Bersenang-senang?

660 Words
Pagi ini Renee berangkat seperti biasa. Ia tak menyangka tadi malam bisa terbebas dari Dewo dengan mudahnya. Pria itu juga tidak menunjukkan gelagat m***m yang biasa diperlihatkan terhadap Renee. Sampai di tempat kerja, Renee merasa ada yang berbeda. Ia tak melihat Affan. Dalam hati Renee bertanya-tanya, ke mana Affan sebenarnya? Biasanya Affan dengan gagahnya berhenti di samping Renee dengan motor besarnya. Kadang, pria itu juga membawa sesuatu yang tak terduga. Sekarang nihil, Affan benar-benar tidak menemuinya. Padahal Renee mengharapkan penjelasan kenapa Affan semalam membatalkan janjinya. *** "Meja nomor lima," ucap seorang wanita pada Renee. Kemudian Renee menerima nampan berisi dua gelas minuman. Renee tak menaruh curiga jika terdapat dua gelas yang harus diantar pada meja di ruangan khusus itu. Renee hanya akan curiga jika harus mengantarkan satu gelas karena bisa jadi itu Dewo. Bagaimana tidak, meja yang ada di ruangan privat itu kebanyakan diisi oleh pasangan romantis. Mungkin hanya Dewo yang kurang kerjaan, selalu mengisi tempat itu sendirian. Kini, Renee sudah sampai di depan pintu ruangan meja nomor lima. Wanita ini dengan penuh semangat membukanya. Pikirannya langsung melayang, berpikir akan segala kemungkinan saat melihat seorang pria duduk sendiri. Renee tak bisa menebak itu Dewo atau bukan karena pria itu duduk membelakangi pintu. Dalam hati Renee berharap, dua gelas minuman yang dibawanya adalah untuk pria itu dan kekasihnya. Entah kekasihnya sedang ke toilet, atau memang belum datang. "Permisi, Tuan. Saya datang membawa minuman yang Anda pesan," kata Renee ramah. Pria itu akhirnya menoleh. Hati Renee langsung merasa lega karena bukan Dewo yang duduk di sana. "Terima kasih," jawab pria itu tak kalah ramah. "Baik. Selamat menikmati dan saya permisi." Akhirnya Renee bergegas meninggalkan ruangan itu. "Tunggu," ucap pria itu cepat. Renee menoleh. "Iya?" tanyanya ramah. "Sebenarnya aku sedang menunggu seseorang, dan aku merasa bosan sudah hampir setengah jam menunggu. Maukah kamu menemaniku sebentar saja sampai orang yang kutunggu datang?" Renee tampak berpikir sejenak. Belajar dari pengalaman, ia harus waspada agar tidak terjebak dalam jeratan seperti saat ia dijebak oleh Dewo. Sebagai pelayan, Renee memang tak kuasa menolak. Namun, bukan berarti ia tidak hati-hati. Ya, Renee hanya perlu wasada. Setelah mempersilakan Renee duduk, pria itu lalu berkata, "Tenanglah, aku tidak akan jahat. Aku hanya minta ditemani sepuluh menit saja. Jika dalam waktu tersebut orang yang kutunggu tak kunjung datang … lebih baik aku pulang." "Hmm,  baik Tuan." Renee sama sekali tidak melihat sinar kejahatan yang terpancar pada diri pria itu. Ia pun menarik semua perasaan curiga terhadapnya. Renee berpikir, pria ini pasti sedang dilanda bosan menanti pasangannya yang tak kunjung datang. "Terima kasih sudah menungguku." Suara berat yang familier tiba-tiba terdengar di antara keheningan mereka. Renee menoleh ke arah pintu. Sandiwara apa lagi ini? Mengapa Dewo tiba-tiba datang dan mengucapkan terima kasih. Mungkinkah ini jebakan? Ya, jadi pria ini adalah suruhan Dewo, menjebaknya agar menanti Dewo? Oh Tuhan … bisa-bisanya Renee masuk perangkap Dewo lagi. Setelah menunduk hormat, pria suruhan Dewo itu langsung meninggalkan mereka berdua. Deg…. Detak jantung Renee berdebar lebih cepat, sangat cepat. Sebenarnya apa yang diinginkan Dewo? Tubuh! Ya, Renee tersadar bahwa Dewo sebenarnya sedang mengincar tubuhnya. Setelah mengunci pintu, Dewo melangkah ke arah Renee yang masih duduk. Awalnya Renee sudah berusaha pamit untuk meninggalkan ruangan, tapi tentu saja hal itu tidaklah mudah. Renee tak mendapat izin dan ia harus terus menemani Dewo hingga pria itu pulang. Beranjak dari kursi, Renee berdiri seraya berusaha menghindari Dewo. Terlebih saat melihat tatapan Dewo yang benar-benar buas, khas pria yang sedang ingin bercinta. Renee berusaha mundur. Namun, gerakan Dewo semakin mendekatinya. Mendekati tanpa mengalihkan tatapannya terhadap tubuh Renee. "A-aku … aku masih datang bulan," ucap Renee terbata-bata. "Lalu? Memangnya kenapa? Aku tidak akan memerkosamu. Kamu ini percaya diri sekali," jawab Dewo sambil terus mendekati Renee yang sedari tadi berjalan mundur. Renee berhenti mundur saat ia tersadar tak bisa mundur lagi, punggungnya sudah mencapai tembok. "Mau ke mana lagi? Sudahlah, pasrah saja. Lagi pula aku tidak akan memerkosamu sekarang. Aku hanya ingin 'sedikit' bersenang-senang denganmu." Detik berikutnya, Dewo mulai mencium bibir Renee. Tangannya bahkan tak tinggal diam, perlahan menyentuh area sensitif wanita itu. Renee yang berusaha berontak, kembali diingankan dengan ancaman kartu matinya. Sampai pada akhirnya, ia pasrah meski dalam hatinya ingin menangis. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD