Sagara mengempaskan diri ke kursi kebesarannya. Ia mengendurkan dasi lalu mengembuskan napas kasar. Saat ini dirinya tengah kesal. Bahkan, mungkin marah. Hal ini tentu saja karena pertemuan Arman dan Ruby yang tidak diketahuinya. Ditambah Ruby tidak menceritakan tentang pertemuan mereka kemarin. Tadi, setelah selesai makan siang, Ruby langsung pamit untuk pulang. Perempuan itu menolak tawaran Sagara yang akan mengantarkannya pulang. Bahkan, Ruby meninggalkan buket bunga mawar yang Sagara belikan untuknya. Bukankah seharusnya Sagara yang marah? Tapi, kenapa Ruby juga ikutan marah, sih? Padahal, larangan Sagara untuk sekadar berbicara dengan Arman itu pun demi kebaikan Ruby sendiri. Karena Sagara tahu seberengsek apa pria itu. Sagara hanya ingin melindungi Ruby dari pria itu.