bc

Kurebut Pacar dan Suami Temanku

book_age18+
544
FOLLOW
6.6K
READ
love-triangle
HE
lighthearted
office/work place
secrets
like
intro-logo
Blurb

#EroticLoveStory

#Dewasa

#21+

"kenapa wanita penggoda itu hadir disini? bukankah seharusnya dia ada di tong sampah?!" sindiran bernada ketus itu tertuju padaku dari salah satu mantan sahabat.

"Sekali pengkhianat, selamanya akan seperti itu! dulu mungkin dia berhasil merebut pacarku, tidak menutup kemungkinan dia pun akan merebut suamimu!"

aku menganggapnya saja sebagai mantan sahabat, karena saat ini dia tidak lagi menganggapku sebagai sahabatnya. aku hanya tersenyum, untuk apa aku membalas perkataannya yang kotor. Bukankah aku sudah menang, karena berhasil merebut Bayu darinya?Panggil namaku Melgia Indah, tapi sayang namaku tidak seindah kehidupan yang aku jalani. Saat ini aku lebih senang mencari perhatian dari lelaki yang berstatus sebagai kekasih orang lain. Rasanya sedikit menantang meskipun harus mengorbankan persahabatanku.

chap-preview
Free preview
1. Ulang Tahun Siera
"Lo kenapa bawa wanita sampah ini ke acara gue sih?! Lo tau kan, gue nggak mau lagi kenal dia!" Suara nyaring itu terdengar jelas oleh indra pendengaran Gia. Jarak mereka cukup dekat, meski diiringi suara musik yang memekakan telinga, Gia masih bisa mendengarnya dengan jelas. Ia hanya tersenyum tipis. "Udah lah, Ra. Kejadiannya udah lama berlalu, lo sama Bayu udah balikan juga, kan?" Balas Olivia, si wanita paling penyabar yang selalu menjadi penengah antara Gia dan Sierra. "Nggak menutup kemungkinan dia bakal goda Bayu lagi. Nggak ada jaminan dia tobat! Dulu Bayu yang digoda, bisa aja nanti suami lo!" "Lo kejauhan mikir kayak gitu. Lagian kejadian dulu bukan hanya kesalahan Gia, laki lo juga sala. Intinya sama-sama gatel dan lo hanya nyalahin Gia aja." Gia kembali tersenyum. Olivia memang selalu berusaha mendamaikan dirinya dan Sierra, meskipun sampai hari ini hubungan mereka masih tetap seperti Tom and Jerry. "Gue ke balkon ya, mau ngerokok." Ucap Gia pada Olivia. "Nanti gue nyusul." Balasnya. "Ra, gue ke balkon dulu, kadonya udah gue simpen di meja sana." Tunjuk Gia pada salah satu meja, dimana beberapa kado lainnya terkumpul disana. Jangan harap Sierra akan mengucapkan kata terima kasih, tatapannya saja seolah mengibarkan bendera perang padanya. Gia melambaikan satu tangannya dan tersenyum manis ke arah Sierra, setelah itu ia menuju balkon dan mengambil segelas minuman. Di dalam ruangan begitu sesak dan panas, sementara di balkon justru sebaliknya. Gie bisa merasakan sejuknya angin malam menyentuh lembut kulitnya yang tidak tertutup kain. Gia menggunakan dress sebatas paha dengan bahu terbuka memperlihatkan kulit putihnya yang begitu mulus. Gia mengeluarkan rokok dari dalam tas kecil, akhir-akhir ini kecanduannya terhadap rokok semakin parah saja. Gia menyesap minuman beralkohol bergantian dengan sebatang rokok yang ada di tangannya. Untuk sejenak ia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Minuman dan rokok adalah paket komplit yang tidak terpisahkan. Sesekali Gia melirik ke dalam ruangan, hanya kaca yang menjadi pembatas antara dirinya dan kumpulan orang di dalam sana. Tapi Gia merasakan dua suasana yang berbeda. Keramaian dan kesepian. Seperti hidupnya. "Lo masih jadi perokok aktif?" Selidik Olivia dengan menatap tajam ke arahnya. "Iya." "Kapan mau tobatnya sih?!" "Nanti kalau gue udah hamil dan punya anak kayak lo." Gia tersenyum samar. "Gimana kabar putri lo?" Gia menggeser sedikit posisinya, menjauh dari Olivia. Wanita itu masih memiliki anak kecil di bawah tiga tahun, bau asap rokok tidak baik untuk kesehatannya. "Lo mau rokok?" Tanya Gia saat Olivia mengulurkan tangannya. "Lo masih punya bayi!" Gia menjauhkan tas miliknya dimana rokok dan pemantik berada. "Sesekali nggak apa-apa lah!" Olivia kembali mendekat dan merebut paksa tas Gia. "Nanti gue mandi dulu sebelum ketemu anak!" "Kalau nggak mabok dan teler di kamar mandi." "Sial!" Balas Olivia. Olivia dan Gia menikmati rokok bersama. Saling membalas dengan kepulan asap dari bibir masing-masing. "Lo ngajak gue ke acara ini cuman pengen denger Sierra kembali melontarkan sumpah serapahnya untuk gue?" Gia mendengus. "Lo masih belum puas tuh cewek nampar gue satu tahun lalu? Kebangetan lo!" Olivia mengeluarkan asap putih dari bibirnya, lalu tertawa. "Gue nggak sejahat itu! Gue justru pengen lo berdua akur lagi dan kita bisa nongkrong bareng kayak dulu lagi. Nggak seru kalau harus nongkrong terpisah." "Jadinya lo punya dua temen yang bisa lo ajak main." "Tapi gue mau kita bareng-bareng lagi kayak dulu." Gia hanya meringis. Dulu, mereka bertiga bersahabat dengan baik. Tidak ada yang lebih baik dari persahabatan dengan dua orang manusia yang bisa menariknya dari rasa kesepian. Tapi sayangnya hubungan baik itu harus kandas karena sebuah kesalahan. "Lo masih aktif jadi model? Lo punya kenalan sutradara atau siapapun buat gue?" Tanya Gia. "Buat apa? Lo mau jadi artis? Bukannya lo udah nyaman jadi perawat?" "Gue butuh kerjaan lain. Jadi perawat kurang capek, gue butuh kerja tambahan." Olivia menatap ke arah Gia. "Lo kerja bukan karena butuh duit, tapi kerja cuman untuk pelarian aja. Kenapa nggak tinggal terpisah aja sih?!" "Gue masih menghargai bokap gue. Dia sayang banget sama gue dan gue nggak mau kecewain dia." Jelas Gia, masih dengan alasan yang sama. "Meskipun lo ditindas oleh ibu tiri lo?!" "Makanya gue butuh kerjaan tambahan supaya bisa pulang larut malam setiap harinya dan nggak perlu lagi ketemu sama si nenek lampir itu lagi." "Coba nanti gue tanya-tanya dulu. Siapa tau ada. Jadi simpanan gadun mau? Kerjanya mudah dan lo bisa dapat uang banyak." "Lo pikir gue miskin?!" Olivia tertawa. "Oh iya lupa, lo anak orang kaya." Keduanya kembali larut dalam pikiran masing-masing, sambil menatap hamparan lampu kota dari lantai dua puluh apartemen milik Sierra. "Kenapa lo mau selingkuh sama Bayu? Gue beneran nggak ngerti dan butuh alasan yang tepat. Soalnya Bayu bukan tipe lo banget." Gia tersenyum dan kembali teringat akan beberapa waktu lalu saat ia ketahuan selingkuh dengan Bayu, kekasih Sierra. Sejak saat itulah hubungan dirinya dan Sierra berantakan, hanya karena lelaki mokondo seperti Bayu. "Si mokondo itu perhatian banget. Gue merasa diinginkan, meskipun gue tahu dia cuman mau duit gue dan nge," "Kalian nggak sampe gituan, kan?" "Nggak lah! Gila aja! Cukup kehilangan uang dua juta aja, kalau sampai di pake, ya gue ogah!" Balas Gia. "Gue cuman merasa senang aja saat seseorang memperhatikan gue, memuja gue, seolah gue adalah ratu. Rasanya seperti ada kesenangan tersendiri." "Lo punya kelainan? Sebaiknya lo periksa kejiwaan lo itu jangan sampai lo punya sifat penggoda dan hobi hancurin hubungan orang lain." "Lo takut gue hancurin rumah tangga kalian?" Gia menatap jahil ke arah Olivia. "Bastian nggak pernah anggap gue cewek, dia cuman menganggap gue sebagai salah satu pegawai di Rumah sakitnya aja. Nggak lebih. Lagian gue rasa Bastian itu seperti anti wanita, apalagi setelah menikah. Setia banget kayaknya sama lo." "Mungkin." Jawab Olivia pelan. "Jawaban lo nggak meyakinkan. Apa jangan-jangan rumah tangga kalian nggak baik-baik aja?" "Kami baik-baik aja. Dia masih menjadi suami yang bertanggung jawab." Gia menatap Olivia sekilas. Jawabannya tidak sesuai dengan reaksi wajahnya yang diyakini ada sesuatu yang tengah disembunyikan Olivia. "Gue jadi ragu buat nikah." "Kenapa? Nikah seru, apalagi setelah punya anak." "Tapi gue nggak pernah lihat Bastian antar kalian ke rumah sakit, apa dia sangat sibuk sampai tidak sempat mengantar anaknya berobat?" "Bastian sibuk." Balas Olivia. "Sibuk dengan dunianya sendiri." Lanjutnya dengan suara pelan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook