Eps. 9 Barter

1505 Words
Semua barang dan perlengkapan untuk syuting sudah masuk ke mobil karavan. Karena banyaknya perlengkapan yang di bawa, maka mobil tak muat dan terpaksa harus dibawa karavan. Beberapa crew yang ada ikut dengan karavan, tapi tidak dengan Virgo. Pria itu naik moge. Virgo lebih suka mengendarai moge daripada mobil. Salah satu hobinya ikut touring. Dia punya grup touring sendiri. Selepas acara syuting dan bila tak ada kegiatan lagi dia seringkali menghabiskan waktunya untuk touring bersama timnya untuk melepas penat. Virgo melaju motor dengan kecepatan tinggi di jalanan, membelah kemacetan kota Jakarta yang saat ini mendung. Di atas sana awan menggantung bergumpal hitam. Entah apakah akan turun hujan apa tidak, yang jelas angin yang menerpa tubuhnya terasa menggigit sampai ke tulang. Bahkan kendaraan lain juga melaju cepat di jalanan seolah berlomba adu kecepatan agar selamat dari hujan. Virgo kemudian menghentikan moge di depan sebuah perusahaan besar dengan baliho besar di depannya bertuliskan MX Group. Ini adalah perusahaan inti dan merupakan perusahan milik Hadiguna, tapi tidak diwariskan pada Virgo, melainkan pada Damar. Virgo tak peduli perihal warisan dirinya dapat atau tidak, dia sama sekali tak menginginkan harta warisan dari ayahnya yang selama ini tak pernah menganggapnya ada. Sebenarnya dia tak ingin tinggal bersama Hadiguna dan istrinya yang sering merendahkannya tersebut. Sudah lama dia ingin keluar dari tempat yang terasa sebagai penjara baginya. Namun kepergiannya dari rumah selalu ditentang oleh Hadiguna. Virgo dengan langkah lebarnya memasuki gedung pencakar langit ini. Sampai di lobi dia dicegat oleh petugas resepsionis. "Pak, maaf Anda mau menemui siapa?" Seorang petugas resepsionis sampai berlari menggapai Virgo yang menuju ke lift. Virgo masuk ke perusahaan ini seperti masuk ke rumahnya sendiri. Tanpa permisi atau menyapa staf yang ada di sana. Biasanya Virgo tidak seperti ini, hanya saja hari ini Damar sukses membuat emosinya meluap naik. Jadi dalam pikirannya hanya ingin bertemu dengan Damar segera. Virgo berhenti mendengarkan panggilan dari petugas resepsionis. "Aku mau bertemu Damar. Dia ada di ruangannya, bukan?" "Maaf, Pak Virgo. Pak Damar sepertinya masih ada meeting dan tak bisa diganggu." Petugas resepsionis tentu tahu siapa Virgo di sini, saudara Damar. Dia juga tahu seperti apa hubungan dua orang ini yang seperti anjing dan kucing saja. "Kapan meetingnya selesai?" "Kalau sesuai jadwal sekarang ini meeting sudah selesai tapi tidak tahu juga terkadang meeting bisa molor dari jadwal, Pak." "Berati sekarang sudah selesai. Terima kasih informasinya aku temui dia sekarang." Virgo menekan tombol pintu lift. Pintu terbuka, Virgo masuk dan langsung menekan tombol tutup. Petugas resepsionis hanya melongo melihat kepergian Virgo yang begitu cepat. "Pak Virgo! Aduh bagaimana ini? Bagaimana bila Pak Damar marah padaku nanti?" Petugas resepsionis kemudian berbalik dan berlari menuju ke mejanya kembali untuk memberitahukan pada Damar perihal kedatangan Virgo. Semua staf di sini tahu seperti apa atasannya itu bila sedang marah. Semua akan dibabat habis sampai tuntas. Pernah hanya karena kesalahan kecil saja seorang petugas OB yang membersihkan lantai kemudian mengepel di dekat ruang meeting saat meeting sedang berlangsung. Padahal pertugas itu tidak mengganggu acara meeting sama sekali, namun kemunculan OB di sana membuat Damar marah, merusak pemandangan katanya. Detik itu juga OB tadi langsung dipindahkan ke lantai dasar. Resepsionis mengangkat gagang telepon berwarna hitam pekat dengan cepat dari tempatnya. Dengan kepanikan tingkat tinggi dia menghubungi nomor ekstensi Damar. "Halo, Pak Damar, maaf saya hanya mau menyampaikan saja pada Anda bila baru saja Pak Virgo datang untuk menemui Anda. Saya sudah menahan kepergiannya namun Pak Virgo tak bisa dihentikan, mohon maafkan saya." Suaranya terdengar gemetar dan parau. "Virgo datang kamu bilang?" Suara Damar terdengar meninggi. Tanpa berkata lagi kemudian terdengar suara bantingan telepon yang cukup keras dan panggilan berakhir setelahnya. Resepsionis kemudian menaruh gagang telepon dengan lutut yang gemetar. "Semoga saja Pak Damar tidak marah ataupun memberikan sanksi padaku nanti." *** Di ruangan Damar. Pria itu ada di ruangannya sendiri. Dia baru saja keluar dari ruang meeting dan duduk, belum ada semenit lamanya ada di kursinya ini. Dia berang sekali setelah mendapatkan kabar dari resepsionis perihal kedatangan Virgo kemari. Apalagi yang diinginkan adik sialannya ini? Apakah Virgo menginginkan jabatannya saat ini atau apa? Bukannya skeptis atau bagaimana, Damar selalu mengira bila Virgo selalu ingin menguasai harta ayahnya. Sejak kedatangan pria itu ke keluarganya hidupnya tidak pernah tenang dan nyaman sama sekali. Setiap hari dia dihantui perkara perebutan warisan. Dia takut saja ayahnya akan mewariskan seluruh kekayaannya pada Virgo. Nyatanya ketakutannya tidak terbukti sampai sekarang. Virgo hanya mendapatkan sedikit bagian, berbeda jauh dengan bagian yang diterimanya. "Virgo, kali ini masalah apalagi yang ingin kamu lempar padaku?" Tulang rahang Damar menegas hanya dengan menyebut namanya saja. Virgo bangkit dari duduknya lalu menuju ke pintu saat mendengar suara derap langkah kaki berhenti di depan ruangannya. Entah siapa itu yang datang, asistennya ataukah Virgo? Dengan satu sentakan kemarahan, pintu yang tertutup itu kemudian terbuka lebar. Dari baliknya menyembul sosok Virgo yang kemudian masuk dengan langkah berat dan cepat. "Ada apa kamu datang kemari? Kenapa kamu tidak bilang saja mau bertemu denganku atau kita juga bisa bertemu di rumah," cecar Damar menampilkan ketidaksukaan pada wajahnya. Sorot matanya menajam, kedua tangan bersilang di dadanya menantang Virgo. "Apa maksud kamu menyebarkan berita perceraian itu di layar kaca? Kamu bermaksud mengintimidasi Libra dengan memojokkannya? Tidakkah sudah cukup bagimu memberikan luka di hatinya dengan surat perceraian itu? Kenapa masih kamu tambah beban lukanya dengan perbuatanmu itu? Kamu pikir aku tidak tahu kamu yang membawa reporter ke sana!" Virgo tak bisa lagi menahan emosinya yang telah membakar habis dirinya. Bila menyangkut Libra dia akan turun tangan secepatnya. "Apa urusanmu mencampuri urusanku sekarang? Terserah aku mau membayar reporter untuk mengunggah berita itu atau tidak, itu bukan urusanmu. Puas kamu?" Damar tak kalah marah dari Virgo. Dia menatap nyalang adiknya ini. "Jadi benar kamu menggunakan trik kotor ini untuk menyerang Libra?" Virgo semakin meradang dia meringsek maju kemudian menarik kerah baju Damar mencengkeramnya erat. "Apa urusannya Libra denganmu? Dia adalah wanita yang mencoreng namaku, akan aku pastikan dia akan menanggung akibatnya karena berani mempermalukan CEO MX Group." "Hentikan itu Damar! Bila kamu melakukan itu kamu akan merusak reputasi Libra, juga akan menghancurkan karirnya!" "Memang itu yang kuinginkan terjadi padanya. Wanita pengkhianat seperti Libra tak pantas tetap eksis di dunia modeling yang diinginkannya saat ini. Jangan harap dia bisa terus berkarya setelah membuat kasus denganku." "Sialan kamu!" Virgo semakin erat mencengkeram kerah baju Damar kemudian melepas dan menghempas pria itu keras. Tubuh Damar terhempas ke belakang namun dia bisa menjaga keseimbangannya dan tak sampai jatuh. Sembari membersihkan kerah baju yang seolah kotor setelah disentuh Virgo, dia tersenyum licik menatap adiknya ini. "Apa urusanmu dengan Libra sebenarnya? Kenapa kamu begitu peduli padanya? Atau jangan-jangan memang benar dugaanku kalian berdua sudah selingkuh di belakangku? Sejak kapan kamu ada affair dengannya? Apalagi kini yang ingin kamu rebut dariku setelah kamu berhasil merebut Libra dariku? Posisiku di perusahaan ini atau semua harta milik ayah?" "Apa yang kamu bicarakan itu! Masalah Libra, aku hanya menyelamatkan dia saja agar tak termakan buaya rakus seperti kamu. Libra tidak tahu warna asli dirimu tapi aku tahu di balik topengmu! Ada monster di sana! Aku tak mau saja Libra berakhir di tanganmu dengan penuh penderitaan. Mengenai omong kosong posisi dan perusahaan ini aku tak mengincarnya, aku tak berminat sama sekali. Nikmati semua gemerlap kemewahan dari ayah. Kamu tak perlu khawatir karena aku tak menginginkannya sama sekali. Tapi sebagai gantinya aku melarangmu menyentuh Libra sedikit pun." Tatapan mata Virgo menukik tajam menghakimi Damar seolah menguliti pria itu hidup-hidup. Apa yang dimintanya tidak sepadan dengan apa yang diberikannya. Dia hanya meminta keselamatan Libra saja. Pasti bagi Damar itu tak sebanding dengan perusahaan beserta isinya, bukan? Kecuali bila dia memang rakus! Damar hanya tersenyum miring menatap Virgo. "Aku peringatkan sekali lagi bila kamu sampai menyentuh Libra maka kamu akan berhadapan langsung denganku. Aku minta padamu hari ini untuk menghapus berita tentang orang ketiga yang masuk di antara hubunganmu dengan dia detik ini juga!" Virgo memberikan tatapan elangnya untuk terakhir kali sebelum dia pergi meninggalkan tempat terkutuk ini. *** "Sial! Ini gara-gara berita sialan itu sekarang aku harus kesusahan sendiri kala keluar begini," rutuk Libra kesal. Berita yang kemarin tayang sekarang diputar ulang, porsi kebenarannya sekarang semakin dipertanyakan karena semakin tidak relevan dengan fakta aslinya dari apa yang sebenarnya terjadi. Libra ada jadwal pemotretan siang ini. Setelah berita mengenai dirinya kemarin tersebar sampai sekarang ini banyak reporter yang dia jumpai berkeliaran di jalan. Bahkan reporter itu beberapa ada yang menyamar seperti dirinya saat ini. Bila dia tidak jeli pasti akan berhadapan dengan reporter. Jangan sampai itu terjadi padanya. Niatnya dia menyetir mobil sendiri agar segera tiba di lokasi pemotretan, namun melihat situasi yang menegangkan saat ini di mana dirinya diburu oleh para reporter, maka yang dia pun terpaksa harus menggunakan jasa taksi untuk pergi ke lokasi. Dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung juga topi yang dikenakan, Libra yakin tak akan ada yang mengenali penyamarannya saat ini. Terlebih dia juga merubah gaya penampilannya saat ini. Dia memakai seragam anak kuliahan. "Pak, tolong turunkan saya di kampus dekat studio foto sana, ya?" ujarnya. "Ya, Nona." Sopir taksi melaju mobil menuju ke lokasi yang disebut Libra. Namun beberapa kali sopir itu memindai Libra. Apa benar dia anak kuliahan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD