4. Dimadu atau bercerai?

1281 Words
“Hasan!!Duduk!” suara teriakan amarah sang papa membuat Hasan berhenti untuk mengejar dan merayu sang istri untuk tidak meninggalkannya. “Nic, papa harap kamu juga akan singkirkan dulu kemarahan kamu dan bersama sama mencari solusi dalam masalah ini.” kata papa sedikit melembut. Mungkin papa adalah orang kedua sesudah mas Hasan yang masih dihormati oleh Nicola. Mertua laki lakinya itu sama sekali tidak pernah suruh campur masalah rumah tangganya bersama dengan Hasan, sangat berbeda dengan ibu mertuanya yang getol ingin memisahkan dirinya dengan Hasan. Dan Nic harus mengakui, kalau kali ini mama mertuanya berhasil! Ia sudah tak mau lagi berhubungan dengan Hasan apapun itu alasannya nanti. Nic memilih duduk di sofa tunggal di samping sang papa mertua yang juga duduk di sofa tunggal, sedangkan mama mertua dan juga Ameera duduk bedua. Hasan seolah tidak perduli dan jijik berdekatan dengan pelakor itu dan memilih untuk duduk sendirian di kursi yang diambilnya dari ruang makan. Hasan memangku kedua belah tangannya di dada, mungkin Hasan sendiri sengaja tidak mendekat dengan Ameera karena ada istrinya, dibelakang istrinya ia hot hot saja. Nic mencebik melihat apa yang dilakukan sang suami sekarang. “ Papa mau berbicara masalah video yang sudah viral di dunia maya itu, ini menyangkut harga diri dari keluarga Abimanyu. Seperti yang kalian ketahui bahwa papa akan mengikuti pemilihan legislatif, dan kalau ada selentingan-lentingan seperti ini akan membuat Papa bisa terancam gagal untuk bisa menjadi anggota dewan. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar agar semua orang tidak tersakiti. Yang paling utama adalah pernikahan kamu dengan Nicola! Nic, papa hanya punya 2 tawaran, dimadu diam diam atau kamu memilih untu bercerai segera sebelum masalah ini melebar.” tanya papa yang bagaikan menjatuhkan bom di tubuh Nic. 2 pilihan yang sangat ngeselin dan egois. “Maaf pa, Nic akan meminta cerai sehingga mas Hasan akan bisa menikahi wanita lakor itu, sehingga takkan ada yang salah dengan video itu kan?” tanya Nic dengan segera. Ia membuang wajahnya ke samping melihat mama mertua dan ameera tersenyum culas di belakang. “Tidak, sampai kapan pun mas tidak akan menceraikan kamu, Mas sangat mencintai kamu … itu hanya khilaf.” “Khilafmu itu sudah menghasilkan,lebih baik kamu menceraikan istri kamu yang miskin dan mandul itu. “ kata mamanya dengan tampang dan ekspresi menghina. Dan ekspresinya itu seperti mengatakan bahwa ‘Benarkan apa yang Mama pikirkan dulu bahwa kamu tidak akan pernah bisa langgeng dengan Hasan karena perbedaan strata sosial dan juga latar belakang keluarga. Dapat latar belakang keluarga dari mana wong ternyata Nic itu kan anak yatim piatu?’ Nic tidak peduli apapun yang saat ini dipikirkan oleh keluarga egois dan sombong ini, dia tidak mau lagi memikirkannya. Sebetulnya ketika permasalahan ini muncul timbul rasa kram di perutnya jadi dia tahu bahwa sang anak tidak ingin bahwa dirinya berpikir berat yang akan membuat janinnya bermasalah. Oleh karena itu, dirinya akan secepat mungkin pergi dari tempat ini supaya dia bisa segera menenangkan diri. Papa hanya bisa mendesah, memegang keningnya yang tiba-tiba pening, Hasan dan istrinya adalah kombinasi yang tepat yang selalu membuatnya naik darah. Kalau dia tidak sedang memikirkan masalah naiknya dirinya ke sebuah jenjang yang lebih tinggi dan menjadi anggota dewan, Mungkin dia sudah meninggalkan istrinya yang bawel itu dan mengencani wanita yang lebih baik darinya. “ Baiklah, karena istrimu tidak mau dimadu berarti Kesimpulannya adalah kamu harus menceraikan istrimu sekarang.” kata papa sambil kembali mendesah karena jujur saja menurutnya yang benar benar bisa diandalkan justru menantunya itu, dibanding anak dan istrinya sendiri. Ia juga tahu kalau Ameera itu dipilih sang istri karena kekayaannya dan keluarganya. Tapi kalau ia boleh memilih, baginya Nicola itu adalah istri idaman, karena selain cantik dan memiliki tubuh yang seksi, ia juga sangat pandai. Setahunya Nic itu juga merupakan lulusan terbaik di kampusnya dengan predikat summa cumlaude, yang membuatnya diterima di salah satu perusahaan papa Bambang, tapi setelah Hasan bertemu dengan Nic, dia malah langsung jatuh cinta kemudian mengejar-ngejar Nic, pegawainya yang sangat handal itu untuk dinikahi. “ Hasan tidak mau menceraikan Nic . . . PA!” katanya merajuk. “Itu buah dari kecerobohan kamu, jadi papa besok akan mengatur semuanya, …” “Hasan tetap tak mau menikahi Ameera, itu bukan anak Hasan!” katanya sambil menunjuk Ameera. “Tapi ini anak kamu mas!” “Kita akan cek di rumah sakit, kalau sampai kamu membohongi keluarga Abimanyu, kamu akan merasakan akibatnya.” sang papa langsung memberikan ultimatum keras membuat Ameera menciut. Salah tingkah!Hmm mencurigakan! Tapi apa peduliku? pikir Nic. “Baiklah pa, kalau begitu Nic akan mengemasi pakaian Nic karena toh kami akan segera bercerai.” kata Nic sambil beranjak pergi, membuat Hasan melotot. “Sebelum keluar surat cerai, kamu gak boleh keluar dari rumah ini.” sergah Hasan tak rela. Ia bahkan memiliki keinginan untuk membuat sang istri balik lagi. Mungkin ia akan dijadikan simpanan sementara, sedangkan biar saja Ameera mendapatkan status, yang penting hati dan cintanya buat Nicola seorang. Ya, mungkin Nic mau! Hasan memikirkan bagaimana dirinya mendekati Nicola lagi., “Heh!Kalian itu mau cerai. Yang bener Nic harus segera keluar dari rumah.” kata mama dengan santai. Ia menantikan hal ini . . . saat saat dimana ia melihat Nic keluar dari rumah ini dan bercerai dengan anak laki lakinya. Mereka itu tidak seimbang Dalam segi bibit bebet dan bobot. Latar belakang keluarganya lebih tinggi daripada strata sosial nicola. Seharusnya mereka memang tidak pernah menikah! “Betul kata mama, mas! Aku pamit ma, pa . . . semua barang ku juga sudah aku siapkan.” kata Nic dengan santai, walau di dalam hatinya sangat teriris dengan apa yang dikatakan oleh sang mertua. Perbuatan baiknya selama ini tak akan pernah bisa membuat dirinya ada di dalam hati mama mertuanya itu, Nic berbisik perih. “Nic, kamu mau kemana?” tanya Hasan lagi tak sanggup melihat sang istri yang ternyata sudah siap dengan barang barangnya. “Jangan bawa barang milik orang lain, bawa milik kamu saja. Toh, kamu kesini juga gak bawa apa apa ynag berharga.” cemooh mama mertua dengan Ameera yang tampak tersenyum culas walau wajahnya kelihatan menunduk. “ Tenang saja, ma! Hanya ini yang Nic bawa, bahkan baju yang dibelikan ms Hasan gak ada satupun yang kubawa. Buat apa ?” tanya Nic dengan wajah datar. “Sayang, aku antar ya . . “ mas Hasan masih berusaha untuk mendekati. “Nope, aku sudah panggil ojol! Nanti kalau surat cerai sudah jadi, tolong kabari ya, pa! ” Dia tahu kalau papanya akan membuat surat perceraiannya itu sangat mudah. Jadi ia santai saja. “Baik !” kata papa dengan wajah lelah. “Sayang, mas antar saja, jadi kalau surat sudah jadi bisa mas anter langsung. Kamu mau tinggal dimana?” tanya Hasan dengan gigih. Tin Tin . . Rupanya ojol yang dipesan sudah datang, Nic bergegas ingin segera keluar dari rumah laknat itu. “Maaf, ojolnya dah datang, Nic permisi dulu.” kata Nic dengan santai tapi kalau sebenarnya di dengarkan pasti tahu kalau ada getaran nyeri di setiap perkataannya itu. Nic bangkit diikuti oleh Hasan, sedang yang lain hanya duduk tanpa ingin melihat keluar, apakah Nic baik baik saja aatau tidak? “Sayang . . “ “Sudahlah mas!” “Jangan blokir telepon mas ya!Kalau ada apa apa, kamu bisa hubungi, begitu pula dengan mas!” “Dimasa yang akan datang kamu dan aku bukan siapa siapa lagi, mas! “ Nic berkata dengan nada dingin dan datar, seolah penikahannya dengan Hasan tak pernah ada artinya. Salah!!Sebenernya saat ini Nic sakit hati sekali, ingin ia menjambak Ameera, meninjunya dan juga memaki ibu mertuanya serta ayah mertuanya yang tak punya hati. Coba kalau ini dipihak mereka, akankah mereka bisa seperti dirinya? Tapi tenang saja, semuanya pasti akan terbalas! Kupastikan Karma dari perbuatan kamu dan keluargamu, mas!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD