38

1088 Words

"Damar lapar gak?" tanyaku sambil lagi-lagi mengusap air mata. Saat bersitatap dengan Kak Dewa yang terus membisu, jantungku seperti teremas. Sikap Kak Dewa berubah dengan yang terakhir kali. Tapi terserahlah, karena aku tak mau lagi berharap pernikahan kami menemukan muaranya. Jika perpisahan adalah yang terbaik, maka akan kuambil jalan itu. Disakiti terus menerus sungguh membuatku amat lelah. Kugenggam tangan Damar, menariknya pelan menuju ruang tamu. "Damar gak lapar. Tadi udah makan di jalan." Ia menatap Kak Dewa yang terus membisu. Sesekali Kak Dewa menatapku kesal. Aku memilih berpaling darinya. "Damar ngantuk. Ingin dipeluk mama." "Iya, Sayang." Kuajak ia menuju kamarku. Kak Dewa membuntuti. Ia duduk di bibir ranjang saat aku mulai mendongengi Damar sambil sesekali mengusap waja

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD