Aku Bukan Penipu

1477 Words
Mark menyelidiki nama Baby Valerie Dominguez, juga rekaman CCTV sewaktu Baby jatuh pingsan di depan rumah Reigan. Sayangnya, Mark tidak menemukan apa pun di dalam rekaman CCTV. Entah semuanya sudah disabotase, atau mungkin memang sedang error. Yang jelas, Mark merasa penasaran, sebenarnya Baby adalah gadis yang baik atau dia memiliki tujuan lain terhadap Reigan? Untuk saat ini, Mark hanya dapat menuruti perintah Reigan untuk menjaga dan mengawasi Baby, karena dia tidak mau Reigan menganggapnya tidak patuh terhadap perintah. Reigan hari ini ada rapat penting di kantornya. Dia tidak sempat melihat kondisi Baby yang mulai hari itu sudah dapat beraktivitas normal kembali. Padahal banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Baby tentang kondisinya. “Mark, sampai jam berapa kita rapat hari ini?” “Pukul tiga belas ada makan siang dengan klien, Tuan, juga Nona Gladys menunggu Tuan untuk acara makan malam di restoran hotel Rafflesia.” “Batalkan janji makan siang dan juga makan malam. Aku harus pulang setelah rapat selesai.” “Tapi, Tuan, sepertinya untuk makan malam agak sulit. Nona Gladys berpesan agar janji makan malam tidak dibatalkan. Malam ini keluarga Nona Gladys akan ikut makan untuk membicarakan pertunangan Tuan dan Nona Gladys.” “Aku tidak mengulang perintah untuk kedua kalinya, lakukan dan jangan banyak tapi,” tegas Reigan. Mark mengangguk cepat kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. “Baik, saya akan katakan pada Nona Gladys, Tuan.” Reigan teringat wajah polos Baby, itu yang membuatnya makin penasaran, ingin tau sebenarnya siapa gadis itu. Sampai-sampai begitu sulit mencari tau jatidirinya. “Apa? Reigan membatalkan makan malam lagi? Dia sangat keterlaluan, Gladys, kau adalah kekasihnya, dan dia selalu betingkah seenaknya!” ucap Maudy, ibu dari Gladys, kekasih Reigan. Sudah lima tahun keduanya berpacaran, tapi Reigan tetap saja cuek, tidak pernah perhatian dan menganggapnya kekasih. Gladys ingin menyerah, dia lelah dengan sikap Reigan yang super cuek itu. “Sudahlah, Ma, bukankah Mama juga yang ingin aku bertahan pada Reigan. Aku lelah, ingin istirahat dan tidak memedulikan pria itu. Jangan ganggu aku,” ucap Gladys dengan nada kesal yang tertahan. Ia kesal dengan sikap Mamanya yang selalu memaksa dan mengaturnya untuk tetap bertahan dengan Reigan. Padahal sudah jelas, Reigan sama sekali tidak mempedulikannya. “Gladys! Tunggu dulu, Mama belum selesai bicara, Nak!” Gladys menutup pintu rapat, dia segera melepaskan gaun yang baru dicobanya. Tadinya gaun itu akan dia kenakan untuk makan malam bersama Reigan, tapi itu sama sekali tidak berguna lagi sekarang. “Argh! Kenapa harus selalu aku yang bertahan! Aku capek dan tidak kuat lagi! Reigan, jangan salahkan aku jika aku mencari kebahagiaan lain, kau selalu melupakan hubungan ini, dan aku juga butuh kasih sayang! Aku tidak kuat lagi, aku tidak mau bertahan lagi denganmu, Reigan. Seandainya kau tidak punya uang dan kekuasaan, kurasa tidak akan ada yang sanggup bertahan denganmu, sungguh aku bersumpah!” Reigan baru saja selesai rapat, dia langsung pulang ke rumah untuk melihat keadaan Baby. “Bi, apa aku boleh membantu membersihkan piringnya?” “Jangan, Nona, nanti tuan bisa marah kalau tahu saya membiarkan Nona mengerjakan pekerjaan saya, Nona.” “Tidak, Bi, tuan Reigan sudah baik hati memberikan ku tumpangan di rumah ini. Sudah sepantasnya aku membalas jasanya, aku bisa jadi pelayan rumah ini.” “Tidak, Nona, tuan Reigan berpesan agar pelayan di rumah ini melayani Nona Baby dengan baik, bukan membiarkan Nona melakukan tugas dirumah ini. Jadi, Nona sebaiknya istirahat saja ya, kondisi Nona belum pulih.” Mungkin Bibi Fania adalah pelayan yang paling lembut di rumah itu. Berbeda dengan pelayan lainnya yang menatap sinis pada Baby, seolah curiga bahwa Baby memiliki maksud jelek pada Reigan. “Fania, biarkan saja dia melakukan pekerjaan itu, benar yang dia katakan, setidaknya dia harus tau diri, kan?” ujar Maria, pelayan yang lain. “Benar kata Maria, dia seharusnya tau diri!” sambung Martha, mereka berdua sama-sama tidak suka dengan Baby. “Kalian seharusnya menuruti perintah tuan Reigan,” jawab Fania. “Bibi Fania, aku tidak apa-apa, ini hanya mencuci piring, kurasa itu mudah, meski aku hilang ingatan tapi kurasa aku akrab dengan pekerjaan mencuci piring,” kata Baby. “Nah, kurasa kau memang gadis miskin, jadi mungkin dulunya kau hanya seorang anak pembantu, yang derajatnya dibawah kita,” ejek Maria dengan nada mencemooh. Martha tertawa. “Meski kau agak keterlaluan, Maria, tapi kurasa itu memang benar.” Fania menggeleng, dia mendekati Baby. “Nona, kembalilah ke kamar, maafkan perkataan Bi Maria dan Bi Martha, ya.” “Fania, untuk apa kau meminta maaf atas nama kami berdua.” Maria menatap tajam pada Fania. “Ya, kami tidak sudi meminta maaf pada gadis penipu itu. Kami yakin dia hanya ingin menipu Tuan Reigan,” tambah Martha. Baby menggeleng cepat, dia sama sekali tidak berniat melakukan hal yang jahat. “Tidak, aku bukan seorang penipu, aku bisa pergi dari rumah ini jika memang keberadaanku menganggu.” Fania tidak mungkin membiarkan Baby pergi begitu saja. Tuan Reigan pasti akan marah, pikirnya. “Nona, jangan pergi, kembalilah ke kamar, sebentar lagi Tuan Reigan kembali, jangan sampai dia marah jika Nona pergi.” Baby sejujurnya sedih mendengar perkataan Maria dan Martha. Dia jelas tidak berniat menipu siapa pun. Dia juga heran, kenapa dia sama sekali tidak dapat mengingat siapa dirinya. Nama Baby sendiri masih terasa aneh baginya, dia hanya tau nama itu, tapi dia tidak yakin itu adalah namanya. Sekarang kepalanya pusing jika dia memaksakan untuk mengingat tentang dirinya. “Ah! Kepalaku...." “Nona, ada apa? Kepala Nona sakit?” tanya Fania. Maria dan Martha menatap sinis pada Baby. “Hentikan aktingmu itu, gadis penipu! Kau sangat terlihat sedang berpura-pura!” cibir Maria. Martha melihat kendaraan Reigan sudah berada di depan rumah. Dia segera menarik tangan Maria dan mengajaknya pergi. Sebelum itu Martha menatap tajam Baby, dia berbisik dengan nada penekanan pada gadis itu. “Jangan katakan apa pun tentang yang kami berdua katakan padamu tadi. Ingat, posisimu hanya menumpang di rumah ini!” Kemudian Maria dan Martha pergi. Fania mengelus dada melihat perlakuan Maria dan Martha. Tapi dia sendiri tidak dapat melawan mereka yang posisinya lebih senior sebagai pelayanan di rumah itu. “Nona, Tuan Reigan sudah datang, mari saya antar Nona ke kamar, ya.” Baby dibantu Fania ke kamarnya. Sementara Reigan melihat Fania menuntun Baby, dia segera menghampiri Fania dan Baby diikuti oleh asistennya, Mark. “Kau sakit?” tanya Reigan. Baby berbalik, dia melihat Reigan muncul dengan penampilannya yang mempesona sebagai laki-laki dewasa. Aneh, setiap kali Baby menatap mata Reigan, jantungnya tidak berhenti berdentum kuat, dia gemeteran, dia juga merasa berbeda setiap kali dia mendengar suara Reigan berbicara dengannya. “Tidak, Tuan, aku hanya sedikit pusing,” jawab Baby. “Fania bawa dia masuk ke kamar, aku akan menemuinya di kamar.” “Baik, Tuan Reigan.” Reigan menatap Mark, dia masih ingin tau perkembangan tentang pencarian identitas Baby. “Jadi apa kau sudah menemukan informasi tentang nama Baby Valerie Dominguez?” “Belum, Tuan, saya belum menemukan petunjuk tapi saya akan terus berusaha mencari tahu.” “Ya sudah, aku akan coba menanyakan itu langsung pada gadis itu.” “Tuan, tadi Nyonya Maudy menelepon saya.” “Urus itu dan jangan biarkan dia mengacaukan banyak hal, katakan padanya, masalah makan malam bisa diundur lain kali. Jangan memaksa, kalau dia masih mau berhubungan baik dengan ku.” “Baik, Tuan, saya akan sampaikan pada Nyonya Maudy.” Fania membantu Baby untuk berbaring, dia juga tidak lupa menyelimuti Baby. “Nona, istirahat, ya, sebentar lagi mungkin Tuan akan datang dan menemui Nona.” “Terima kasih banyak, Bi, aku sangat senang karena Bibi baik padaku.” Fania tersenyum. “Tuan Reigan sangat baik, karena itu saya yakin Tuan Reigan juga akan berbuat baik pada Nona. Tidak perlu cemas, karena Tuan Reigan memang suka menolong orang yang membutuhkan.” Baby tersenyum mendengarnya. Itu adalah kata-kata yang membuatnya sedikit merasa lebih baik setelah mendengar ucapan tidak enak dari mulut dua pelayan sebelumnya, Maria dan Martha. Kau adalah Baby Valerie Dominguez berumur dua puluh tahun, seorang yatim piatu, hanya itu yang perlu kau ingat. Kata-kata itu kembali terngiang ditelinga Baby. Itu selalu membuat Baby merasakan sakit, sangat sakit dibagian kepalanya setiap kali terdengar suara yang entah suara siapa mengatakan hal itu padanya. Suara itu suara wanita, Baby menjerit kesakitan dan itu membuat Fania terkejut. “Nona, ada apa?” “Sakit! Sakit sekali! Kepalaku sangat sakit!” Baby merintih sambil memegangi kepalanya. Reigan mendengar suara Baby, dia segera masuk ke dalam kamar. “Kau kenapa?” Begitu Reigan masuk dan Baby mendengar suaranya, kepala Baby langsung tidak sakit lagi. Dia sendiri heran, kenapa bisa seperti itu. “Sekarang, sangat aneh, ini sangat aneh.” Baby menatap Reigan berkaca-kaca. “Aneh kenapa?” tanya Reigan heran. Mark yang berdiri di balakanh Reigan pun ikut merasa heran. Fania pun sama, padahal tadi Baby kelihatan sangat kesakitan. “Mm ... aku juga ragu." Reigan menghela napas. "Kepalaku tidak sakit lagi begitu mendengar suaramu, Tuan Reigan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD