ccz 7

1225 Words
Zea menatap ke dalam kamar dengan cahaya remang remang itu, ia melihat seorang anak kecil yang duduk dikursi dalam kondisi terikat. rumah dalam keadaan sepi dan Zea berfikir anak itu dibiarkan tanpa penjagaan.  Flashback on "Bagaimana? kau sudah menelepon orang tua anak yang kita culik itu?"  "Sudah, aku meminta mereka menyiapkan uang tunai 100 juta, paling lambat tengah malam ini. Jika tidak jangan harap mereka menerima anak mereka pulang dalam kondisi hidup."  Zea mengawasi 2 orang pria dari kejauhan, ia mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan 2 pria itu.  "Dimana kau menyekap anak itu?"  "Dia aman di rumah kosong jalan Bintang nomor 12."  "Baiklah ayo kita beli makanan dulu untuk anak itu, setelah itu kita ambil uang tebusannya." "Setuju, ayo," 2 pria itu melangkah pergi meninggalkan tempat dimana mereka berbicara tadi. Flashback off.  Zea kembali mengendap endap menuju pintu depan, kemudian mencoba membukanya, tapi memang rumah itu dikunci. Ia mencoba berkonsentrasi dan memusatkan tenaga dalamnya dan kemudian menendang pintu itu, dengan sekali tendang pintu itu langsung terbuka. Zea tersenyum puas, tidak disangka kekuatannya masih sama seperti dulu, memang ia masih latihan walau tidak se intens dulu.  Ia kemudian bergegas masuk dan mencari ruangan dimana ia melihat anak laki laki yang berusia sekitar 8  tahun yang terikat di kursi tadi. Anak itu tidur dengan tidak nyaman di kursi karena ia terikat.  Zea segera masuk dan berlutut dihadapan anak itu.  "Dek....bangun dek," Zea menggoyangkan sedikit tubuh anak itu, anak itu membuka matanya dan wajahnya ketakutan.  "Kamu jangan takut, kakak akan membebaskan kamu."  Raut wajah anak itu yang awalnya ketakutan berubah bingung. "Beneran kak? dari mana kakak tahu tempat ini?" "itu nanti saja kakak jelaskan, yang penting kita keluar dulu sebelum penculiknya datang." Zea berusaha melepas ikatan ditangan dan kaki anak itu, kemudian mengajaknya keluar. "Kamu masih bisa jalan kan?" tanya Zea yang diangguki oleh anak itu, Zea menggandeng anak itu keluar kamar dan keluar dari rumah, tapi sebelum keluar langkah mereka terhenti karena 3 orang pria menghadang mereka membuat keduanya terkejut. Zea melihat dua orang tadi yang ia dengar pembicaraannya dengan seorang pria lain yang tadi tak ia lihat. "Hei...siapa kamu? mau kau bawa kemana anak itu?"  "Aku mau mengantarnya pulang."  "Kami tidak akan membiarkan kau membawanya pulang dan menghancurkan rencana kami," ucap pria yang baru dilihat Zea, sepertinya ia adalah pemimpinnya.  "aku juga tidak akan membiarkan kalian memanfaatkan anak tidak berdosa untuk mendapatkan keinginan kalian itu, apa kalian tidak berfikir bagaimana takutnya orang tua anak ini?"  "Kami tidak perduli, berikan anak itu pada kami."  "Tidak akan." Zea membawa anak itu kebelakang tubuhnya dan mulai bersiap.  "Berani juga kamu, ambil anak itu," ucap pria yang merupakan pimpinan komplotan itu. Dua orang anak buah pria itu melangkah maju tapi dihalau oleh Zea.  Mereka mulai menyerang Zea, dengan sigap Zea menghadang dan melawan pria itu yang mencoba mengambil anak yang berada di belakangnya.  Zea sedikit kewalahan melawan dua pria itu karena tubuh besar pria pria itu, tapi ia bisa mengimbangi kekuatan mereka. tapi lama kelamaan Zea makin terpojok, salah satu pria itu memukul perutnya hingga Zea tersungkur.  Pria yang merupakan pimpinan  komplotan itu menarik anak itu, tapi sepersekian detik suara tembakan terdengar.  "Jangan bergerak, angkat tangan, kalian sudah dikepung."  Ketiga pria itu mengangkat tangan mereka dan melihat ada beberapa polisi yang mengepung mereka, anak kecil itu segera mendekati Zea yang tersungkur.  "Kakak nggak apa apa?" anak kecil itu coba menolong Zea.  "Nggak apa apa dek."  Komplotan penculik itu segera diringkus oleh beberapa polisi, seorang pria berseragam polisi mendekati Zea dan anak laki laki itu.  "Kamu nggak apa apa dek?" tanya pria itu pada si anak, lalu pandangannya beralih pada Zea.  "Kamu...!!??"  Zea yang sedang memandang anak yang diculik itu pun mengalihkan pandangannya pada pada polisi pria yang sudah berlutut disamping anak itu, Zea sedikit terkejut melihat pria itu yang ternyata Reiki tapi ia bisa menguasai diri karena memang mengingat pekerjaan Reiki adalah polisi.  Reiki membantu Zea berdiri.  "Kenapa kamu ada di lokasi penyekapan korban penculikan?" tanya Reiki menatap Zea dengan penuh curiga.  "Kakak ini mau menyelamatkan aku om polisi," anak itu ikut berbicara.  "Oh ya?" Reiki kembali berlutut agar sejajar dengan anak itu.  "Nama kamu Ardan kan?" tanya Reiki yang diangguki oleh anak itu.  "Kok om tahu?" "Tentu, papa dan mama kamu yang meminta om menjemput kamu disini."  "Oh...tapi kita bawa kakak ini ke rumah sakit om, tadi kakak ini berkelahi sama penculik penculik tadi."  "Tentu..., ayo kita bawa dia ke rumah sakit."  Oooo----oooO "Bagaimana bisa kamu berada di lokasi penyekapan Ardan?" Reiki menatap Zea dengan pandangan menyelidik.  Zea selesai diperiksa oleh dokter dan hanya mengalami luka lebam saja di punggung dan bahunya. "Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan dua penculik itu, apa pak Reiki pikir saya harus diam saja?"  "Setidaknya kamu lapor pada polisi."  "Kelamaan keburu mereka pergi" Zea turun dari brankar yang ia duduki, dan berjalan meninggalkan Reiki, Reiki mengikuti langkah Zea. "Setidaknya kamu bisa telepon kantor polisi, jangan bertindak sendiri, bahaya, untung polisi segera datang, kalau tidak apa yang terjadi sama kamu," Reiki mensejajarkan langkah dengan Zea. "Ish ribet banget sih jadi orang, aku tuh...."  "Kak Zea....."  Zea menghentikan langkahnya dan berbalik, ia melihat Ardan berlari kearahnya diikuti oleh seorang pria dan wanita yang Zea tebak adalah kedua orang tua Ardan.  "Ardan...." Zea berlutut saat Ardan sudah berada dihadapannya. Ardan menghambur ke pelukan Zea, yang membuat Zea terkejut tapi ia membalas pelukan Ardan. Beberapa saat kemudian Zea mengurai pelukan Ardan padanya lalu berdiri. "Terima kasih ya sudah menolong Ardan, saya nggak tahu bagaimana nasib Ardan jika kamu tidak menolongnya."  "Bukan saya bu, tapi polisi," Zea melirik sekilas pada Reiki masih berdiri di sebelahnya.  "Tapi Ardan bilang kamu yang awalnya sudah disana berusaha membebaskan Ardan."  Zea hanya tersenyum mendengar ucapan mama Ardan. "Sebagai tanda ucapan terima kasih saya dan suami mengundang kamu untuk makan siang besok di rumah kami, pak Reiki juga."  "Maaf pak Bagas dan bu Indah, saya tidak bisa," tolak Reiki halus dengan tersenyum. "Saya memaksa pak Reiki, setelah makan siang mungkin kita berbicara tentang hukum di Indonesia," ucap pak Bagas yang memang adalah seorang pengacara terkenal di Jakarta. "Maaf pak, saya juga tidak bisa, saya harus bekerja. Saya hanya seorang waiters jadi tidak bisa sembarangan bolos."  "Baiklah, hari apa kamu liburnya, biar kami sesuaikan jadwalnya, benar kan pak Reiki?" Reiki hanya tersenyum.  "Saya liburnya weekend, tapi saya harus kuliah, jadi kalau makan siang sepertinya tidak bisa pak."  "Baiklah, weekend depan, kita dinner saja, bagaimana?" "Baiklah," jawab Zea.  "Pak Reiki?"  "oke."  "Baiklah kalau begitu kami permisi pulang dulu, oh ya ini kartu nama saya Zea, ada alamat saya juga disitu."  Zea menerima kartu nama dari pak Bagas dan membacanya.  "Baiklah pak bagas, terima kasih."  "Bye kak Zea." Ardan melambaikan tangan pada Zea, Zea membalas lambaian tangan Ardan. Ia melangkah pergi dan berniat pulang.  "Zea...tunggu, ini sudah sangat malam, biar saya antar ke tempat kost kamu."  "Tidak usah, saya tidak ingin merepotkan," Zea terus berjalan meninggalkan Reiki.  "Jadi orang jangan bebal," Reiki menarik tangan Zea keluar dari kantor polisi dan menuju mobilnya. "Eh...eh....pak, jangan tarik tarik begini, malu dilihat orang," gerutu Zea.  Zea membuka pintu penumpang mobil Jeep miliknya.  "Masuk..."  "Nggak mau."  Reiki mendorong tubuh Zea agar masuk dalam mobilnya, terpaksa ia menerima tawaran Reiki untuk mengantarnya pulang ke tempat kostnya.  Zea heran kenapa Reiki mau mengantarnya pulang, ia tahu Reiki tidak menyukainya, itu bisa ia lihat dari tatapan mata Reiki. Zea berfikir, apakah karena wajahnya mirip dengan gadis bernama Zahira itu sehingga Reiki tidak menyukainya. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD