Bab 21. Keterbukaan

1206 Words

“Sekali lagi saya minta maaf ya, Kinena, atas perbuatan Ian,” kata Biantara yang saat ini sedang menyetir mobil. “Iya, Pak. Nggak apa-apa kok.” “Dia memang terkadang agak susah dibilangin ataupun diatur,” ucap Biantara dengan helaan napas dalam. “Kayaknya karena dia anak terakhir, jadi lebih dimanja. Selain itu, tidak ada sosok papa yang bisa membimbingnya dengan benar,” tambahnya dengan ekspresi lelah. “Apa…, apa Papa Anda sudah meninggal?” tanya Kasih dengan hati-hati. Biantara mendenguskan tawa pelan, tawa mengejek penuh kekesalan. “I wish,” ucapnya. “Tapi, tidak. Papa saya masih hidup kok. Hanya sering tidak ada di rumah. Kalaupun ada di rumah, paling hanya akan bertengkar dengan mama saya. Keluarga saya terlalu memusingkan,” lanjutnya pelan. Lalu, Biantara menoleh ke arah Kasih

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD