Itu terjadi setelah suara tangis Wulan terhenti, Wulan ingat saat Cakra menutupi tubuh Wulan menggunakan jasnya, Wulan juga bisa merasakan nafas Cakra menyapu wajahnya. Dalam keadaan linglung Wulan bersandar pada leher Cakra. Cakra mendekap tubuh Wulan menggunakan kedua lengannya. Mungkin Cakra ingin memberikan Wulan kenyamanan dan kehangatan.
Cukup lama mereka bertahan dengan posisi seperti itu, Wulan bisa merasakan tubuhnya mulai memanas lantaran baju yang dia kenakan lumayan tipis. Cakra sendiri juga merasakan hal yang sama, suhu tubuhnya mulai meningkat.
Cakra merasa tidak enak, jelas sekali pria itu terlihat sangat canggung sekarang. Cakra ingin menghentikan apa yang selanjutnya terjadi menggunakan beberapa alasan. Dan Cakra berniat menjauhkan tubuhnya dari Wulan.
Cakra sungguh tidak tahu bahwa tubuh Wulan dari luar yang terlihat gemuk lumayan berlekuk. Cakra bisa merasakan bentuk d**a Wulan yang montok dan kencang pada lengannya.
Wulan minum terlalu banyak dan mulai kehilangan kendali serta emosi, tetapi dia tidak kehilangan kesadarannya. Meskipun dia tersiksa dengan deru napasnya yang memanas Wulan sama sekali tidak kehilangan akal sehatnya. Wulan juga bukan tipe orang yang suka memanfaatkan orang lain.
Wulan tidak meminum alkohol terlalu banyak untuk menghilangkan kesadarannya. Dalam beberapa tahun terakhir Wulan sering minum untuk menemani klien, serta dengan minum Wulan merasa mendapatkan ketenangan.
Dengan sadar Wulan tahu di mana dirinya dan Cakra sekarang. Wulan juga tahu kalau Cakra mulai bereaksi atas apa yang terjadi pada mereka berdua. Kemudian Wulan melakukan sesuatu yang tidak biasa Wulan lakukan dan tidak berani Wulan lakukan. Wulan memeluk tengkuk Cakra dan mulai mendekatkan wajahnya.
Cakra membeku sekujur tubuh Cakra mulai menegang. Wulan menertawai Cakra, seolah-olah Wulan mengetahui sesuatu yang terjadi pada Cakra sekarang. Wulan ingin mengolok Cakra tapi dia merasa terlalu kacau untuk membuka kata.
Wulan merasa ini sangat berbahaya baginya, dia ingin menjauhkan diri dari Cakra namun kedua lengan Cakra masih memeluk dan membuatnya tinggal dalam kurungan lengannya. Samar-samar keduanya menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
Wulan menatap kedua mata Cakra dengan tatapan cerah. Cakra segera berkata,
“Kamu mabuk, aku tidak bisa memanfaatkan orang..”
Tidak tahu lagi, momen itu tiba-tiba terjadi, bibir Wulan mulai menyapa bibir Cakra.
Wulan mengingat semuanya dengan detail, dari deru napas yang memburu, tatapan tajam, antara dirinya dengan Cakra. Meskipun Cakra bilang tidak bisa memanfaatkan orang, tapi reaksi tubuh Cakra menunjukkan semuanya. Tadi malam Wulan menciumnya dengan ciuman ringan, tapi Cakra bereaksi memanfaatkan situasi untuk melakukan semuanya. Bahkan mengambil inisiatif dan seluruh proses mengendalikan tubuhnya.
Cakra sangat ahli dan pasangan ranjang yang sempurna!
Wulan melakukan hubungan intim begitu panas semalam dan tak terlupakan. Dari atas ranjang ke kamar mandi, dan dari kamar mandi kembali ke atas ranjang. Cakra tidak pernah merasa lelah dan terus melakukannya. Cakra mengambil alih kendali tubuh Wulan atas tubuhnya. Hingga pada akhirnya Wulan hampir menangis dan memohon pada Cakra, Wulan bisa mendengar tawa Cakra yang tertahan, dengan napas terengah-engah dan serak.
Tubuh keduanya seolah menyatu. Wulan tidak mengira akan menempatkan Cakra dalam situasi seperti sekarang. Cakra yang merupakan bos departemennya dan ingin ditiduri oleh semua karyawan wanita lajang di perusahaan tersebut!
Wulan tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Apakah dia harus menangis dan meminta Cakra untuk bertanggung jawab. Atau berpura-pura hamil dan meminta uang pada Cakra setelah tiga hari, atau apakah dia akan jatuh cinta pada Cakra setelah tidur sekali saja, dan tidak menikah kecuali Cakra adalah orangnya?
Tidak seperti itu. Bagi Wulan itu hanya tidur bersama sekali, semua itu merupakan hubungan cinta yang normal dan harmonis antara pria dan wanita. Tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan atas pihak lain. Semuanya terlihat biasa seperti kencan seorang pria dan wanita dewasa pada umumnya kecuali mereka sudah lama bersama dan melakukan hubungan intim.
Selain itu, Wulan baru saja dipromosikan menjadi direktur di departemennya, Wulan tidak ingin dipindahkan ke departemen lain hanya karena tidur dengan Cakra. Juga tidak ingin mengundurkan diri dan berganti pekerjaan untuk bekerja lebih keras lagi.
Oleh karena itu Wulan memutuskan, pilihan terbaik adalah menganggap semua ini sebagai kejadian sepele. Tidak perlu mengulasnya dengan jelas di depan semua orang. Wulan tidak lagi menangis seperti Wulan yang kemarin malam, Wulan yang sekarang adalah Wulan yang biasanya bersikap tenang dan rasional. Sekarang hubungan Wulan dengan Cakra juga sudah Wulan pikirkan. Wulan ingin pergi diam-diam! Tapi lengan Cakra masih merengkuhnya, dan tangan Wulan diletakkan pada d**a bidang Cakra.
Saat Wulan bergerak Wulan cemas Cakra bisa terjaga.
Cakra tidak bisa dinilai hanya dari penampilannya. Di tempat kerja Cakra mengenakan jas dan selalu terlihat serius. Cakra terlihat lebih menahan diri untuk tidak banyak bicara demi kepentingan bawahannya. Namun yang Wulan lihat semalam pria itu begitu berbeda, melepas seluruh baju dan mengambil kendali penuh untuk mencoba berbagai posisi dalam permainan!
Cakra bergerak tanpa sadar, spontan Wulan batal menarik tangannya karena takut.
Wulan mencoba mencari alasan yang tepat saat Cakra terjaga dari tidurnya, apa yang harus dia lakukan. Haruskah dia berkata,
'Selamat pagi, Bos!' seperti yang biasa dia katakan atau, 'saya sangat puas tadi malam, Pak Cakra sangat kuat.' Rasanya itu terdengar sangat memalukan.
Untungnya Cakra terlihat lelah, jadi Wulan perlahan bisa memindahkan tangan Cakra ke samping tubuhnya. Wulan dengan perlahan beranjak turun dari atas tempat tidur lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dengan kaki telanjang. Wulan memakainya dengan tenang. Saat bersiap pergi Wulan menatap tasnya masih tergeletak di sofa.
Wulan berjalan dengan pelan agar suara langkahnya tidak menimbulkan suara, juga isi tasnya. Perlahan Wulan berjalan mundur menuju pintu, lalu mendorong daun pintu agar terbuka dan pergi.
Pada saat terdengar suara pintu terbuka di belakang punggung Wulan, terdengar suara pemantik logam yang bergesek dan menyala, diikuti bau asap rokok.
Cakra duduk di tepi ranjang, selimut terlepas dari tubuh atletisnya. Tubuh kokoh dan kuat, dia berkata pada Wulan yang kini hampir melarikan diri.
“Pergi saja tanpa berkata apa-apa.”
Wulan berpikir untuk bersikap profesional tapi dia merasa itu sangat tidak pantas jadi dia ingin mengatakan semuanya secara jujur dan blak-blakan pada Cakra. Wulan tidak berbalik atau berdiri memunggungi Cakra.
“Kenapa kamu membuat keributan? Bukankah lebih baik diam dan seolah tidak melihat apa-apa?”
Sebelum Cakra membalas ucapannya, Wulan kembali bicara, “Aku minum terlalu banyak semalam, jadi tidak tahu apa yang sudah terjadi, aku lupa.”
Cakra mendengar itu dan setelah menghisap rokoknya sekali dia ingin bicara pada Wulan namun Wulan tidak memberikan kesempatan padanya sama sekali. Wulan kembali berkata,
“Bos, sampai jumpa pada hari Senin!” Wulan mendorong pintu hingga pintu terbuka, berpura-pura ceria dan pergi!
Wulan meninggalkan hotel seperti sedang melarikan diri, pertama yang Wulan lakukan adalah pergi ke apotek untuk membeli alat kontrasepsi darurat lalu menelan pil itu. Sampai di rumah Wulan mendapati dua sahabatnya, Rita, dan Dewi belum kembali. Melihat kamar mereka masih terlihat rapi Wulan berpikir kalau mereka bekerja lembur semalam.
Wulan membersihkan tubuhnya lalu naik ke atas ranjang. Masuk akal jika seorang gadis normal tidak bisa tidur setelah putus dari pacarnya dan tidur dengan bosnya kemarin. Tapi tidak bagi Wulan. Sejak kecil Wulan tinggal dalam keluarga kaya memiliki sebuah pabrik lalu menjadi keluarga miskin dengan banyak hutang. Wulan merasa tidak ada yang lebih penting selain tidur nyenyak untuk mengembalikan energi dan juga semangat. Karena Wulan tahu seperti apa masalah yang dia hadapi sekarang tidak akan bisa dia selesaikan detik itu juga.
Akan lebih baik bagi Wulan untuk tidur sekarang. Wulan tidur pulas hingga malam. Wulan terjaga dan membuat salad.
Wulan memakai baju longgar agar sesuai dengan pekerjaannya saat itu, sebenarnya Wulan memiliki bentuk tubuh yang bagus karena rajin berolahraga serta menjaga pola makan. Semalam tubuh yang bagus dan sangat disukai Cakra tentu tidak bisa didapatkan oleh gadis biasa yang hanya duduk di kantor dan tidak berolahraga dalam waktu yang lama. Wulan memiliki lekuk tubuh yang menawan saat melepas pakaian tapi dia dicampakkan Bima begitu saja, mungkin uang bagi Bima memang lebih menawan dibandingkan pesona Wulan.