11 - Alasan Jatuh Hati

1314 Words
Ayu sedang menata nasi goreng buatannya di atas meja. Sedangkan Kai sedang asik dengan ponsel miliknya, sambil sesekali curi-curi pandang ke arah Ayu. Ini pertama kali untuknya makan bersama orang lain selain dengan keluarga. Kai yang selalu berpindah-pindah lalu kepribadiannya yang sedikit dingin dan arogan, membuat pemuda itu tak memiliki teman dekat. Hal ini membuat Kai kesepian dan selalu sendirian. "Makasih, ya," kata Kai dengan lembut. Ayu yang sedang menarik kursi hendak duduk langsung mematung kala mendengar ucapan terimakasih kasih yang terdengar tulus dari mulut Kai. Sebenarnya apa yang salah dengan anak itu, sih? "Lo kenapa, dah?" tanya Ayu dengan tatapan heran. "Kenapa apanya?" Kai tak mengerti. "Tiba-tiba bilang makasih begini. Bikin gue merinding tau!" ujar Ayu sambil mengusap lengannya karena bulu kuduk nya sudah berdiri. "Lha, emangnya kenapa? Lo ga suka gue bilang makasih?" "Bukan gitu, woy! Tapi sikap Lo tuh kayak orang yang mau matii tau?" ucap Ayu jujur. "Biasanya kalau orang yang mau matii kan suka bersikap aneh-aneh," imbuhnya. "Si anjirr!" Kai tanpa ragu menoyor kepala Ayu dan membuat gadis itu kesal. "Heh Lo jadi bocah ga ada sopan-sopan nya!" Ayu hendak kembali menoyor kepala Kai, tapi tangannya justru ditahan oleh lelaki itu. "Lo makanya kalau ngomong jangan sembarangan!" ucap Kai sambil menatap Ayu tajam. "Kalau gue mati, yang ada Lo bakal kesepian." "Idih geer banget!" Ayu menarik lengannya yang sedari tadi digenggam oleh Kai. "Lagian siapa yang bakal kesepian gara-gara Lo, sih?" "Kata gue tadi." "Plis deh, ga usah geer ya!" Ayu kesal sendiri. Kai terkekeh, ah dia baru ketemu sama cewek yang ogah-ogahan banget kalau digombalin begini. Biasanya, dia yang akan digombalin sama cewek-cewek sampai ditembak juga. Tapi baru kali ini, Kai merasa ada penolakan yang jelas bahkan di saat dia berusaha untuk maju. Kenapa? Apa penyebabnya? Apakah dia kurang tampan atau bagaimana? Tunggu, kenapa sikapnya saat ini seperti orang yang terkena cinta bertepuk sebelah tangan? Bukankah dia tak perlu mempedulikan sikap Ayu terhadapnya? Kai dengan cepat mengangguk, benar dia seperti ini karena untuk pertama kalinya ada orang yang bersikap begini pada dirinya. "Lo kenapa?" tanya Ayu heran karena Kai tiba-tiba mengangguk begitu. "Nggak kenapa-kenapa." Kai menggeleng, tidak mungkin dia memberi tau Ayu tentang apa yang ada di dalam pikirannya. "Ya udah, buruan makan nasi goreng nya sebelum dingin," titah Ayu. "Gue ga tau masakan gue cocok apa nggak di lidah Lo." "Oke, gue cobain, ya." Kai memasukkan sesendok nasi goreng buatan Ayu ke dalam mulutnya dan mulai mengunyah nya. Kepalanya mulai manggut-manggut, dan hal ini justru membuat Ayu jadi terkekeh sendiri. "Kenapa? Enak?" tanya gadis itu sudah bisa menebak dari reaksi yang Kai berikan. "Ehem ... lumayan," kata Kai langsung mengontrol ekspresi wajahnya. Ayu hanya terkekeh, mereka bedua menikmati nasi goreng buatan Ayu sambil mengobrol ringan. Bagi Kai dan Ayu yang selalu di ditemani oleh kesepian membuat mereka selalu merasa hampa. Tapi, setidaknya baik Ayu maupun Kai setidaknya sekarang mereka tidak akan terlalu merasa kesepian. "Lo suka sama anaknya Pak RT, ya?" tanya Kai saat mereka sudah kembali ke kamar milik Ayu. Ayu kembali dengan pekerjaannya, dan Kai sibuk dengan komik yang ada di tangannya. "Apa?" pekik Ayu kaget mendengar pertanyaan Kai. "Ga usah teriak-teriak! Ini bukan di hutan," ucap Kai kesal. "Ya abisnya Lo ngomongnya ngelantur," kata Ayu kesal sambil kembali mengerjakan pekerjaannya. "Gue nggak ngelantur, kok." Kai kembali membaca komik. "Ya terus kenapa tiba-tiba ngomong kayak gitu?" tanya Ayu kesal. "Bukan ngomong, gue nanya, Yu," ucap Kai mengoreksi perkataan Ayu. "Ya intinya begitulah." "Bener, kan? Lo suka anaknya Pak RT?" tanya Kai sekali lagi. "Nggak." Ayu menggeleng. "Nggak usah bohong, Yu. Bohong itu dosa, lhooo." Kai mengingatkan. "Lagian keliatan jelas tau kalo Lo tuh suka sama dia. Bahkan bunga yang ada di rumah gue juga tau, kalo Lo suka sama anaknya Pak RT." "Lucas." "Apa?" Kai menoleh ke arah Ayu. "Namanya Lucas," ulang Ayu karena rasanya nggak enak banget dari tadi Kai terus bilangnya anaknya Pak RT. Padahal Lucas punya nama yang bagus, sayang kan kalau nggak disebut. "Ya terserah Lo deh." Kai menyerah. "Apa yang Lo suka dari dia?" tanya Kai tiba-tiba kepo. Padahal Kai bukan tipe orang yang kepo, tapi entah kenapa kali ini dia penasaran. "Kenapa Lo jadi kepo begini?" Alih-alih menjawab Ayu justru balik bertanya. Karena baru kali ini dia berbicara sebanyak ini dengan orang asing, selain dengan bunda nya. "Ya cuma penasaran aja. Soalnya gue belum pernah dengar cerita temen gue yang suka sama orang," kata Kai sambil tertunduk. Kesendirian yang Kai alami membuat pemuda itu mencoba untuk tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tapi kali ini berbeda, Kai selalu penasaran tentang Ayu. Tentang gadis yang tinggal di sebelah rumahnya, tentang gadis yang menuduhnya sebagai Kang Palak di hari pertama sekolah. Apakah pertemuannya yang unik dengan Ayu membuat dirinya jadi penasaran begini? Entahlah, yang pasti Kai merasakan apa yang sebelumnya dia rasakan. Melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah dia lakukan. Ayu melirik sejenak ke arah Kai yang masih menggenggam komik miliknya. Sepertinya tidak buruk juga memberi tau Kai tentang alasannya yang begitu menyukai Lucas? Karena ini akan menjadi pengalaman bagi Ayu, menceritakan alasan dia menyukai Lucas pada orang. "Karena dia ganteng?" tebak Kai dan tepat sasaran. "Yaps! Karena dia ganteng." "Selain itu?" Kai menjadi semakin penasaran. "Karena gue yakin alesan Lo bisa suka sama dia bukan karena ganteng aja, kan?" imbuh Kai. Ayu mengangguk, benar alasan dia bisa menyukai Lucas sampai sejauh ini bukan karena lelaki itu tampan saja. Bagi Ayu, tampan hanyalah nilai plus untuk Lucas. Alasan Ayu bisa menyukai Lucas karena sifat lelaki itu, yang menurut Ayu sangat-sangat baik. Sopan santun, peduli dengan lingkungan sekitar, dan tidak bisa mengabaikan hal-hal yang terjadi pada lingkungannya. Termasuk membantu Ayu sewaktu kecil saat dirundung oleh teman-temannya, dan menjadi pelindung di saat Ayu akan dirundung lagi oleh teman-temannya lagi. Ayu yang saat itu masih kecil, langsung jatuh cinta pada Lucas yang sudah sebaik ini padanya. Ayu mengira kalau rasa sukanya itu hanyalah cinta monyet, yang suatu hari nanti juga akan hilang. Tapi siapa sangka jika rasa sukanya justru bertahan sampai sekarang. "Karena sifatnya yang baik, nggak kayak seseorang," sindir Ayu sambil melirik ke arah Kai. Pemuda itu hanya terkekeh, yah dia tau kalau yang Ayu maksud adalah dirinya. Tapi bagaimana, ya? Kai sendiri juga tidak tau alasannya kenapa dia bersikap seperti pada Ayu. Mungkin Kai hanya kelewat senang, karena sudah lama nggak punya teman. "Ya, ya, ya, gue ngerti." Kai mengangguk. "Setidaknya anak Pak RT itu harus punya sikap yang sopan santun, biar bisa jadi panutan para warga nya." "Nah, Lo juga harusnya ngikutin kayak A Lucas. Baik, sopan, santun, dan ga nyebelin juga," ucap Ayu sedikit ngegas. Kai menatap Ayu deng tajam, dan hal ini justru membuat gadis itu gugup karena tidak biasanya Kai menatapnya sampai seperti itu. "Lo kenapa, sih?" tanya Ayu sambil mengalihkan pandangan. "Jangan paksa gue biar kayak si Lucas. Gue ya gue, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang gue punya. Lo nggak suka? Nggak apa-apa, karena kenyataan gue nggak bisa bikin semua orang suka sama gue, Yu," ucap Kai dengan tegas. "Paham?" "Iya deh iya, gue minta maaf." Ayu tak ingin terus berasa dalam situasi yang menegangkan begini dan membuatnya tak nyaman. Maka dari itu Ayu lebih memilih untuk mengalah. "Ya udah, kalo gitu gue pulang." Kai beranjak dari duduknya dan meletakkan komik yang sebelumnya dia baca ke tempat semulanya. "Lo mau pulang?" tanya Ayu karena tiba-tiba saja si tengil itu bilang mau pulang. "Iya." "Kenapa? Kok pulang?" Entah kenapa tiba-tiba saja mulutnya berkata seperti itu, dan hal ini membuatnya menyesali perbuatannya. Kai menoleh ke arah Ayu yang sedang duduk manis di depan laptop. Kakinya melangkah maju, mendekat pada gadis itu. "Kenapa? Lo ga mau jauh-jauh dari gue?" "Idih narsis banget, ya! Siapa juga yang ga mau jauh-jauh dari Lo?" cibir Ayu. Kai terkekeh, tangannya terulur dan mengacak-acak rambut Ayu dengan gemas. "Kalo gitu gue pulang dulu, ya. Nanti kita main lagi." Kai berlalu meninggalkan Ayu yang sedang menahan kesal karena diperlakukan seperti anak kecil. "Kai!" teriak Ayu kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD