Pada beberapa hari terakhir pertemuan olahraga, Wulan memilih duduk sebagai penoton. Dia menyaksikan Cakra memenangkan pertandingan demi pertandingan. Cakra dengan mudah mengalahkan para lawan, mereka di antaranya yaitu para pria perut buncit serta para pria dengan rambut botak. Itu sangat mudah untuk Cakra yang sudah biasa menempuh jarak jauh.
Jika Cakra terus memenangkannya maka dia akan menjadi pertunjukan tunggal Cakra seorang.
Betapa ributnya para gadis yang memperhatikan sisi tubuh Cakra dari bangku mereka.
“Pasti pinggang Manager Cakra sangat kuat! Dia berlari sejauh itu dengan kekuatan tetap.”
“Dia pria yang tak tertandingi.” Sahut gadis dari kursi penonton.
“Otot Manager Cakra sangat bagus sekali!” Tambah seorang lagi dengan tatapan penuh takjub.
Wulan sangat paham di mana letak kekaguman para wanita, tentunya seharusnya mereka bilang dengan gamblang, “betapa kuatnya Manager Cakra di ranjang!” itu bukan hal baru bagi Wulan. Sudah biasa dia mendengar dari sekian banyak gadis memberikan seluruh perhatian serta rasa kagumnya pada Jeger Cakra Nugraha.
Wulan bukan pacar Cakra, bahkan status mereka tidak ada kejelasan sampai sekarang kecuali sebatas atasan dan bawahan. Bagi Wulan itu sudah cukup lantaran dia sudah mencicipi rasanya pinggang Cakra yang membuat ratusan wanita tergila-gila. Karena ulah Cakra malam itu Wulan hampir merasa pinggangnya patah dan sakit. Cakra pria yang sangat kuat dalam masalah hubungan intim!
Kontes Cakra sudah selesai dan kini giliran Wulan untuk mengambil tempat berkompetisi.
Saat Wulan keluar dari dalam lorong dia tidak sengaja berpapasan dengan Keano. Pria itu nampak serius dengan teleponnya. Mungkin Keano sedang melaporkan beberapa hal pada atasan terkait proyek yang Keano tangani.
Wulan nampak terpaku pada Keano, senior Mela segera menyentuh dan menarik lengan Wulan.
“Departemen sudah menunggu, lekaslah!” Ujar Mela pada Wulan.
Keano tidak sengaja menoleh dan dia melihat Wulan di dalam kerumunan. Keano menatap sosok Wulan dengan cermat dari posisinya berdiri. Penampilan yang sama dia lihat seperti sebelumnya. Yang pasti penampilan Wulan sekarang tidak begitu mencolok seperti saat gadis itu berada di departemennya. Wulan terlihat lebih cantik saat masih bekerja dalam satu departemen dengan Keano. Lebih tepatnya sebelum Wulan dipindahkan ke departemen Cakra.
Wulan juga sedang menatap ke arah Keano hingga pandangan kedua mata mereka bertemu, akan tetapi Wulan sengaja mengalihkan perhatiannya ke arah lain seakan dia tidak melihat Keano. Keano melemparkan senyum pada Wulan, tidak begitu kentara, pada detik berikutnya pria itu juga pergi dalam kerumunan dan menghilang entah ke mana.
Wulan merasa ragu, “Tidak mungkin Manager Keano melempar senyumnya padaku, kan?” Bisik Wulan pada dirinya sendiri. Wulan merasa sedang berkhayal.
Dua detik berikutnya dia mendengar suara gadis di sebelahnya.
“Wah Manager Keano tersenyum padaku!” Teriak gadis itu histeris.
Mela di sebelah Wulan segera angkat bicara membisikan pada Wulan.
“Para wanita di perusahaan sudah mendengar kalau Manager Keano akan bercerai dari istrinya, tidak mungkin para gadis mau melepaskan kesempatan mereka!”
“Ya, Manager Keano memang tampan.” Sahut Wulan.
“Dua Manager di perusahaan kita sangat tampan, mereka berdua yang paling mencolok di perusahaan pusat!” Ucap Mela.
“Manager Keano sudah hampir empat tahun bekerja penuh waktu, aku rasa dia akan pindah dan dipromosikan sebentar lagi.” Lanjut Mela.
Saat berkompetisi kali Wulan terinjak rekannya beberapa kali, dan itu membuat kaki Wulan bengkak. Mela juga melaporkannya pada Cakra.
“Manager, kaki Wulan terkilir, rekan dalam permainan tidak sengaja menginjak. Mereka memiliki badan besar. Saya cemas Wulan harus beristirahat di rumah dalam waktu beberapa hari untuk memulihkan pergelangan kakinya.”
Wulan yang tadinya nampak santai, mengerti maksud Mela. Dia pun mengangguk sambil berpura-pura mengaduh kesakitan. Meski tidak berpura-pura semua yang dirasakan Wulan memang sangat menyakitkan.
Cakra langsung berkata, “Kamu harus beristirahat di rumah, kabari aku melalui chat saat jam kerja!”
“Terimakasih, Manager Cakra!” Sahutnya dengan gembira.
“Aku akan memapahmu!” Mela hendak membantu Wulan menuju ke mobil, namun Wulan menolak.
“Bu Mela sebentar lagi akan masuk ke arena kompetisi, pergilah! Jangan sampai terlambat! Aku akan berjalan dengan pelan-pelan, Anda tidak perlu cemas.” Sahut Wulan padanya.
Mela tahu Wulan tidak terluka serius, jadi dia tidak memaksa.
Sepuluh menit berikutnya, Cakra menerima telepon. “Ya, ya!” Berikutnya pria itu menoleh ke arah Budi yang duduk tepat di sebelahnya.
“Aku akan pergi ke perusahaan sebentar dan akan segera kembali ke sini.”
Budi Pawelang langsung menyahut. “Ya, pergilah, jika kamu sampai terlambat kembali ke sini maka aku akan mewakilimu menerima penghargaan dari Direktur Adam!”
Cakra tidak menyahut, pria itu hanya menganggukkan kepalanya kemudian segera meninggalkan kursinya.
Saat mengemudikan mobilnya, Cakra melihat Wulan sedang sibuk menatap layar ponselnya di pinggir jalan. Wulan menggunakan ponselnya untuk memesan taksi, tepat sebelum Wulan menekan tombol pesan, mobil Cakra tiba di sampingnya. Cakra menurunkan kaca jendela mobilnya.
“Masuklah ke dalam mobil!” Perintahnya pada Wulan.
Wulan sudah memutuskan untuk tidak lagi terlibat dengan Cakra secara pribadi jadi dia segera berkata, “Aku bisa pulang sendiri Manager sibuk mengurus pekerjaan di kantor, saya juga sudah memesan taksi.” Tolaknya.
“Masuklah ke dalam mobil!” Ulang Cakra pada Wulan.
Wulan tidak bisa terus menolak, jadi dia segera masuk ke dalam mobil. Terus menolak sama artinya memancing perhatian orang sekitar untuk memperhatikan mereka berdua berdebat di sana.
“Apakah saya sangat mengganggu? Manager bisa melanjutkan pekerjaan, tidak perlu menundanya karena saya.” Ujarnya dengan senyum seperti biasa saat dia dan Cakra berhadapan di perusahaan.
“Aku akan kembali ke perusahaan dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju ke sana.” Sahutnya.
“Terimakasih.”
Cakra tidak banyak bicara saat di jalan, Wulan juga tidak nyaman jika harus terus-menerus menatap layar ponselnya saat ada Cakra di sebelahnya. Akhirnya Wulan memilih untuk membicarakan tentang proyek yang dia tinjau minggu lalu.
Cakra nampak mendengarkan dengan serius. “Ya, lakukan semuanya dengan baik! Kamu juga harus terus menindaklanjuti masalah ini.” Sahut pria itu padanya.
“Ya, saya masih akan berkomunikasi dengan kepala teknis mereka.” Timpal Wulan.
“Jika proyek ini berhasil dan sukses, bonus akan turun dan menjadi milikmu.”
“Terimakasih, Manager!” Seru Wulan dengan penuh semangat.
Inilah yang Wulan suka dari Cakra, pria itu selalu membimbing dan mengarahkan bawahannya dengan baik. Cakra hampir tidak pernah melepaskan tanggung jawab dari kinerja bawahannya. Pria itu selalu menjadi pemimpin yang baik, kuat, serta memberikan dukungan dalam setiap langkah.
“Bagaimana keadaan kakimu?” Tanyanya.
“Masih sakit, tapi setelah mendengar ada bonus rasa sakitnya menjadi sedikit berkurang.” Sahut Wulan.
“Ah, kalau begitu aku akan meletakkan uang tiga puluh juta di atas kakimu, bagaimana? Apakah itu bisa membantu untuk lebih cepat pulih?” Tantangnya pada Wulan.
“Bagaimana mungkin? Manager pasti bercanda, Manager tidak perlu membayarnya tunai, kita sama-sama punya rekening. Manager bisa langsung mentransfernya pada saya, dan uang itu akan menjadi milik saya! Kaki saya bisa langsung sembuh karena ada kabel di sini!” Kelakar Wulan sambil memegangi pergelangan kakinya.
“Hahahahaha!” Cakra tertawa lepas.
Wulan bisa melihat kedua bola matanya yang jernih, dan tawa yang begitu manis. Wulan beberapa kali menatapnya pada kaca spion karena ingin melihat wajah Cakra yang sangat jarang dia lihat dalam ekspresi seperti itu.