Jayne pun mengangkat gelasnya, bibirnya melengkung samar. “Untuk malam yang … entah kenapa terasa lebih tenang dari biasanya.” Elang menatapnya sebentar, lalu ikut mengangkat gelasnya. “Untuk kamu … yang bisa membuat rumah ini lebih hidup.” 'Clink.' Dua gelas beradu pelan, memantulkan cahaya lampu beranda. Jayne menyesap sedikit, membiarkan rasa asam dan manis menyusup di lidahnya. Ia bukan peminum, tapi wine itu terasa seperti penghangat malam yang sepi. Elang memutar gelas di tangannya. Diam sejenak, menatap cairan merah gelap itu. “Kalau kamu nggak keberatan … tinggal lebih lama. Kayla … kami suka ada kamu di sini.” Jayne menoleh, senyum kecil mengembang. “Kamu yakin bukan cuma Kayla?” Elang sempat terdiam, menoleh cepat, matanya menatap Jayne dengan tatapan yang tak bisa ia sembu