Eps. 3 Cerai

1083 Words
Mata Libra memburam panas mendapati masalah yang ada. Sekarang ia melihat dirinya sendiri kotor, bahkan lebih kotor dari lumpur di got yang biasa berbau busuk serta menjijikkan. Ya, wanita ini sekarang jijik dengan tubuhnya sendiri. Jijik karena telah dijamah oleh Virgo. Sekeras apapun dia menyangkal, nyatanya fakta mahkotanya hilang tak terbantahkan lagi. Malahan kini dia harus menerima perceraian. Malang sekali nasibnya. Bayangan indah tentang pernikahan dengan Damar pupus sudah menjadi debu hilang tak berbekas. Libra masih menunduk dengan tubuh gemetar di balik selimut yang membelit tubuhnya. Dia masih belum bisa menerima keadaan. "Pakai bajumu." Virgo mengambilkan baju Libra, mengulurkan pada wanita itu. Libra mengangkat wajah kala melihat lingerie di tangan Virgo yang disodorkan padanya. Alih-alih wanita ini senang dengan tindakan Virgo, dia malah menampik keras lingerie itu dari tangan Virgo sampai jatuh ke lantai. Emosi Libra yang belum padam kembali tersulut. "Buat apa kamu mengambilkan baju itu untukku bila kamu sudah menodai diriku? Aku sama sekali tidak menyangka otakmu kotor sekali dan berani melakukan ini padaku! Aku benci kamu. Jangan pernah lagi muncul di hadapanku mulai dari sekarang dan seterusnya! Aku tak mau melihatmu! Aku tak mau melihat wajah tak berdosamu itu. Disgusting!" Libra menatap nyalang Virgo. Kemarahannya pada pria ini tak terbendung. "Tutupi tubuh polosmu itu.“ "Apa maksudmu? Tadi kamu membukanya paksa sekarang kamu memintaku menutupinya? Tak perlu! Apa kamu mau minta aku memakainya agar kamu bisa melepasnya kembali? Jangan pernah berharap itu dariku!" Virgo meraup muka kasar sejenak. "Tidak, kamu salah paham." "Salah paham apa maksudmu? Kamu sudah melakukan kesalahan besar dengan melakukan ini padaku." Virgo tak menyahut namun dia menggerakkan kakinya melangkah menuju ke sebuah lemari dimana baju Libra pasti ada di dalamnya. Terdengar suara derit pintu lemari kayu dibuka. Tampak di dalamnya baju wanita terlipat rapi. Virgo mengambil satu kemudian membawanya kembali ke depan Libra. Kali ini dia tidak menyerahkannya pada Libra tapi menaruh baju itu di kasur agar tidak kembali dilempar seperti sebelumnya. Libra yang melihat itu menarik pandangan seketika beralih menatap yang lain. Tak sudi rasanya dia menerima barang dari Virgo, seorang lelaki yang sudah mengotori dirinya. Kenapa pria menyebalkan ini masih ada di kamar tak kunjung pergi meski dia sudah mengusirnya? "Puas kamu sekarang sudah merusak diriku?" cecar Libra dengan amarah memuncak. "Maaf, aku minta maaf atas apa yang sudah aku lakukan padamu." Virgo menampakkan muka penuh penyesalan. Dia tak tahu lagi bagaimana cara mengungkapkan kata maafnya. "Maaf katamu setelah berhasil membuatku menjadi janda? Simpan kata maafmu itu bila kamu tak bisa memperbaiki keadaan yang ada, tak bisa menghapus luka yang kamu torehkan ini. Aku sama sekali tidak tahu apa motifmu melakukan ini padaku. Selama ini aku tak pernah mencolekmu sedikit pun, tapi apa yang kamu lakukan padaku?" Libra meremat kuat selimut yang membelit tubuhnya. Ingin dia lempar saja selimut itu ke muka Virgo seandainya selimut itu tidak dia pakai untuk menutup tubuhnya. "Aku mau bertanggung jawab. Aku mau menikahimu kapanpun kamu mau." Mata Libra seketika membola menatap tajam Virgo. Bisa-bisanya dia bilang menikah dengan mudah. Apakah baginya menikah adalah suatu permainan? "Aku tidak akan pernah mau menikah denganmu! Jangan pernah berharap itu padaku!" "Lib, aku tahu telah melakukan kesalahan buruk sekali di matamu. Tapi percaya lah aku melakukan ini untuk menjagamu dari kegelapan. Aku begini karena aku ingin menunjukkan diriku yang sebenarnya padamu menjadi seseorang yang bukan diriku untuk melindungimu dari jurang penderitaan bersama Damar sialan itu!" Seandainya saja dia bisa cerita seperti apa kebusukan Damar pada Libra, bahwa pria itu tak pantas mendapatkan Libra. Dia tahu cara yang diambilnya terlalu frontal, tapi hanya ini cara menjauhkan Damar dari Libra. Tak mungkin pria itu sudi menerima Libra yang sudah tidak utuh lagi. Sayang, dia tak bisa katakan ini untuk sekarang dengan berbagai alasan. Dia hanya ingin melindungi wanita yang dicintainya. "Melindungi? Melindungiku dari apa? Aku tidak butuh perlindungan dari siapapun jugatermasuk kamu. Aku tidak paham dengan ocehan tak jelas yang kamu dengungkan itu. Pergi dari sini kamu sekarang juga!" "Tapi Lib, dengarkan penjelasanku dulu. Kamu berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Damar." "Pergi kamu dari sini!" Libra benar-benar meradang, suaranya meninggi untuk mengusir Virgo. "Tapi Lib, dengarkan penjelasanku agar kamu paham." "Pergi!" Libra yang dikuasai amarah memuncak mengambil baju yang diambilkan Virgo dari kasur lalu melemparnya ke muka pria itu dengan kasar. Virgo tak bicara lagi dan diam saja kini ditimpuk bantal oleh Libra. Ia pun pergi dari sana setelahnya dengan sejuta perasaan sedih tertinggal. Libra menarik napas panjang dan dalam untuk menetralisir amarahnya yang masih membuncah. Perlahan dia turun dari ranjang kemudian mengambil baju dari lemari dan memakainya dengan cepat. Dia hanya menatap saja baju yang diambilkan Virgo teronggok di lantai. Dia bahkan tak sudi memungutnya untuk dipakai. Baju yang sudah dipegang Virgo baginya kotor. Selesai memakai baju terdengar suara derap langkah kaki menuju ke kamar ini. Libra menajamkan pandangan ke arah daun pintu, berjaga-jaga bila Virgo datang kembali. Pintu terbuka dan yang datang bukanlah Virgo, namun ibunya Damar. Wanita yang berusia paruh baya dengan tatanan rambut modern juga perhiasan emas berkilau melingkar di setiap bagian tubuhnya berkacak pinggang. "Lib, sebaiknya kamu segera angkat kaki dari rumah ini secepatnya. Bila perlu malam ini kamu harus pergi dari sini." "Ibu, ini tidak seperti yang Ibu kira. Aku bisa jelaskan semua ini. Di sini aku adalah korban bukan pelaku, tolong percaya padaku." Libra berharap ibu mertuanya ini mendengar juga percaya dengan perkataannya. "Korban katamu?" Ibunya Damar ini mendecih sembari memandang rendah Libra. "Dasar w************n kamu! Kamu tak pantas bersanding dengan Damar. Masih bisa-bisanya kamu membela diri padahal sudah jelas kamu bersalah. Jangan panggil aku dengan sebutan 'ibu' lagi. Aku bukan mertuamu. Ingat statusmu sekarang bukanlah istrinya Damar, kamu sudah diceraikan olehnya. Kamu adalah orang luar. Paham?" Ibunya Damar ini terus mengomel panjang lebar pada Libra tanpa memberikan wanita ini kesempatan untuk bicara menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Patah sudah hati Libra tak mendapatkan dukungan ataupun pengertian dari ibunya Damar. Harapannya menjadi kosong sekarang. Tak ada lagi yang mau mendengarnya di rumah ini. "Aku berikan waktu bagimu untuk berkemas satu jam dari sekarang. Lewat dari waktu yang kutentukan, maka sekuriti yang ada di sini akan menyeretmu keluar juga melempar semua barangmu. Aku tak mau keluarga ini tercoreng karenamu. Kamu benar-benar hina dan wanita rendahan tak tahu diri." Hati Libra tentu berdenyut mendengar kata pedas dari ibunya Damar. Tapi sekali lagi, dia tak bisa melawan ataupun membela diri meskipun dirinya tak bersalah sama sekali. Tapi semua masalah ini dia timpakan padanya, dia lah penyebab semua kejadian unpredictable ini terjadi. "Cepat berkemas sekarang atau aku panggil sekuriti!" ulang ibunya Damar karena Libra sama sekali tak bereaksi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD