Malam itu hujan turun rintik-rintik, langit kota gelap dan dingin. Di kamar Arkanza, suhu tubuh bocah kecil itu tinggi, pipinya memerah dan napasnya tersengal. Nyonya Mirna terlihat panik, sementara Arga mondar-mandir dengan wajah tegang. Tak lama kemudian, bel rumah dibuka. Claudia datang dengan mantel panjang dan tas dokter. “Mana Arkan?” tanyanya cepat, tanpa basa-basi. “Di kamar. Tolong, Claudia,” kata Nyonya Mirna. Claudia segera menuju kamar Arkanza. Dia memeriksa suhu tubuh Arkan, mendengarkan detak jantungnya dengan stetoskop, dan melihat tanda-tanda dehidrasi. “Dia demam tinggi. Ini bisa karena infeksi virus. Aku akan beri obat penurun demam dulu dan minta kalian kompres dengan air hangat. Jika dua jam tidak turun, segera bawa ke rumah sakit.” Arga berdiri di sisi tempat tidur