Makan malam telah selesai. Meski terlihat mustahil, tetapi seluruh piring yang awalnya penuh dari ujung ke ujung itu kini sudah kosong. Semua isi piring itu berganti ke dalam perut keempat orang tersebut. Suasana di sekitar mereka juga sudah berubah 180 derajat, berbeda sekali saat pertama mereka masuk ke ruang makan ini. Kleigh tertawa keras setelah melontarkan beberapa lelucon garing. “Coba tebak, salah-salah apa yang enggak bisa dipindahkan ke orang lain?” Silvan berpikir keras, ia sangat ingin menang karena sudah berapa kali putaran ia terus kalah dan mendapat coretan tepung terbanyak di wajahnya. “Salah saat mengerjakan ujian?” “E-eng, bukan itu. Kucoreeeet.” Dengan tangan bermandikan tepung terigu yang diam-diam diambil dari stok di dapur, Kleigh mencoret wajah Silvan lagi dengan

