HARI sudah sore saat mereka sampai di panti asuhan. Lilya keluar dari mobil disambut sebuah bangunan besar berwarna putih yang sama sekali tidak pernah ia ingat keberadaannya. Ada juga taman luas yang berisikan ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, dan masih banyak lagi. "Benarkah ini tempatnya?" tanya Lilya keheranan. Dia sama sekali tidak bisa mengenali tempat ini. Panti asuhan dalam ingatannya adalah tempat kumuh yang tidak begitu terawat. Rumput-rumput liar tumbuh di sekitar halaman hingga menaiki pagar, padahal setiap minggunya mereka rajin bersih-bersih. Tembok bangunannya pun retak, lantainya mencuat keluar dari tempat asalnya, cat luntur, dan perlahan bangunan yang harusnya berwarna putih mulai terlihat hitam. Panti asuhannya lebih terlihat layaknya rumah hantu daripada rumah yang