2. Teringat Saat Itu

800 Words
"Kurang ajar, kamu!" Amelia berteriak sekencang-kencangnya, tapi pria mabuk itu terus melakukan aksinya dan membuat dirinya tak bisa berkutik. Tangisnya pecah saat kegadisannya direnggut paksa pria yang tak dikenalnya. Tubuhnya yang kecil harus menahan beban berat tubuh pria dengan bau alkohol menyengat di tubuhnya. Amelia tak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan merutuki perbuatan biadab pria itu. Setelah selesai pria itu tertidur dan tak sadar telah membuat kegadisan seorang gadis yang tak dikenalnya hilang dalam waktu sekejap. Amelia merintih, merasakan sakit di sekujur tubuhnya terutama bagian sensitif tubuhnya. Ia memandangi pakaiannya yang berceceran di lantai dan memandang penuh kebencian pada pria yang telah membuatnya tak perawan lagi. Ada sebuah asbak yang cukup berat di atas meja rias, ingin ia meraihnya dan menghantam pada kepala pria itu tapi nalurinya berkata bahwa ia tak boleh melakukan itu. Dalam isak dan kesakitan yang dirasakannya, ia memungut pakaian dan memakainya dengan perasaan berkecamuk. Hatinya merutuki perbuatan pria itu dan memilih pergi meninggalkan luka yang membekas di beberapa area tubuhnya. Amelia pulang dengan pakaian terkoyak. Beberapa orang melihatnya dan menganggap ia telah menjual diri dan memandang sinis bahkan mencibir. ** Lidya merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Amelia. Dia membantu menemukan pria yang menginap di hotel yang telah dipesan Amelia semalam. Namun karena Amelia syok, dia tak ingat dimana hotel itu berada dan terus menangis sepanjang malam. Kejadian itu membuat Lidya akhirnya terus mendampingi Amelia sampai ketika temannya hamil ia juga yang menjaganya dan memberinya tempat untuk ditinggali Amelia. Lidya merupakan putri dari seorang konglomerat yang sangat kaya dan Lidya membantu Amelia hingga melahirkan putranya di sebuah ruang sakit kecil di kota ini. Meskipun Lidya menantunya tapi Amelia tetap ingin mengurus semuanya sendiri tanpa merepotkan orang lain. Lahirnya anak kecil yang lucu dan menggemaskan membuat Amelia mulai berjuang untuk bisa membesarkan dengan kasih sayang dan melupakan kejadian malam itu. Ia hidup sendiri bersama putranya yang mulai beranjak besar dan kini telah berusia dua tahun. Lidya memberinya modal yang cukup untuk mendirikan sebuah usaha. Sampai sekarang Amelia masih menjalaninya, penuh dengan ketekunan dan juga kesabaran menjalankan usahanya. Usaha yang ditekuninya adalah berjualan seblak dan juga produk online yang sedang laris di pasaran. Berkat usahanya itu, Amelia bisa menghidupi dirinya dan anaknya, walau hanya dengan uang yang pas-pasan dan cukup untuk makan sehari saja. "Mel, kamu nggak apa-apa, ya aku tinggal sebentar," "Ah, kamu kira sebentarnya itu cuma lima menit apa?" Temannya hanya tertawa dan mencolek pinggangnya. "Aku tunggu kabar baik darimu, Mel. Kalau Geri menyatakan cinta padamu baru aku mau pulang," "Apaan? Geri bujangan, Lid, sedangkan aku? Gadis bukan janda bukan, huft!" Lidya menggelengkan kepalanya, dia tertawa cukup renyah sampai-sampai Amelia jadi tertular dan ikut tertawa bersamanya. Mereka sudah bersahabat cukup lama. Lidya menjadikan Amelia sahabat karena Amelia supel dan disiplin orangnya. Hal itu disukai Lidya sampai berani meninggalkan grup arisan online yang didirikannya. Lidya akan terbang besok, rencananya hari ini datang ke sebuah gedung untuk bertemu dengan pemilik perusahaan dimana Lidya nanti akan bekerja di London. Tapi sayangnya sebelum bertemu, ada insiden hilangnya Rey dan akhirnya Lidya membatalkan pertemuan itu. Amelia saat ini tinggal di sebuah kos kecil yang cukup nyaman ditinggali. Ia dan Rey tinggal disana tanpa ada yang tahu kalau ia melahirkan anak diluar nikah. Rey kecil selalu lincah dan kerap pergi sendiri. Sedangkan Amelia yang sibuk berjualan kadang harus fokus pada pelanggan yang minta dilayani cepat. Ia berjualan makanan dan juga minuman segar di tepi jalan dengan memakai both yang dibelikan Lidya. Hari itu, hari pertama Amelia tanpa bersama Lidya. Sahabatnya yang tak pernah sombong itu kini sudah terbang ke London untuk meniti karir disana. Malam ini, ia merasakan sepi hatinya karena tak ada yang selalu mengganggunya saat akan tidur. Lidya biasanya memamerkan padanya sebuah benda yang tiap saat dibelinya di sebuah store terkenal di kota ini. Rey sudah tidur lebih awal, dia kelelahan dan merasakan pegal di kakinya. Tadi sudah dipijit olehnya dan langsung tidur. Rey yang masih kecil wajahnya sangat mirip dengan pria itu. Ada rasa sesal kenapa dulu sempat menolong pria biadab itu. Tangisnya meledak setelah teringat semuanya. Ia kehilangan semuanya dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan mungkin pria itu telah melupakannya. Ia menelungkupkan wajahnya dan menjerit dengan menutup mulutnya. Setiap malam ia selalu seperti itu saat sendiri. Dua tahun setengah ia mencoba melupakan tapi tak bisa hilang dari pikirannya. Ingin ia pergi ke psikiater tapi itu tidak mungkin karena ia yakin dirinya masih sangat waras untuk menjadi wanita yang gila. ** Pagi ini, kesibukannya di dapur membuatnya lupa kalau Rey sudah bangun dan langsung keluar saat pintu dibuka. "Mbak Amel ... Mbak Amel, Rey Mbak!!" Tiba-tiba ada seorang wanita tua memberitahu kalau Rey menangis di sisi jalan karena bolanya masuk ke parit. Amelia segera berlari untuk membawa anaknya pulang. Tapi saat tiba di tempat Rey berdiri, ia kaget setengah mati karena ada seseorang yang berdiri sedang menenangkan Rey.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD