5

2093 Words
Hari Minggu telah tiba, dimana hari ini kedua keluarga akan bertemu untuk membicarakan tentang perjodohan diantara Hana dan Adnan. Mereka melakukan pertemuan di rumah keluarga Pranaja yang merupakan keluarga dari mempelai laki - laki yang akan dijodohkan. "Kami mau kemana, Adnan?" Ny. Pranaja yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah, seketika menghentikan langkah Adnan yang bersiap untuk keluar dari rumah. Sepertinya anaknya itu berencana untuk kabur dari acara malam ini. Dan Ny. Pranaja tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Mau pergi, Ma. Sama Talita." Adnan merasa aneh dengan mamanya yang tiba - tiba menghentikannya. Biasanya mamanya itu selalu membiarkannya pergi kemana pun. Tapi kini? Sepertinya ada sesuatu yang akan dilakukan keluarganya malam ini. Atau mungkin, Adnan melupakan sesuatu? Tapi apa? "Masuk kembali ke kamarmu." Dengan suara yang tegas khas seorang ibu, Ny. Pranaja menyuruh Adnan untuk segera kembali ke kamarnya dan tidak diperbolehkan untuk pergi kemana pun. "Tapi Ma-" Adnan hendak protes, tapi segera diurungkannya ketika ia mendapat pelototan dari Mamanya yang seolah mengatakan bahwa perintahnya tidak dapat diganggu gugat dan harus dituruti bagaimana pun caranya. "Masuk, Adnan!" Karena Ny. Pranaja tidak dapat menahan kesabarannya akibat Adnan yang tak kunjung beranjak kembali ke kamarnya, akhirnya beliau memilih membentak anaknya itu dan memerintahkan dengan paksa agar Adnan segera kembali. Melihat Mamanya yang mulai emosi, akhirnya Adnan hanya bisa menghela napas pasrah dan menuruti permintaan mamanya untuk kembali ke kamarnya. Memangnya mau ada acara apa? Kenapa Mamanya terlihat galak sekali malam ini. Sesampainya di kamar, Adnan membanting pintu kamarnya dengan keras tanda bahwa dia sedang kesal dengan mamanya. Ia kembali mengingat - ingat tentang hal penting yang akan terjadi pada malam hari ini. Hingga akhirnya matanya tertuju pada kalender kecil yang ada di atas samping tempat tidur. Bukan tanggal yang menjadi fokus pandangannya, mainkan hari yang ada di kalender tersebut. Hari ini adalah hari Minggu, bukannya dan tidak tahu sekarang hari apa. Hanya saja yang merasa ada hal yang terlupakan di hari ini. Selain rencana kencannya bersama Talita. Otak Adnan mulai berputar mencari apa yang telah dilupakan. Sampai akhirnya pikirannya berhenti pada satu kata yaitu perjodohan. Akhirnya Adnan mengingat bahwa malam ini adalah hari dimana kedua keluarganya dan keluarga gadis yang akan ia nikahi akan bertemu untuk membicarakan perjodohan di antara mereka. Mungkin inilah saatnya ia harus bisa menolak perjodohan ini tepat di depan keluarga gadis itu. Yang benar saja, masa Adnan harus menikah dengan gadis kampungan seperti dia. Jika benar hal itu terjadi, maka akan menjadi aib yang cukup memalukan baginya di dunia hiburan. Dan bisa saja hal itu dapat mempengaruhi karir Adnan. Ia tak mau hal itu terjadi, jika perjodohan ini masih sempat untuk dibatalkan, maka Adnan lebih memilih membatalkannya sekarang. Adnan duduk diatas tempat tidurnya sambil melihat kearah jendela besar yang ada di kamarnya. Ia menatap kosong ke depan dan berharap segera melalui malam ini dengan tenang. Adnan juga berharap semoga keluarga gadis itu berhalangan untuk datang ke rumahnya. Ketika Adnan asik dengan pikirannya, tiba-tiba ponsel pintarnya menyala menampilkan sebuah pesan dari kekasihnya, Talita. Ia menjadi merasa bersalah ketika melihat nama yang ada di layar awal ponselnya. Akibat acara perjodohan ini, membuat Adnan harus membatalkan rencana kencannya bersama kekasihnya itu. Dengan menghela napas pasrah, Adnan membuka kunci layar dan mulai membaca isi pesan tersebut. Tertulis dengan jelas di sana bahwa kekasihnya menanyakan keberadaan Adnan saat ini. Mungkin saja Talita telah menunggunya di rumah saat ini, agar Adnan dapat menjemputnya sekarang juga. Walaupun sebenarnya lokasi rumah Talita berada tepat di sebelah rumah Adnan. Tapi karena sedari dulu kedua orang tua Adnan tidak pernah akur dengan kedua orang tua Talita, sehingga membuat mereka tidak dapat bertemu di rumah. Entah apa yang membuat kedua orang tua Adnan dan Talita tidak akur satu sama lain. Tapi yang pasti, kejadian itu telah berlalu sejak Talita dan Adnan masih kecil. Mungkin bisa dibilang sejak tetangga Adnan yang dulu sebelum Talita, telah pindah dan digantikan dengan keluarga Talita. Tapi sebenarnya bukan hanya itu alasan mereka tidak akur, ada faktor lain yang Adnan ataupun Talita tidak tahu. Mungkin berjalannya waktu hal itu akan segera terungkap. Meskipun kedua keluarga itu tidak akur, tapi Talita dan Adnan selalu bermain bersama secara diam-diam sejak mereka masih kanak-kanak. Sensasi kabur dari rumah membuat Talita dan Adnan terbiasa. Mungkin hal itu pulalah yang membuat Adnan menyukai Talita, begitupun sebaliknya. Kebersamaan mereka terus berlanjut hingga mereka kini menginjak masa dewasa, dan memutuskan memilih berkarier bersama. Adnan memejamkan matanya sejenak, ia berusaha untuk tidak terbawa emosi ketika mengingat malam ini ia akan dijodohkan dengan seorang gadis kampung yang sama sekali tidak ia kenal. Ia merasa telah menghianati Talita, padahal belum tentu perjodohan ini akan berlanjut hingga dirinya benar-benar menikah dengan gadis itu. Bagaimanapun juga akan akan berusaha untuk membatalkan perjodohan ini secepatnya. Ia tak ingin hidup di dalam kehidupan rumah tangga tanpa ada perasaan cinta. Adnan mengetikkan beberapa balasan kepada kekasihnya bahwa dia tidak bisa berkencan malam ini. Ia beralasan akan ada acara keluarga di rumahnya, sehingga membuat dirinya harus membatalkan kencannya bersama Talita. Setelah balasan terkirim, selang beberapa menit Talita membalasnya kembali dan mengatakan bahwa ia mengerti tentang situasi yang sedang dialami Adnan. 'Maaf, Sayang.' Gumam Adnan sambil melihat beranda chatnya bersama Talita. Ia tak tahu lagi harus bagaimana untuk menghadapi kasihnya nanti, ketika Talita tahu bahwa sebenarnya Adnan telah dijodohkan. Apalagi jika mengingat mamanya yang selalu berkoar-koar kemana-mana tentang apa yang menjadi capaian anak-anaknya. Hanya tinggal menghitung waktu sampai akhirnya keluarga Talita tahu tentang perjodohan ini, sekaligus Talita sendiri akan tahu semuanya. Dan jika saat itu tiba, mungkin saja Talita akan memilih mengakhiri hubungannya bersama Adnan dan membiarkan Adnan bahagia dengan calon istrinya. Ketika akan memikirkan itu, rasa marah yang ada di hatinya berkobar. Ya tak ingin hubungannya bersama Talita kandas begitu saja hanya karena perjodohan bodoh ini. Jika seandainya perjodohan ini dilanjutkan, mungkin Adnan bisa memikirkan cara lain untuk membuat gadis itu tidak betah hidup bersamanya. Dan pada akhirnya, iya dengan sendirinya akan meminta cerai terhadap Adnan. Seketika senyum licik terukir di bibir tebal Adnan. Ia mulai memikirkan berbagai cara supaya gadis itu nantinya membencinya. Dan Adnan yakin cara itu akan benar-benar ampuh. Ia sangat yakin akan hal itu. Tidak ada wanita yang kuat jika diperlakukan seperti apa yang dipikirkan Adnan saat ini. Apa lagi untuk seukuran gadis kampung seperti dia. Karena terlalu asyik dengan pikirannya dan rencana-rencana licik yang telah disusun dengan rapi, seketika ia mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar. Kemudian diikuti suara nyaring seorang perempuan yang meminta Adnan untuk segera keluar dari kamar. Siapa lagi kalau bukan mamanya tersayang yang telah mengganggu kegiatan melamun Adnan. "Adnan! Cepat keluar! Tamunya sudah datang." Teriak Ny. Pranaja sambil terus menggedor - gedor pintu kamar anaknya itu. Dengan langkah malas, Adnan membuka pintu kamarnya dan melihat mamanya yang sudah cantik dengan riasannya dan juga gaun merah maroon yang terlihat mencolok. Wajah galak mamanya terlihat tersamarkan dengan baluran make up menor khas wanita dewasa, yang menjadikan wajah mamanya menjadi elegan. "Siapa sih, Ma?" Tanya Adnan masih tidak terima dengan apa yang sudah dilakukan mamanya itu. Ia bertanya nada sedikit kesal, berharap mamanya mengerti bahwa dirinya sedang tidak dalam suasana hati yang baik. "Calon besan mama dan calon istrimu. Ayo cepat turun." Ny. Pranaja terlihat menarik tangan anak bungsunya itu menuruni anak tangga untuk bertemu dengan keluarga gadis yang akan dijodohkan dengan Adnan. Ketika sampai di ruang tamu yang sudah disulap seperti ruang makan dengan berbagai macam hidangan yang tersaji memanjang di atas meja, layaknya prasmanan. Terlihat disana seorang gadis yang terlihat lugu dan polos sedang duduk dengan anggun di kursinya, sedangkan di samping kirinya terdapat kedua orang tua gadis itu. Mereka tersenyum ramah menyambut kedatangan Adnan dan Ny. Pranaja yang baru saja tiba dari lantai atas. Tentu saja, Ny. Pranaja membalas senyuman itu dan mulai mempersilahkan keluarga gadis kampung itu untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan di atas meja. Berbeda dengan Adnan, ia masih memasang wajah dinginnya sambil menatap lurus kearah gadis yang sebentar lagi secara resmi akan bertunangan dengan dirinya. Meskipun semua itu karena perjodohan kedua orang tuanya, tapi tetap saja statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi tunangan orang. Bahkan bisa saja hingga berlanjut menjadi suami gadis kampung itu. Adnan meneliti penampilan gadis yang kini tengah menunduk akibat Adnan yang terus menatapnya. Gadis ini memakai baju kain yang sedikit lebih besar dari ukuran tubuhnya, dengan kerah berenda yang menghiasi leher dan tulang selangkanya. Kemudian pandangan Adnan berlanjut kearah tatanan rambut gadis itu yang dikepang dua kebawah, persis seperti model gadis kampung. Atau mungkin, persis seperti gaya rambut anak kecil! Benar - benar tidak cocok dengan gadis itu. Untuk bagian bawahnya, Adnan tidak dapat melihat karena tertutup meja yang menjadi penghalang pandangannya. Dari penampilan luarnya saja, Adnan sudah tidak suka. Apalagi jika menghabiskan seumur hidupnya bersama gadis kampungan ini! Yang ada malah setiap hari harus cuci muka dan muntah - muntah setiap melihat mukanya. Bukannya berlebihan, tapi memang Adnan tidak menyukai penampilan gadis ini, terlebih lagi sikapnya yang sok polos itu. Benar - benar membuat Adnan muak seketika! "Adnan, duduk." Tiba - tiba Adnan mendengar mamanya berbisik menyuruhnya untuk segera duduk disebelahnya. Mungkin karena Adnan terlalu asik meneliti penampilan gadis itu, sehingga ia lupa untuk duduk. Adnan segera mengambil tempat duduk di sebelah mamanya, dan itu berada tepat di depan gadis kampungan ini. Mata Adnan seperti kepanasan setiap kali melihat gadis ini, mungkin karena ia alergi dengan penampilan gadis di depannya ini. "Adnan, kenalin ini Hana. Gadis yang akan dijodohkan dengan kamu. Dan ini Tn. Arkarna dan Ny. Arkarna." Tn. Pranaja memulai pembicaraan dengan memperkenalkan keluarga Arkarna satu persatu. Ketika Tn. Pranaja menyebut nama Hana, seketika gadis itu melempar senyum manisnya kearah Adnan dan juga keluarga Pranaja, sebagai bentuk sopan santunnya. Sedangkan Adnan masih saja menatap tajam kearah gadis itu. "Tidak perlu diperkenalkan. Bukankah kita dulu pernah bertetangga? Masa Adnan tidak mengenali anak saya, Hana. Padahal mereka dulu sering main bersama." Tn. Arkarna mencoba mengingatkan keluarga Pranaja bahwa mereka dulu pernah hidup bertetangga disini. Lebih tepatnya, keluarga Arkarna lah yang dulu pernah menempati rumah Talita yang kini sudah menjadi milik keluarga Talita itu. Hingga akhirnya keluarga Arkarna memutuskan pindah akibat tuntutan pekerjaannya. "Oh iya. Tapi sekarang Hana sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik yah. Beruntung sekali kalian memiliki anak seperti Hana." Puji Ny. Pranaja sambil melihat gadis lugu yang sedari tadi hanya bisa melempar senyum tulusnya, tanpa mengatakan sepatah kata pun. Seketika Adnan seperti ingin muntah ketika mamanya itu memuji Hana secara berlebihan. Ia heran akan penilaian mamanya itu, di sisi mananya yang menurut mamanya itu Hana cantik? Bahkan jika mata Adnan meneliti dengan jeli, tak ada hal apapun yang mendukung pernyataan mamanya yang mengatakan bahwa Hana itu cantik! "Jeng, bisa aja. Adnan juga sudah menjadi sangat tampan." Ny. Arkarna berbalik memuji anak Tn. Pranaja dan Ny. Pranaja. Biasalah, ibu - ibu memang selalu melakukan itu agar tidak ada rasa cemburu diantara keduanya. "Terima kasih loh, Jeng. Mungkin karena ketampanannya ini, sehingga dipilih menjadi seorang model." Khas seorang ibu, ia akan memamerkan anaknya di depan orang tua lain untuk memancing kecemburuan. Tapi hal itu tidak berpengaruh terhadap Ny. Arkarna, ia hanya membalas ucapan Ny. Pranaja dengan senyuman tulus. Dirinya tahu, jika putrinya tidak dapat dibandingkan oleh sosok Adnan yang begitu sempurna. Namun, bukan berarti bahwa Ny. Arkarna tidak bangga terhadap putrinya. Malah sebaliknya, Ny. Arkarna sangat bangga akan Hana, dengan segala kelebihannya maupun kekurangannya. Yang terpenting, anak perempuan satu - satunya itu tidak pernah meninggalkan attitude jelek dimata orang lain. Itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ny. Arkarna dan Tn. Arkarna tentunya. "Hebat sekali." Puji Ny. Arkarna dengan tulus sambil menatap kagum kearah Adnan. Beliau masih tidak percaya bahwa anaknya akan menikah dengan seorang model papan atas seperti Adnan. "Terima kasih, Tante." Adnan berterima kasih kepada Ny. Arkarna yang telah memujinya. Seketika suasana hati Adnan sedikit membaik ketika melihat pandangan kagum yang dipancarkan oleh keluarga Arkarna. Dalam hatinya, ia mulai bertingkah sombong dan memandang rendah keluarga itu. "Tapi Adnan masih belum bisa membahagiakan orang tuanya. Hasil kerjanya hanya dinikmatinya sendiri. Sedangkan makan, tidur, dan sebagainya masih menumpang dengan orang tua. Berbeda sekali dengan Hana, yang sudah bisa membelikan rumah sendiri untuk kedua orang tuanya." Ny. Pranaja tidak menyangka bahwa Ny. Arkarna tidak merasa cemburu sedikit pun terhadapnya. Itulah mengapa alasan Ny. Pranaja selalu kagum akan keluarga Arkarna. Mereka tidak pernah sombong, dan selalu mementingkan attitude diatas segala - galanya. Hingga akhirnya Ny. Pranaja memilih inisiatif untuk memuji Hana. "Terima kasih, Tante." Suara lembut Hana akhirnya terdengar. Suaranya terdengar begitu sopan dan membuat kedua orang tua Adnan merasa begitu dihargai. Sangat berbeda sekali dengan perilaku Talita kepada mereka yang seolah menganggap mereka setara atau akrab. Berbeda dengan kedua orang tuanya, Adnan malah berdecak di dalam hatinya menghina sikap Talita itu. Sok polos! To Be Continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD