bc

Terjerat Cinta Duda Tampan

book_age18+
699
FOLLOW
2.8K
READ
HE
age gap
opposites attract
drama
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

PERINGATAN CERITA KHUSUS 21+

Gadis itu ibarat magnet yang selalu berhasil menariknya. Semenjak kehadiran wanita itu, Reigan, sang Duda Tampan, mulai merasakan sesuatu yang aneh. Dia menyukai gadis itu dan menginginkan sang gadis menjadi miliknya. Namun gadis itu menolak karena mengetahui Reigan sudah memiliki tunangan.

Sikap Reigan makin posesif terhadap gadis bernama Baby. Apalagi setelah Baby dibiayai olehnya. Reigan tidak suka jika ada pria yang mendekati Baby. Reigan pun kembali meminta Baby menjadi wanitanya tapi hal itu disadari lebih dulu oleh Gladys. Wanita itu mulai mencintai Reigan setelah diputuskan sepihak oleh selingkuhan nya yaitu Hanzel. Gladys pun tak segan memaki Baby mengatakan agar menjauhi prianya yaitu Reigan.

chap-preview
Free preview
Baby Valerie Dominguez
Langit yang gelap mulai menampakkan cahayanya. Aroma khas tanah yang sekitar tiga puluh menit lalu terguyur hujan cukup deras pun mulai menguap. Seorang gadis tergeletak di depan pintu gerbang rumah mewah milik pria single yang telah cukup lama hidup sendiri sebagai duda tanpa anak. Reigan Fabian Aditama, tiga puluh empat tahun, pemilik perusahaan Otomotif terbesar di ibukota. Begitu kaca mobil terbuka, Reigan si pria introvert itu langsung melihat ke gadis itu. Dia keluar dari mobil, berhenti tepat di depan gadis itu. Wajahnya pucat, bibirnya mulai membiru, dia pingsan? Reigan menatap asistennya yang sudah berdiri di belakangnya. “Siapa dia?” “Saya tidak tahu, Tuan,” jawab Mark, asisten Reigan. “Bawa dia masuk, dia pingsan.” “Ta-tapi, Tuan? Kita bahkan tidak mengenal dia?” “Lalu, apa kau ingin membiarkan dia mati di depan rumahku?” “Ti-tidak, Tuan,” sanggah Mark. “Bawa masuk, jangan banyak pertanyaan.” “Baik, Tuan.” Mark dibantu oleh beberapa pelayan membawa gadis itu masuk. Sedangkan Reigan sudah lebih dulu duduk di ruang kerjanya, menunggu orang-orangnya membawa gadis itu masuk ke kamar tamu. “Permisi, Tuan,” ucap salah seorang pelayan. “Masuk.” “Tuan, gadis yang tadi pingsan sudah dibaringkan di kamar tamu.” “Ganti bajunya, panggil dokter,” titah Reigan. “Baik, Tuan.” Di kamar tamu, pelayan terdengar saling berbisik membicarakan keputusan Reigan menolong gadis yang masih terpejam di atas tempat tidur. “Saya tidak mengerti keputusan tuan Rei menolong orang yang belum dikenalnya. Bisa saja, dia hanya gadis penipu,” bisik Maria, pelayan yang biasa bertugas merapikan tempat tidur. “Kau tidak boleh berpikiran begitu, sudah tau jika Tuan Reigan tidak bisa dibantah!” sahut Malika, pelayan yang bertugas di dapur, dia pun berbisik juga. “Kalian tidak dibayar untuk membicarakan bos kalian!” tegas Mark, kemudian Maria dan Malika pun bungkam seketika. “Maaf, Tuan Mark.” Malika dan Maria tertunduk. Tak lama kemudian, setelah gadis itu diperiksa oleh dokter, Reigan masuk memeriksa keadaannya. “Bagaimana, Dokter, apa dia masih hidup?” tanya Reigan. “Keadaannya mulai stabil setelah di infus, Tuan, sebaiknya gadis ini dirawat di rumah sakit karena dia kekurangan banyak cairan dan juga nutrisi.” Reigan menatap gadis itu, dia tidak kelihatan baik, tubuhnya sangat kurus. “Apa tidak bisa dirawat di rumah saja?” tanya Mark pada dokter. “Bisa, tapi saya membutuhkan peralatan khusus.” Mark menatap Reigan. Pria itu memberikan isyarat agar Mark mengurus itu. Mark pun langsung tau apa yang diinginkan Reigan. “Kami akan menyiapkan alatnya, Dokter hanya perlu memberitahukan apa saja yang dibutuhkan,” ucap Mark. “Baik,” jawab Dokter. Mark mengikuti Reigan ke ruang kerjanya. Di sana Reigan mulai terlihat berpikir. Mark hanya diam, menunggu kiranya apa lagi yang akan diperintahkan bosnya. “Mark, apa menurutmu dia itu sudah gila?” “Siapa, Tuan?” “Gadis itu, tidakkah kau berpikir dia gila, berkeliaran dan pingsan di depan rumahku?” “Mungkin…” putus Mark, dia pun bingung harus menjawab apa. “Dia tidak sedang baik-baik saja.” “Tentu, aku juga tau dia tidak sedang baik-baik saja, Mark. Kau pikir ada orang baik-baik saja pingsan di depan rumah orang?” “Ya, Tuan,” angguk Mark, dia makin tidak tau harus menjawab apa. “Cari tau, temukan identitas nya. Apa pelayan yang mengganti pakaiannya tidak menemukan apa-apa?” “Tidak ada, Tuan, kita hanya bisa menunggu gadis itu sadar,” jawab Mark. Reigan menghela napas panjang. “Baiklah, aku harus istirahat, pertemuan bisnis kemarin membuat kepalaku pusing. Jangan ada yang mengganggu sampai besok.” “Baik, Tuan, selamat beristirahat.” Mark diminta untuk tetap berada di kamar menjaga gadis tadi. Dia pun kelelahan dan tanpa sadar tertidur di sofa. Gadis itu mendengar suara tetesan infus yang cukup nyaring di telinganya. Dia mulai membuka mata perlahan, kemudian melihat secercah cahaya dari lampu yang menggantung di langit-langit kamar. Dia membuka mata lebar, dengan jantung yang berdentum kuat, takut, bingung, dia mungkin sudah berada di alam akhirat? Ini dimana? Batinnya. Kemudian matanya melihat selang infus yang menempel di tangannya. “Ini di mana?” ucapnya lemah. Mark mendengar suara itu, dia segera bangun dan terkejut melihat gadis itu sudah membuka matanya, terlihat bingung dan ketakutan. “Kau sudah sadar?” tanya Mark, dia bangun mendekati gadis itu. “Kau siapa?” tanya gadis itu sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. “Ini di-di mana?” “Saya akan panggilkan dokter.” Mark berlari memanggil dokter yang sedang istirahat di kamarnya. Reigan memerintahkan agar dokter tetap ada di rumahnya, berjaga jika gadis itu sadar. Dokter pun datang, dia langsung memeriksa gadis itu. Sementara gadis itu masih syok dengan keberadaannya. Dia tidak ingat apa pun sewaktu Mark bertanya tentang asal usulnya. Dokter bilang kemungkinan gadis itu mengalami hilang ingatan (amnesia). Mark akhirnya meminta gadis itu beristirahat sampai besok pagi, menunggu Reigan bangun dan memutuskan apa yang harus dilakukan setelah gadis itu sadar. Gadis itu hanya menuruti kata-kata Mark, meski dia bingung kenapa dia bisa ada di rumah itu sekarang. Reigan merasa tubuhnya mulai membaik. Rasa lelahnya, juga kepalanya yang sempat pusing mulai mereda. Dia mandi dan mengganti pakaian, belum selesai mengancingkan baju, pelayan sudah mengetuk pintu kamarnya. “Tuan, dokter ingin bicara dengan Tuan,” ucap Pelayan dari luar pintu kamar Reigan. “Ya, suruh dia menunggu.” “Baik, Tuan, saya permisi.” Reigan masih penasaran dengan gadis itu, sebab dia belum tau, alasan gadis itu pingsan di depan rumahnya. Siapa dia, dan juga asal usulnya. Gadis itu sudah berganti pakaian, dia juga diberikan makan agar kondisinya lebih baik. Pelayan hanya bisa saling menatap dengan isi kepala yang mungkin sama-sama menaruh curiga pada gadis itu. Dia makan sangat lahap, terlihat begitu kelaparan. Reigan masuk, dia berdiri di hadapan gadis yang tengah sibuk mengunyah makanan. “Siapa namamu?” tanya Reigan tanpa basa-basi. Gadis itu mengangkat wajahnya, dia mengusap mulutnya, kemudian terbatuk. Mark memberikan segelas air, gadis itu meminumnya dengan cepat sampai air di dalam gelas habis tak bersisa. Dia melihat tatapan pria di depannya itu sangar tajam dan menakutkan. Gadis itu pun gemetar, Satu-satunya yang dia anggap baik hanyalah Mark, karena dia terlihat lebih ramah. “Jawab saja, siapa namamu, dia adalah Tuan Reigan, pemilik rumah ini, yang sudah menyelamatkanmu,” kata Mark. Gadis itu pun tertunduk, dia masih diam seribu bahasa. “Apa kau tidak punya nama?” tanya Reigan, lagi-lagi suara pria itu membuat gadis itu takut. “A-aku tidak ingat apa pun. Maaf…." jawab gadis itu terbata-bata. Reigan menatap Mark, kemudian berganti manatap dokter. “Tuan, dia mengalami amnesia, dia tidak ingat apa pun tentang dirinya, juga alasan mengapa dia sampai pingsan di depan rumah Anda, saya dan Tuan Mark sudah bertanya lebih dari lima kali, jawabannya tetap sama, dia tidak ingat apa-apa. Saya akan berikan laporan tentang pemeriksaan medisnya nanti,” terang Dokter. Reigan berjalan makin mendekati gadis itu. Dia lalu duduk di tepi ranjang, menatap gadis itu lebih dekat. Biasanya, hanya dengan menatap lawannya, Reigan bisa menilai apakah orang itu berbohong atau tidak. “Jadi, kau tidak ingat apa pun?” tanya Reigan kini dengan suara lebih rendah. Gadis itu mengangguk ragu. “Iya, maafkan saya, Pak.” “Panggil saya Reigan.” “Tapi kau terlihat lebih dewasa dariku.” “Baik, kira-kira berapa umurku menurut mu?” “Menurutku?” “Ya.” “A-a-aku tidak dapat mengiranya.” “Kau bilang aku lebih dewasa darimu, kan?” “I-itu, ya, aku tidak tau berapa umurmu, tapi aku ingat satu hal, tentang diriku.” “Apa yang kau ingat?” “Aku baru saja berulang tahun, umurku dua puluh tahun, aku dibuang oleh seseorang di depan rumahmu. Tubuhku lemah, aku kelaparan dan aku pingsan.” “Kenapa kau mengatakannya? Bukannya kau bilang tidak ingat?” “Baru saja ingat, setelah menatap matamu lebih dekat, ingatan itu muncul.” Reigan masih menatap mata gadis itu. “Ingat yang lain, mungkin namamu?” “Baby Valerie Dominguez, itu yang aku ingat, entah itu namaku atau bukan, tapi aku hanya ingat nama itu.” Reigan kemudian bangun, dia lalu mengangguk. “Kalau begitu, mulai saat ini namamu Baby Valerie Dominguez kau boleh tinggal di sini.” “Apa kau serius? Aku boleh tinggal di sini?” “Ya, tanyakan apa pun pada Mark, selama kau masih belum ingat dimana rumahmu, siapa orang tuamu, kau boleh tinggal.” “Benar? Tapi kenapa kau baik padaku?” “Entahlah, jangan banyak tanya, tanyakan saja pada Mark,” Reigan pergi begitu saja, gadis itu tersenyum, dia melihat Reigan sangat baik dan mau menolongnya. Dia tidak tahu, jika tidak bertemu dengan Reigan, dia akan jadi apa di luar sana. Mungkin dia akan mati begitu saja.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook