Mahendra memanggil Fajar secara khusus. Setelah Raya menemuinya tadi pagi dan mengatakan akan menikah dengan Fajar, Mahendra meminta keterangan dari mulut Fajar sendiri. Baginya, Raya bukan lagi anak-anak yang berusia masih remaja. Gadis itu bahkan hampir tiga puluh tahun. Dia ingin pernikahan ini bukan lagi atas dasar paksaan. Bagaimanapun, perusahaan butuh pewaris dan Raya satu -satunya harapan yang akan melahirkan pewaris itu. Selain Fajar, tak ada lagi laki-laki yang dekat dengan anaknya. Fajar dipersilahkan duduk di depan meja kerja Mahendra. Laki-laki tua itu mulai memberikan pertanyaan. "Apa benar kalian ingin menikah?" "Seperti yang Anda ketahui." "Aku perlu menjelaskan sesuatu padamu sebelum ini terjadi." Mahendra menarik nafas. Ada beban berat di hatinya, dan permasalahan itu