Di kamar mereka yang luas dan hangat, Alula berdiri di depan cermin besar. Ia mengenakan lingeri baru berwarna hitam yang baru saja ia beli diam-diam. Tatapan matanya tidak hanya memantulkan rasa percaya diri, tapi juga kilatan kegelisahan yang sulit ia abaikan. Ucapan Claudia kembali terngiang dalam benaknya. "Akan ada satu wanita yang masih dicintai Arga. Saat wanita itu datang, kamu mungkin tidak akan berarti lagi." Alula menghela napas pelan. Ia tidak ingin hidup dalam bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi kata-kata Claudia—dengan segala kepahitan dan dendam di dalamnya—mampu menyusup ke ruang-ruang kecil dalam hatinya. Ia memejamkan mata sejenak, mengatur napas, lalu membuka matanya dengan tatapan baru—lebih tenang, namun penuh tekad. Ia tidak memakai lingeri itu untuk membuktik