Wulan mengajak Rita pergi keluar, dia ingin menghibur sahabatnya tersebut. Akhirnya mereka berdua membeli jajanan di pinggir jalan. Mereka makan beberapa tusuk ikan bakar, kemudian berjalan-jalan di taman.
Wulan merasa makan terlalu banyak di malam hari, perutnya yang rata mulai nampak menggembung. Mereka berjalan bersama di atas trotoar.
Saat Wulan bertanya kembali lebih jelas kenapa Vano berselingkuh, Rita menjawab dengan penjelasan rinci. Pada intinya adalah penampilan yang lebih menarik membuat Vano memilih wanita lain dibandingkan Rita yang gemuk.
“Aku bersumpah, aku akan menurunkan berat badan, aku akan membuat diriku lebih cantik dibandingkan pacarnya yang sekarang!” Ujar Rita dengan penuh semangat.
Mereka berjalan sejauh dua kilometer, kemudian Rita menuju ke kios minuman dia bilang merasa haus. Rita memilih minuman bersoda dengan rasa manis.
Wulan menghela napas panjang melihat Rita meneguk minuman tersebut.
“Bagaimana kamu bisa kurus kalau memilih minuman manis dan bersoda?” Ujarnya dengan tatapan kesal.
“Dengan minuman ini akan lebih cepat menghilangkan rasa haus!” jawabnya pada Wulan.
Wulan merasa perasaan Rita yang hancur sudah sedikit lebih baik dan sembuh.
Cakra biasanya suka berlari di malam hari yang hening dan sepi, dia bisa mendengar suara serangga berbunyi di atas rerumputan saat ia berlari di jalan yang sepi. Cakra tidak memiliki banyak waktu untuk pergi ke tempat fitnes. Saat pergantian musim dia suka berlari di dekat rumahnya seraya menatap kuncup dedaunan serta bunga yang mulai bermekaran.
Saat sedang berlari Cakra mendengar suara Wulan samar-samar dari posisinya berdiri. Di dekat air mancur di sebelah lampu jalan. Wulan mengenakan pakaian olahraga. Baju ketat yang dikenakan Wulan mencetak bentuk tubuh Wulan. Shirt lengan pendek serta celana leging sebatas lutut. Wulan nampak seksi dan menarik dari depan dan belakang. Cakra merasa Wulan lebih cocok mengenakan baju lain dibandingkan terusan yang selalu dia lihat di kantor.
Mungkin lebih tepatnya karena Cakra sudah melihat isi di dalam long dress itu!
Cakra ingin menyapa Wulan, namun dia ragu lantaran Wulan sudah menolak dirinya beberapa hari lalu.
Cakra mendengar sahabat Wulan bertanya pada Wulan.
“Lalu, kenapa kamu putus dengan Bima?”
“Hari ini aku baru saja selesai bicara dengan Ibuku, karena pekerjaannya sudah disetujui oleh perusahaan pusat, gajinya mengalami banyak kenaikan. Dan aku pikir aku tidak cukup baik untuk Bima, jadi dia membuangku begitu saja..” Ujarnya.
Cakra tidak mengalihkan perhatiannya dari sosok Wulan yang kini berdiri di bawah lampu jalan. Pria itu menghela napas panjang, lalu berkata.. “Semuanya sudah berakhir, perusahaan pusat tidak mau.”
Wulan menggandeng lengan Rita meninggalkan lampu jalan, mereka berjalan pelan bersama-sama.
“Mengapa kamu tidak ikut lari denganku, besok?”
Rita tersenyum lalu meneguk minuman dari dalam genggaman tangannya. Rita mengangguk setuju. “Kalau begitu telepon aku!” Ujarnya.
“Kamu harus memutuskan untuk lebih rajin berolahraga di pagi hari, makan salad di malam hari, berat badanmu akan turun dengan cepat!”
Rita mengangkat botol soda dalam genggaman tangannya tinggi-tinggi kemudian berteriak. “Aku pasti kurus!”
Cakra menatap mereka berdua dari belakang, dia tidak mengira Wulan begitu lucu dan imut. Berbeda dari sisi yang sering dia temui saat sedang di kantor, Wulan terlihat lebih serius. Namun gaya Wulan saat sedang di ranjang juga tidak serius.
Masih begitu jelas bayangan Wulan dalam benak Cakra. Sosok Wulan yang rebah di bawah tubuhnya tanpa sehelai benang tengah menatap dirinya dengan tatapan memelas, suaranya sangat pelan dan serak. Pinggang Wulan yang sangat ramping. Serta dadanya yang padat dan kencang membuat Cakra sungguh tidak bisa melupakannya!
Wulan sungguh tidak mengira akan bertemu dengan Cakra di taman. Wulan menatap Cakra dari kejauhan. Tubuh Cakra yang tinggi dan atletis begitu jelas karena Cakra juga mengenakan baju olahraga. Cakra memiliki bahu lebar.
Dalam beberapa detik berikutnya, Wulan menatap Cakra tengah berjalan menuju ke arahnya. Wulan merasa bingung sikap seperti apa yang harus dia tunjukkan di depan Cakra saat mereka berdua sedang berdiri berhadapan nanti, karena Cakra sudah setuju tentang Wulan yang ingin menutup semua kenangan saat tidur bersama dengan Cakra malam itu.
Dalam hati Wulan, Cakra dan dirinya bisa kembali seperti semula. Bersikap biasa dan sederhana sebagai atasan dan bawahan di kantor. Mereka berdua juga selalu baik dalam bekerja. Setelah pulang kerja maka mereka berdua akan sibuk dengan rutinitas mereka sendiri-sendiri, entah itu berolahraga atau ke klub malam.
Yang artinya mereka berdua tidak memiliki urusan secara pribadi.
Saat Cakra sudah dekat, Wulan memilih menyapanya dengan hormat. Namun ternyata Cakra lebih dulu bicara padanya sambil menatap ke arah Wulan.
“Ayo jalan-jalan?” Ujarnya.
Wulan menganggukkan kepalanya lalu menyapanya dengan sapaan resmi, “Halo Manager!”
Mereka berjalan bersama. Cakra membeli minuman lalu meneguknya di sebelah Wulan. Air meluncur dari tenggorokan ke dalam perut. Wulan menatap leher dan kening Cakra yang berkeringat. Kaos Cakra nampak basah kuyup oleh keringat. Wulan bergeser menjauh ke samping.
Cakra menatap Wulan sekilas. “Aku berlari sedikit lebih jauh, dan aku tidak mengira akan bertemu denganmu.”
Wulan hanya berpikir Cakra juga suka berlari, hanya saja tidak pernah berlari sejauh kali ini. Wulan memilih diam dan tidak banyak bicara. Wulan juga tidak ingin berhubungan dengan Cakra lebih sering di luar tempat kerja. Wulan hanya ingin memberitahu Cakra kalau dirinya dan Rita tidak akan mengganggu jadi Cakra bisa terus berlari.
Cakra mendahuluinya bicara, “Sudah larut malam, tidak aman berada di luar, aku akan mengantarkan kalian kembali.”
Wulan tidak bisa berkata apa-apa dia bahkan tidak sempat mengatakan apa yang ingin dia katakan Cakra mendahuluinya berjalan menuju ke rumah.
Wulan bertanya-tanya dalam hati saat melihat tubuh Cakra berjalan di dekat mereka berdua. Punggung Cakra, dia sempat menggoreskan kukunya di sana malam itu. Apakah punggungnya masih terluka? Apakah goresan yang aku buat di sana sudah menghilang?
Rita di sebelah Wulan menatap Wulan dengan tatapan bingung, gadis itu mengangkat kedua alisnya. Dari ekspresi Rita, Wulan bisa membaca pertanyaan yang Rita ajukan padanya.
“Ada apa ini? Kenapa atasanmu di kantor mendadak muncul? Ingin mengantar kita pulang?”
Wulan hanya mengangkat kedua bahunya sambil menatap ke arah Rita, tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti langkah Cakra dari belakang.
Rita memilih mengambil langkah mundur sedikit, dia sengaja memberikan Wulan dan Cakra ruang untuk bicara berdua.
Wulan sendiri merasa bingung, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Cakra. Untungnya Cakra juga tidak banyak bicara. Wulan mengambil langkah menjauh dari Cakra.
Saat tiba di rumah Wulan. Cakra baru membuka kata.
“Tidak banyak tanaman di sekitar jalan itu, jangan pergi ke sana di malam hari, perhatikan keselamatanmu.”
“Iya, terimakasih.” Jawab Wulan pada Cakra dengan suara pelan.
“Apa kamu suka berolahraga?” Tanya Cakra kemudian, Cakra tahu hanya orang yang suka berolahraga yang akan mengenakan pakaian cepat kering dan ketat. Jika itu orang biasa, maka mereka lebih suka memakai baju longgar.
“Hm, aku sering berlari, tapi aku tidak bisa berlari kurang dari sepuluh kilometer.” Ucapnya pada Cakra.
“Suatu hari nanti kamu akan melewatinya!” Ujar Cakra pada Wulan.
Wulan dan Rita sudah sampai di rumah. Wulan ingin mengucapkan salam perpisahan pada Cakra, dia juga ingin berterimakasih karena Cakra sudah mengantarkannya pulang ke rumah. Belum sempat membuka bibirnya, Cakra mendahului Wulan bicara.
“Wulan?”
Wulan agak kaget dan spontan menjawab. “Eh?”
“Kamu wanita luar biasa, dan kamu layak untuk siapapun!” Ucap Cakra pada Wulan. Usai berkata demikian tanpa menunggu jawaban dari Wulan, Cakra memutar badan dan pergi.
Ucapan Cakra terdengar tidak masuk akal, dengan tujuan untuk menghibur Wulan.
Wulan baru menyadarinya setelah Cakra benar-benar pergi. Jadi Cakra mendengar semua yang dia bicarakan bersama Rita saat masih di jalan tadi. Tentang dirinya yang putus dari pacarnya. Walau Cakra mendengar semuanya dan Wulan tidak marah. Malahan Wulan tertawa dan dia merasa senang karena terhibur dengan ucapan Cakra barusan.
“Apakah dia memikirkan cara untuk menghiburku di sepanjang jalan tadi?” Gumam Wulan dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Wulan merasa meskipun sudah minum alkohol terlalu banyak malam itu, dan Wulan tidak pernah menyesalinya.
Rita juga mendengar apa yang Cakra katakan pada Wulan. Dan semua itu membuat Rita penasaran, Rita langsung bertanya.
“Apa hubungan kalian berdua?”
“Tidak ada apa-apa.” Sahut Wulan. “Ya, tidak ada apa-apa. Tapi kami melakukan semuanya satu minggu yang lalu.” Lanjut Wulan dalam hati.
Wulan memilih memendam semuanya dan tidak mengatakan apa-apa pada Rita. Rita tahu dan dia juga tidak bertanya lebih banyak lagi. Itu biasa mereka lakukan karena memberi ruang untuk orang lain lebih baik daripada terus mendesak karena ingin tahu lebih banyak. Mereka berdua terbiasa belajar satu sama lain, menerima keputusan satu sama lain. Itulah teman yang baik.
Saat mereka berdua naik ke atas ranjang masing-masing Rita berkata pada Wulan.
“Kamu harus lebih banyak mengajariku!” Serunya.
“Kamu bicara seolah aku pahlawan wanita di serial tv!” sahut Wulan. Lalu keduanya pun tertawa terbahak-bahak bersama.
“Untungnya aku masih memilikimu, aku tidak punya apa-apa.” ucap Rita. Rita gadis sensitif semua kesedihan datang dan pergi begitu cepat dan dia menghadapi semua itu dengan senyum di bibirnya.
Wulan berpikir Vano putus dengan Rita, maka pria itu akan cepat bosan dengan wanita cantik karena terlalu banyak wanita cantik di luar sana, namun hanya ada beberapa wanita memiliki kepribadian yang menarik.
Keesokan harinya.. Rita sebelumnya bersumpah untuk menurunkan berat badan bersama Wulan akan tetapi saat Wulan membangunkannya Rita malah merengek dan ingin tidur lebih lama hingga pada akhirnya Wulan membiarkannya tertidur pulas.
Saat Wulan kembali dari joging, dia melihat Rita akan memilih cara baru untuk diet dengan mengkonsumsi bahan-bahan yang akan digunakan untuk menurunkan berat badan. Wulan bilang pada Rita.
“Cara ini sedikit berbahaya, tapi ini umum dipakai kebanyakan orang.” Ujarnya pada Rita.
Rita membeli semuanya di supermarket dan meminum ramuan itu. Pada akhirnya Rita lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi untuk buang air besar. Rita tetap berkeras untuk diet.
Hari berikutnya adalah hari Senin. Wulan kembali mengenakan terusan longgarnya untuk bekerja lalu lembur dengan serius di perusahaan. Sebaliknya Cakra biasanya mengadakan banyak rapat di hari Senin, namun pria itu seharian duduk memeriksa laporan di meja kerjanya hingga hari sore.
Wulan ingin membicarakan tentang proyek yang dia tangani Jumat kemarin. Dia mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Cakra nampak sibuk dengan berkasnya, dia tidak tahu kapan pria itu akan segera menyelesaikan semuanya. Karena begitu banyak map bertumpuk di sana akhirnya Wulan memutuskan untuk menyela sejenak.
Dia melaporkan semua yang harus dilaporkan pada Cakra. Selanjutnya Cakra bilang kalau akan ada pertemuan olahraga, pria itu memberikan formulir pada Wulan. Wulan bengong, dia menerima itu dari tangan Cakra.
Cakra langsung berkata pada Wulan.
“Semuanya wajib datang, kecuali manula dan orang berpenyakit serta memiliki keluhan serius!”
Wulan hanya bisa menganggukkan kepalanya. Rupanya semua karyawan di kantor mengeluh tentang pertemuan olahraga. Tidak ada yang suka dengan olahraga. Karena semua orang di cabang perusahaan juga turut hadir ke dalam acara. Mereka semua di perusahaan pusat juga wajib mengisi formulir lalu ikut berpartisipasi dalam berbagai acara.
Cakra mendaftar untuk berpatisipasi dalam lari cepat sejauh seratus meter dan lari jarak jauh sejauh empat ribu kilometer sebagai tanggung jawab pribadi.
Budi Pawelang berpikir keras tentang formulir itu. Wulan juga mendengar gumaman dari Budi Pawelang saat ia berjalan di koridor perusahaan.
“Ini adalah akhir dari semuanya, aku akan memilih lari cepat seratus meter! Butuh sepuluh detik di masa lalu untuk sampai ke garis finish!” ucapnya dengan sedikit sombong.
Mela juga mendengar ucapan Budi, wanita itu langsung menyahut dengan kelakar.
“Kamu cukup berani mengambil keputusan untuk melawan Manager Cakra!”
“Bagiku lebih penting ikut berpatisipasi.”
Sementara Wulan, dia memilih berpartisipasi dalam acara yang lebih menyenangkan. Wulan tidak memilih lari karena bukan gaya Wulan untuk menjadi pusat perhatian. Dan itu bukan Wulan yang selalu terlihat merendah.
Wulan memilih balap ulat yang akan dikerjakan secara berkelompok. Sekitar lima orang akan memegang bahu rekan di depannya berbaris ke belakang lalu mereka harus berjalan bersama-sama. Lima orang merupakan satu tim. Mereka akan memegangi rekan di depan mereka lalu berjalan bersama-sama untuk berlomba dengan tim lainnya. Menurut Wulan itu pilihan yang sederhana.
Di keesokan harinya, pihak lain mengatakan kalau karyawan mereka aktif ikut dalam acara tersebut. Dan perusahaan kekurangan karyawan lembur karena sejak itu lebih banyak karyawan pergi berlatih olahraga demi acara itu. Mereka yang biasanya lembur memilih berlatih.
Cakra dan Budi diminta lembur oleh atasan karena mereka dinyatakan aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan perusahaan.
Wulan tidak perlu berlatih, dia tidak memerlukan latihan hingga membuatnya tidak bekerja lembur. Saat pulang kerja di malam hari Wulan mengambil Rita untuk menyiksanya dengan berjalan bersama-sama.
Rita yang sedang diet mati-matian pada hari ke tujuh hanya bisa minum air, dan dia memilih hanya tidur di atas kasur dan berpura-pura menjadi mayat. Rita cemas akan diseret Wulan sejauh delapan atau sepuluh kilometer hari ini. Rita dengan wajah memelas memohon pada Wulan.
“Ratu, aku mohon berikan aku libur untuk hari ini. Aku akan menyalakan dupa untukmu!” Serunya pada Wulan. Wulan diam saja, dia juga melihat Rita makan terlalu sedikit jadi dia tidak memaksa untuk berolahraga.
Mendengar Wulan tidak perlu berolahraga Rita merasa tidak lapar lagi dan dia langsung bangun lalu berlari untuk menatap dirinya di depan cermin. Dia berkata pada Wulan.
“Aku sudah turun lima kilogram!” Rita juga menyentuh wajahnya sendiri lalu berkata. “Aku merasa daguku lebih lancip.”
Rita sangat bahagia, Wulan juga mengangguk karena melihat Rita lebih kurus dari sebelumnya. Wulan juga makan salad untuk menjadi lebih kurus lagi. Tubuhnya berhasil lebih kurus dari biasanya.
Wulan bahkan memilih baju olahraga ukuran lebih besar dari perusahaan karena tidak ingin menunjukkan lekuk tubuhnya. Wulan sudah mencobanya, dan jika dia memilih ukuran yang pas maka kedua dadanya akan terlihat terlalu menonjol. Itu mengingatkan Wulan tentang Cakra yang pada malam itu tidak bisa melepaskannya..
Jujur pada diri Wulan sendiri, sensasi yang diberikan Cakra malam itu memang tak terlupakan! Tapi tidak peduli seberapa banyak tidak terlupakan semua itu, Wulan memutuskan itu sudah berlalu.