Kesadaran Baby mulai tidak stabil. Selain pandangannya yang memburam, tubuhnya juga mulai terasa panas. "Nona, apa kau mau kubantu ke kamar?" Suara itu tidak terlalu jelas terdengar. Tapi Baby yakin itu bukan suara Reigan. Dia tidak boleh pergi dengan siapapun selain Reigan. "Bagaimana, Nona? Sini, biar ku papah." "T-Tidak." Baby sekuat tenaga menolak. Dia menampar pipinya sendiri beberapa kali sebelum kesadarannya mulai pulih sedikit. "Pergilah, aku di sini bersama orang lain, bukan kau." "Hei, aku berbaik hati menawarkan bantuan lho." "Tidak perlu," geleng Baby mulai ketakutan saat pria di depannya mulai maju beberapa langkah mendekatinya. "Ayolah, Cantik. Siapa namamu, hem?" "Kumohon kau pergi saja," kata Baby makin mundur walau kakinya serasa lemas. "Ayo, aku tidak akan

