Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Paris, Zaviya sudah sibuk packing. Banyak barang yang dia beli untuk keperluan dokumentasi seperti pakaian, sepatu dan tas padahal Svarga sudah mengingatkan kalau dia boleh belanja kalap di sana. Tapi Zaviya tidak mau mendengar alhasil kopernya yang ukuran besar penuh sampai harus menggunakan satu koper lainnya. Svarga tidak memprotes, Zaviya dan hormon ibu hamil yang melingkupinya bila di protes maka gedung apartemen ini bisa hancur oleh amukannya. “Babe … udah dulu packing-nya, kamu harus tidur …. Besok pesawat kita berangkat pagi sekali.” Svarga memanggil dari atas ranjang. “Bentar sayang, bentaaaaaar.” Zaviya berteriak dari walk in closet. Lagi-lagi Svarga hanya bisa mengembuskan napas panjang, dia tidak akan bersikap tegas bila bukan meny