6. Membuat Batasan

1541 Words
Wulan menyelesaikan semuanya, Wulan sudah mengirimkan semuanya ke perusahaan pusat hingga hari gelap. Setelah mematikan komputer di meja kerjanya, ia beranjak berdiri dan mengetuk pintu ruangan kerja Cakra untuk melaporkan pada Cakra. “Bos, semuanya sudah dilaporkan, semuanya sudah beres.” Ujarnya pada Cakra. Cakra mengangguk lalu mengambil jasnya dan berdiri dari kursinya, pria itu berjalan menuju ke arah Wulan yang kini masih tegak berdiri di ambang pintu. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang!” Serunya pada Wulan. Wulan tidak berkata apa-apa. Situasi antara mereka berdua tiba-tiba berubah. Kini mereka duduk bersama di dalam mobil, Wulan kembali teringat dengan peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu. Wulan terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa saat hanya sedang berdua seperti sekarang. Tanpa sadar Wulan melirik ke arah kursi belakang, Cakra pun sama. Cakra juga sedang menatap ke arah kursi belakang melalui kaca spion. Tanpa sengaja tatapan mereka berdua bertemu. Wulan buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain, begitu juga Cakra. Untuk mengubah situasi yang begitu hening Cakra menyalakan lagu di dalam mobil. Lantunan merdu mulai terdengar di dalam mobil tersebut. Cakra ingin mencari topik untuk dia bicarakan dengan Wulan. Pikirnya lebih menarik dengan mengambil topik tentang pekerjaan. “Bagaimana rasanya dipromosikan?” Tanyanya seraya menoleh sekilas ke arah Wulan. “Semuanya jadi lebih sibuk dan ada,” ucapan Wulan terhenti, dia ingin mengatakan tentang undangan makan bersama yang dia dapatkan melalui chat beberapa hari yang lalu, namun ia merasa ragu. Wulan hanya menoleh ke arah Cakra tanpa menyelesaikan perkataannya. “Ada apa?” Lanjut Cakra. “Ada banyak orang memberikan undangan untuk makan malam bersama.” Cakra mengulum senyum, “Ya makan malam juga akan datang, apakah kamu siap untuk makan bersama malam ini?” Tanyanya. Wulan merasa canggung jadi dia segera menjawab tawaran Cakra. “Ya, makan malam ini juga bagian dari pekerjaan dan tidak ada cara untuk menolaknya.” Sahutnya. Dari cara Wulan bersikap, Cakra bisa membaca, ucapan Wulan memberikan ketegasan padanya, bahwa Wulan berdiri dengan jarak sekian dan sekian dari posisi Cakra. Tidak ada kemungkinan untuk berjalan lebih jauh dari ukuran yang Wulan tentukan. Cakra tidak mengambil langkah, dia menerima ketegasan Wulan lalu segera berkata, “Ya, aku akan mencoba menerimanya perlahan.” Sahut Cakra. Hening kembali. Untungnya mereka sudah sampai, jelas sekali kelegaan terlukis dari wajah Wulan. Cakra bisa melihat semuanya dengan jelas! Cakra segera angkat bicara sebelum Wulan turun dari dalam mobilnya. “Jangan bersembunyi.” Wulan mengerjapkan bola matanya. “Jadi Cakra sudah tahu kalau aku sengaja menghindar darinya?” Gumam Wulan dalam hati. Wulan menatap wajah Cakra tanpa bisa bicara sama sekali. Cakra kembali membuka suara, “Aku sudah tahu maksudmu, kamu ingin menutup semua yang sudah terjadi, lalu membuka halaman baru. Aku tidak akan menceritakannya, dan kamu juga tidak akan menceritakannya, biarkan saja.” “Ya.” Sahut Wulan lalu keluar dari dalam mobil. Cakra menurunkan kaca jendela mobil, pria itu kembali bicara pada Wulan, “Aku akan menunggu di sini, kirimkan aku pesan jika kamu sudah masuk ke dalam rumah.” Wulan menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam. Sampai di dalam rumah Wulan mengirimkan pesan yang diminta Cakra. “Aku sudah berada di dalam rumah.” Cakra membalas pesan Wulan. “Ya.” Tak lama setelah itu Wulan melihat mobil Cakra bergerak meninggalkan depan rumahnya. Menurut Wulan ini adalah pilihan terbaik, semuanya terselesaikan. Wulan mulai beradaptasi dengan dunia barunya setelah naik jabatan serta masalah antara dirinya dengan Cakra. Setelah mengatakan semuanya dengan jelas Wulan merasa lega hari itu. Ia pun tidur dengan nyenyak. Keesokan harinya, Wulan melihat Rita dan Dewi sudah pergi. Wulan membersihkan tubuhnya kemudian pergi mengunjungi rumah orang tuanya. Terakhir Wulan pergi ke rumah ayah dan ibunya sekitar tiga minggu yang lalu. Kemarin ibu Wulan mengirimkan pesan padanya, “Ibu membuat masakan kesukaan kamu, pulanglah untuk makan bersama.” Wulan membalasnya, “Ya,” bahkan Wulan juga memesan menu lain agar dibuatkan oleh ibunya. Ibu Wulan sangat gembira kalau Wulan akan pulang ke rumah. Sebelumnya Wulan tinggal bersama mereka, tapi Wulan pindah setelah mendapatkan pekerjaan dan karena di rumah sangat melelahkan. Ketika usia Wulan masih kecil, keluarganya kaya karena ayah Wulan membuka pabrik. Wulan memiliki banyak koleksi baju-baju bagus, gaun putri dan juga aneka sepatu mahal. Tapi setelah keluarganya bangkrut situasinya berubah drastis menjadi lebih buruk. Setelah itu mereka masih memiliki sisa uang. Sebenarnya yang membuat situasinya semakin buruk lantaran ayah Wulan, Herdianto dulunya adalah bos. Dia bisa menghasilkan uang setiap hari lalu tiba-tiba usahanya menurun, Herdianto menolak kenyataan itu. Dia tidak percaya dengan kegagalan yang dia alami, semuanya hanya berpikir kalau semua itu merupakan kecelakaan semata dan berpikir kalau dia bisa memulai semuanya kembali. Kemudian Herdianto meminjam uang dari mantan temannya. Dia meminjam dua kali lipat sebagai modal memulai usaha ke dua. Semua tidak berjalan sesuai dengan harapan, Herdianto kembali bangkrut dan semuanya habis tak bersisa. Keadaan keluarganya semakin terpuruk, untuk melunasi hutang Herdianto menjual rumah yang mereka tempati, dan membayar kembali hutangnya. Sementara Wulan memilih menyewa rumah di pinggiran kota. Yang membuat Wulan merasa lelah karena kedua orang tuanya sering bertengkar sejak saat itu. Ayah Wulan menjadi lebih sering tersinggung. Mereka sebenarnya tidak ingin Wulan tinggal terpisah karena bagi mereka Wulan hanya membuang-buang uang karena harus menyewa tempat tinggal. Wulan bilang kalau dia melakukan itu karena tidak ingin pergi bolak-balik dan itu memakan waktu berjam-jam. Saat tiba di sana mereka duduk di kursi meja makan. Beberapa hal mulai dibahas. Ayah Wulan tidak banyak bicara karena merasa bersalah pada Wulan. Adik laki-laki Wulan membuka kata, dia bertanya tentang Bima. “Bagaimana kabar Kak Bima baru-baru ini?” “Kabarnya baik, dia akan pergi ke perusahaan lain dan mendapatkan kenaikan gaji. Dia merasa aku tidak masuk dalam kualifikasinya. Aku sudah putus dengannya, ini sama sekali bukan masalah.” Jawab Wulan santai. Awalnya Ibu Wulan pikir, Wulan putus karena sikap Wulan yang kurang baik dan tidak menghargai keluarga Bima. Tapi begitu mendengar alasan Wulan dia pun tidak berkata apa-apa. Ayah Wulan tersinggung, dia segera berkata, “Putriku dibenci karena kondisi keluarga kita yang buruk!” Tangan pria itu gemetar saat menuang minuman ke dalam gelas. Herdianto merasa sangat sedih. Dia ingin meninggalkan ruang makan. Kedua kakinya terhuyung-huyung, ibu Wulan segera menemaninya dan membantunya berjalan di samping. Herdianto kembali berkata, “Kamu seharunya mengenakan pakaian bagus, mengendarai mobil sport kecil merah.” Wulan tidak menyahut, dadanya terasa sesak, dia tidak ingin menangis di depan mereka. Wulan pulang ke rumah bukan untuk menangis. Wulan segera memenuhi mulutnya dengan menyuap banyak makanan. Kedua mata Wulan nampak berkaca-kaca. Wulan menundukkan kepalanya dalam-dalam agar tidak ada yang bisa melihat kesedihan pada wajahnya. Ketika ibunya keluar dan duduk di kursi meja makan, Wulan segera berkata untuk menenangkannya. Wulan membuat seolah-olah itu semua bukan apa-apa bagi Wulan. “Pria seperti Bima yang sejak awal tidak suka denganku pada akhirnya juga pasti akan bercerai kalau kami menikah. Jadi memang lebih baik putus dari sekarang.” Ibu Wulan terdiam mendengar ucapan putrinya. Wulan tidak menceritakan lebih jauh lagi karena semuanya memang sudah terjadi dan tidak bisa diubah. Wulan tidak ingin menjelaskan lebih detail pada ibunya. Selesai makan Wulan meletakkan sendoknya. “Bu, sebenarnya aku dipromosikan.” Ucapnya pada ibunya. Inggar – Ibu Wulan mengukir senyum. “Aku dipromosikan menjadi direktur industri di perusahaan dalam departemenku. Akan ada kenaikan gaji, serta akan ada juga bonus akhir tahun, masih banyak yang lainnya.” Lanjut Wulan. Inggar nampak gembira, wanita itu langsung menyahut. “Itu sangat bagus.” Mereka bercakap-cakap dalam waktu cukup lama. Wulan memutuskan untuk tidak menginap di sana malam itu. Wulan berbohong kalau dia masih ada lembur di kantor. Wulan memberikan uang pada Inggar. “Beli makanan yang enak, Ibu dan Bapak sudah bekerja terlalu keras!” Inggar ingin mengembalikan uang itu pada Wulan, Wulan langsung berkata, “Bu, Wulan mendapatkan pekerjaan bagus, Wulan juga dipromosikan.” Wulan berjalan keluar dari dalam rumah. Dia melihat ke arah langit berwarna biru di atas sana. “Ketika aku mendapatkan pekerjaan aku ingin melihat Ibu dan Bapak bahagia.” Bisiknya dalam hati. Wulan juga merasa bingung, bagaimana caranya bisa mendapatkan uang lebih banyak untuk membantu mereka melunasi hutang. Tidak peduli seperti apa Wulan memikirkannya, Wulan harus bekerja keras sekarang, percuma jika hanya memikirkannya. Saat masuk ke dalam bus, Wulan memeriksa ponselnya. Ada pesan yang dikirimkan Rita teman sekamarnya untuk makan malam bersama. Beberapa saat kemudian Rita menelpon. Yang pertama kali Wulan dengar adalah isak tangis Rita di seberang sana. “Ada apa?” “Aku putus dengan Vano..” ujarnya di sela isak tangisnya. “Aku akan segera kembali, tunggu aku!” “Ya, cepatlah kembali Wulan,” sahut Rita di seberang sana. Terlalu lama untuk sampai di rumah, saat tiba di sana Wulan melihat kedua mata Rita bengkak berubah seperti buah apel busuk. Banyak kertas tisu berceceran di seluruh lantai, Rita masih terisak dan menangis. Wulan membawakan air hangat untuk menenangkan Rita lalu memeluk sahabatnya tersebut. Ketika suasana hati Rita membaik, Rita menceritakan kenapa Vano memilih putus dengannya. “Vano tidak suka denganku karena aku gendut, dia memiliki pacar baru. Foto-foto pacar barunya di story' nya terlihat putih dan langsing!” Wulan memikirkan cara untuk menghibur Rita. “Aku tidak punya waktu untuk bicara denganmu minggu ini, aku dan Bima juga putus, dia mencampakkan aku.” Ketika Rita mendengar itu, Rita langsung menghambur ke dalam pelukan Wulan. “Kenapa nasib kita berdua begitu malang!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD