Jayne terbangun di sofa ruang tamu dengan selimut tipis menutupi tubuhnya. Matanya sempat berkelip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang mulai masuk lewat celah gorden. Sisa hangat semalam masih terasa, tapi pelukan yang menenangkannya sudah tak ada. Ia menoleh pelan. Sofa kosong. Elang tak lagi di sana. Jayne menarik napas dalam. Ada rasa kehilangan yang samar, meski ia tahu pasti Elang sudah beranjak lebih pagi. Aroma samar kopi tercium dari arah dapur. Ia mengeratkan selimut, berusaha menenangkan denyut jantung yang tiba-tiba mengingatkan pada pelukan Elang semalam masih melekat. Hangatnya masih tertinggal di kulit, bahkan aroma samar parfum dari tubuh lelaki itu seakan menempel di inderanya. Jayne mencoba menenangkan diri. Tapi yang muncul justru kilasan ciu