selesai rapat, mengerti!” Beberapa orang yang kena marah Presdir mereka hanya tertunduk tapi kemudian mengangguk. Dari beberapa yang ada disana tak satupun yang tahu anak kecil itu anak siapa. Lalu setelah rapat selesai, seorang OB kebetulan mengetahui ada pengumuman anak hilang langsung membawa anak kecil itu ke pusat bagian informasi gedung lantai dua. Pria yang berada dalam ruangan tadi sempat bertemu anak kecil tadi dan ternyata mainannya tertinggal di meja kerjanya. Ia tak pernah bertemu dengan sosok anak kecil dimanapun karenanya ia marah dan tak mau tahu meskipun anak itu tadi sangat lucu dan sedikit memberinya lelucon setelah diam dan berhenti menangis. Di gedung bagian lain, OB tadi mengembalikan anak kecil itu dan menyerahkan pada pihak keamanan. Amelia melihatnya dan langsung memeluk putra kecilnya yang memang sangat lincah bahkan pecicilan. Amelia sampai menangis, dia merasa sangat kehilangan. Anak sekecil Rey bisa naik ke lantai lima tanpa siapapun yang dikenalnya disana. “Rey, jangan pergi lagi. Mama minta kamu tidak lagi berlarian sendirian, maafkan Mamatadi kurang menjagamu,” Lidya menenangkan Amelia, keduanya mengucapkan terima kasih pada OB yang membawa Rey kembali ke pelukan Amelia. ** Rey merupakan anak yang lahir di luar nikah, hasil hubungan cinta satu malam. Bukan karena dia seorang gadis nakal dan penyuka s*x bebas. Bukan itu alasannya. Ada cerita kelam dibalik lahirnya anak bernama Rey yang dilahirkan Amelia dengan segala cerita gelapnya. Sisi buruk yang seharusnya tidak terjadi. . - . - . - . - . - . Amelia Zahra Kinanti, adalah nama pemilik gadis yang sedang berjalan terseok saat keluar dari sebuah kamar hotel. Rambutnya acak-acakan dan sangat berantakan keadaannya. Malam itu, merupakan malam yang membuatnya harus kehilangan mahkota berharganya. Saat bekerja dan diminta lembur Amelia tidak tahu kalau jam telah menunjukkan pukul delapan malam. Amelia gadis polos waktu itu, belum mengenal apapun, dia datang dari sebuah kota kecil dan merantau untuk memperbaiki kehidupannya. Pekerjaannya sebagai staf administrasi mengharuskan ia untuk kerja lembur sewaktu-waktu. Sahabatnya Lidya yang telah membantunya dalam segala hal, lupa memberitahu kalau malam ini seharusnya tidak bisa menjemputnya karena kekasihnya datang dari Singapura. Alhasil Amelia pulang sendiri dengan berjalan kaki dan saat dalam perjalanan berpapasan dengan seorang pria yang tengah mabuk berat. Pria itu tengah muntah di sisi jalan dan jatuh terkapar karena mabuk beratnya. Amelia terlahir sebagai gadis polos dan selalu peduli pada sesama, sehingga saat tahu ada orang yang butuh pertolongan dia pun segera menolongnya tanpa tahu yang terjadi selanjutnya membuat hidupnya khancur. “Bawa aku ke hotel,” ucapnya dengan setengah meracau tentang seseorang. Amelia langsung menghentikan sebuah mobil yang ternyata bersedia mengantar mereka dengan imbalan nominal tertentu. “Ambil uang di dompetku!” Meski tak berdaya ternyata pria itu tahu dimana letak dompetnya. Amelia yang polos membawanya ke sebuah hotel dan mengantarnya hingga masuk ke kamar. Pria mabuk itu meracau saat mabuk dan membuat Amelia baru menyadari jika pria itu bukan sedang sakit. Setelah membaringkannya di atas tempat tidur, Amelia berniat pulang tapi tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya di dekap erat dan terjadilah sesuatu yang tak disangka sebelumnya. Pria itu mulai menggagahinya dan membuatnya terperdaya di bawah tubuh pemabuk itu. “Lepaskan aku!” Amelia tak kuasa menahan tangis saat sebagian pakaiannya terkoyak dan tak bisa lepas dari jeratan pelukan kuat pria pemabuk yang menyesatkan dirinya. Tubuhnya terkunci di bawah tubuh pria itu. Tangannya berada di atas kepalanya dan pria itu menikmati tubuhnya tanpa merasa bersalah karena diluar kesadarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD