4

2109 Words
Hana terlihat dengan anggun turun dari panggung kecil tempat ia biasa bekerja sebagai pemain piano di salah satu restoran ternama di ibukota. Ia nampak cantik hari ini, meskipun hari - hari biasa tetap cantik. Tapi hari ini kecantikan Hana terlihat lebih bersinar dari hari - hari sebelumnya. Yah, apa lagi yang membuat Hana begitu bahagia? Selain kabar gembira tentang perjodohannya bersama Adnan dalam waktu dekat. Bahkan dirinya sudah bertemu dengan ayah dari calon suaminya itu, Tn. Pranaja. Dan calon mertuanya itu tampak menyambutnya dengan baik kemaren, sewaktu beliau mengadakan acara perusahaan di restoran ini dan Hana sebagai pengiring musik selama acara berlangsung. Hana juga diperkenalkan dengan rekan - rekan bisnis Tn. Pranaja, sekaligus rekan bisnis ayahnya. Karena Tn. Arkarna juga bekerja dibawah naungan perusahaan yang dikelola keluarga Pranaja. Tapi bukan berarti jabatan Tn. Arkarna rendah. Beliau di tempatkan sebagai direktur utama salah satu anak perusahaan dari perusahaan keluarga Tn. Pranaja. Bahkan Tn. Pranaja berniat memberikan anak perusahaan tersebut atas nama Tn. Arkarna, setelah Hana berhasil menikah dengan Adnan. Namun sayangnya, ayah Hana itu menolak. Ia merasa bahwa dirinya menjadi direktur di perusahaan tersebut karena pengaruh orang dalam. Atau bisa dibilang, karena pemilik perusahaan adalah sahabatnya sendiri. Tn. Arkarna hanya ingin bekerja sesuai dengan usahanya sendiri, tidak bergantung dari orang lain. Apalagi itu adalah temannya sendiri. Ia akan semakin merasa tidak enak, jika ia menerima tawaran Tn. Pranaja itu. "Seperti biasa, penampilan kamu selalu memukau Hana. Saya tidak habis pikir, untuk wanita berpendidikan tinggi seperti kamu, mau bekerja di restoran saya sebagai pengiring musik." Manajer yang mengurus tentang segala hal yang berhubungan dengan restoran tempat Hana bekerja, tiba - tiba menghampiri Hana dan memuji keterampilan Hana dalam memukau para pengunjung di restoran itu. Bahkan beberapa orang berkali - kali berdecak kagum atas apa yang sudah ditampilkan Hana barusan. "Terima kasih, Pak." Suara lembut Hana menjawab dengan sopan, pujian Manajer itu. Bukannya ia tak menghargai pendidikannya yang telah berhasil dicapainya. Hanya saja, dia sangat menyukai musik. Terutama piano. Ia tidak bisa hidup tanpa mendengar nada - nada yang keluar dari tuts - tuts piano yang ditekannya dengan lembut maupun tangkas dan cepat, sesuai dengan apa yang ingin ia bawakan. Terkadang hanya dengan piano lah ia dapat mencurahkan semua keluh kesahnya, maupun hal - hal yang selalu membelenggu pikirannya selama ini. Hingga akhirnya ia mendapati lowongan kerja di restoran ini yang membutuhkan pengiring musik berupa piano, bukan sebuah band lengkap. Karena konsep dari restoran ini adalah mewah, elegan, tapi juga anggun. Sehingga pemilik restoran membutuhkan pemain piano bukan band. Dan beliau menyukai setiap penampilan Hana, dan hal itu membuat Hana sering diundang untuk mengiringi acara - acara penting di restoran itu. Banyak pengusaha kaya yang ingin meminang Hana sebagai menantunya maupun istri keduanya. Karena selain pintar bermain musik, ia juga sangat cantik dan sopan. Sehingga selain telinga para pengusaha yang termanjakan akan permainan piano Hana, mereka juga dapat memanjakan mata mereka dengan menatap tampang ayu Hana yang lembut ketika bermain piano. Tenang tapi juga terlihat gesit ketika dihadapkan dengan piano. "Hana..." Ketika Hana berniat untuk berjalan menuju ruang ganti dan beristirahat, tiba - tiba seorang pria tampan dan terlihat kaya, nampak berlari menghampiri gadis itu. Dengan gerakan pelan, Hana membalikkan tubuhnya menghadap kearah pria itu dan tersenyum sopan. "Ada yang bisa dibantu, Tuan?" Suaranya yang pelan dan lembut seketika membuat pria yang menghampirinya tadi berdegup kencang. Ia merasa bahwa dirinya sedang berhadapan dengan seorang dewi kecantikan yang sangat anggun dan sopan. "A-anu..." Karena degupan jantungnya yang tak kunjung berhenti, membuat pria ini tidak fokus ingin mengatakan apa kepada Hana. Sehingga membuat dirinya sedikit gugup dan gelagapan. "Kalau tidak ada yang ingin dikatakan, saya permisi dulu." Hana merasa cukup lelah hari ini, karena hampir seharian harus duduk di kursi depan piano hanya untuk menghibur para pengunjung. Ia ingin segera pulang dan beristirahat. Namun seketika dihampiri pria ini, yang membuat jam istirahat Hana harus diundur beberapa menit. "Tunggu." Pria ini mencekal pergelangan tangan Hana yang terlihat ingin berbalik meninggalkannya. Sebenarnya pria ini hanya ingin berkenalan dengan Hana, tapi mengapa ia susah sekali mengatakannya? Dengan senyum yang sedikit di paksakan, Hana mencoba meladeni keinginan pria ini. "Ada yang dibutuhkan, Tuan?" Ia bingung akan sikap pria di depannya ini. Ketika ia menawarkan bantuan, tapi pria ini tak kunjung menjawab apa yang diinginkan. Namun, ketika ia hendak pergi, pria ini mencegahnya tanpa mengatakan apa yang dibutuhkannya terhadap Hana. "Aku hanya ingin berkenalan denganmu." Akhirnya pria ini berhasil mengatakan maksud memanggil Hana tadi. Meskipun pria ini tahu nama Hana, tapi Hana tidak tahu namanya. Pria ini hanya ingin Hana tahu tentang keberadaannya di muka bumi. Setidaknya tahu nama dirinya. "Baiklah, Tuan. Perkenalkan nama saya Hana Arkarna. Saya pengiring musik di restoran ini. Jika tidak ada hal yang ingin dibicarakan, saya pamit undur diri." Hana mengucapkannya dengan nada lembut. Lain halnya jika kalimat itu dikatakan orang lain, pasti akan terdengar sama sekali beda. Namun, jika yang mengatakan itu adalah Hana, maka ucapannya itu terdengar sopan dan sangat menghargai lawan bicaranya. "Namaku Adhikara, panggil saja Adhi. Salah satu pengagum setia mu." Ucap pria ini sambil menampilkan senyum manisnya. Bahkan ia terlihat menggoda Hana dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang penggemar Hana yang selama ini mengagumi Hana dari jauh. Kini Hana sudah berada di depannya, dan itu membuat Adhi bahagia. Hana sedikit terkejut karena pertama kalinya terdapat seorang pria yang mengaguminya. Padahal ia tidak berniat untuk memikat lelaki mana pun selama bekerja di restoran ini. Namun sayangnya, ternyata ada seorang pria yang mengagumi dirinya. Yaitu Adhi! Hana menghargai inisiatif Adhi yang ingin menjadi pengagumnya, ia kemudian berkata kembali dengan lembut. "Terima kasih karena telah mengagumi saya. Tapi sebaiknya, anda tidak perlu terlalu jauh terhadap saya. Karena saya sudah bertunangan." Dengan penuh sarkas, Hana mengucapkan kalimat itu dengan suara lembutnya. Meskipun ia tidak suka akan semua ucapan yang dikatakan Adhi, tapi bukan berarti dia harus membentak akan ucapan rayuan Adhi. Ia masih menghargai pria itu dengan mengatakan agar tidak perlu terlalu jauh mengaguminya. Karena memang benar kenyataannya bahwa setelah ini Hana akan bertunangan dengan seseorang. Dan seseorang itu adalah kekasihnya semasa kecil yang selalu dirindukannya dan selalu dicintainya selama ini. Dia adalah Adnan Pranaja, yang sebentar lagi akan ia temui dan melaksanakan perjodohan yang sudah diatur kedua orang tua Adnan dan Hana. Bahkan dirinya tidak sabar untuk segera menjadi milik Adnan seutuhnya. Ia tak pernah menyangka, bahwa ia akan menjalani rumah tangga sungguhan dengan Adnan. Tidak seperti saat mereka kecil dulu, hanya dengan bermain rumah - rumahan kecil dengan Adnan sebagai pangeran dan Hana sebagai putrinya. Dalam hitungan bulan, atau mungkin tahun depan. Adnan akan menjadi suaminya secara resmi. Dan mereka akan bersama - sama menjalani rumah tangga yang bahagia berdua. Senyum Adhi seketika luntur ketika mendengar ucapan Hana. Ia tak menyangka bahwa gadis yang ia sukai telah memiliki tunangan. Namun, ia takkan menyerah sebelum mereka benar - benar menikah. Siapa tahu pertunangan Hana dan kekasihnya itu akan kandas di tengah jalan. Sehingga Adhi bisa masuk diantara mereka dan merenggut Hana dari tunangannya. "Saya hanya mengagumi anda sebatas permainan piano saja. Tidak bermaksud untuk bertindak lebih jauh nona." Dengan seringai licik, Adhi mengatakan kalimat yang penuh dusta itu kepada Hana. Ia ingin membuat Hana malu karena menganggap dirinya layak untuk dikagumi seseorang. "Saya pegang kata - kata Anda, Tuan. Sebaiknya kita akhiri pembicaraan kali ini. Karena saya juga harus beristirahat agar bisa menampilkan permainan piano yang membuat anda kagum itu." Lagi - lagi ucapan Hana walaupun terdengar lembut, tapi juga mengandung sindiran yang cukup keras terhadap Adhi. Perasaan Hana tidak pernah salah akan pria di depannya ini. Ia merasa bahwa apa yang dikatakan Adhi adalah bohong. Kenapa Hana tahu hal itu? Karena dia telah menempuh pendidikannya di bidang psikologi dan meraih gelar sarjananya. Tapi bukan berarti hanya karena jurusannya psikologi, ia dapat meramal seseorang. Dia hanya mempelajari kebiasaan manusia ketika mengekspresikan sesuatu. Seperti contohnya Adhi. Ketika ia mengatakan kalimat bohong itu, sesekali Hana menangkap bola mata Adhi bergerak - gerak gelisah. Di sana lah ia tahu, bahwa pria di depannya tidak pandai dalam hal berbohong. Seketika Adhi bungkam ketika mendengar ucapan Hana. Ia tak menyangka bahwa gadis di depannya ini mampu membalikkan kalimatnya dengan mudah, bahkan disertai sindiran! "Kalau begitu saya permisi." Hana kembali membalikkan tubuhnya meninggalkan Adhi. Tapi sebelumnya ia sedikit membungkukkan tubuhnya sebentar, sebagai salam hormatnya kepada pria di depannya ini. Lagi - lagi Hana membuat Adhi berdecak kagum. Ia tak menyangka ada seorang wanita setangguh Hana, namun disisi lain juga lembut dan sopan. Benar - benar seorang pribadi yang diinginkan banyak pria. Beruntung sekali pria yang menikah dengan Hana nantinya. Atau paling enggak, beruntungnya pria yang telah menjadi tunangannya. Jika seandainya nanti pria itu tidak menghargai Hana, maka Adhi akan maju lebih depan untuk merebut Hana dari tangan pria itu. Tapi untuk saat ini, ia tidak bisa begitu saja merenggut kebahagiaan Hana. Karena mereka baru bertemu dan tidak begitu mengenal satu sama lain. Hana berjalan menuju ruang ganti dan segera mengganti gaunnya dengan baju kesukaannya, yaitu kaos longgar dan rok sebatas lutut yang selalu menjadi andalannya. Meskipun penampilannya ini terlihat seperti gadis desa, tapi Hana nyaman memakainya. Selain nyaman, ia juga memiliki alasan lain mengapa begitu menyukai gaya berpakaian seperti ini. Itu semua karena Adnan yang dulu pernah memujinya. 'Hana!' Panggil Adnan kecil kepada Hana kecil di masa lalu. Anak laki - laki itu terlihat berlari dengan tergesa - gesa menuju gadis kecil yang kini tengah duduk di rerumputan hijau di taman kompleks rumah mereke. Gadis itu terlihat mengagumi para kupu - kupu yang berterbangan kesana - kemari diatas bunga - bunga yang mulai bermekaran indah. 'Kak Adnan.' Gumam Hana ketika melihat sang pujaan hati terlihat berlari menghampirinya. Mereka sudah berteman dan bermain bersama hampir satu tahun, dan itu berhasil menimbulkan benih - benih cinta khas anak - anak diantara Hana dan Adnan. Namun sayangnya, Adnan maupun Hana masih belum yakin untuk menyatakan perasaan mereka. Keduanya terlihat malu - malu setiap kali bermain bersama, maupun setiap teman - temannya mengejek keduanya karena selalu pergi berdua. 'Hana... Hhh... Hhhh...' Adnan terlihat terengah - engah ketika telah sampai di depan Hana. Ia begitu cepat berlari menuju gadis itu, karena begitu merindukan akan sosok gadis cantik yang selalu menemani hari - harinya. 'Kak Adnan kenapa lari - lari?' Tanya Hana kecil ketika melihat Adnan yang terlihat terburu - buru untuk sampai di depan Hana. Padahal Hana tidak berniat pergi kemana - mana. Tanpa menjawab pertanyaan Hana, Adnan berusaha menetralkan napasnya dan mencoba memfokuskan pandangannya pada Hana. Namun, ketika matanya menangkap baju yang dikenakan Hana terlihat berbeda, Adnan segera membulatkan matanya terkejut. 'Hana? Kamu pakai rok?' Tanya Adnan dengan nada terkejut karena untuk pertama kalinya ia melihat gadis pujaannya menggunakan rok longgar sebatas lutut. Biasanya Hana selalu memakai celana pendek ketika bermain bersamanya. Tapi kini? Ia terlihat berbeda 'I-iya...' dengan malu - malu, Hana berusaha menutupi roknya dan menyelipkannya diantara pahanya. Berusaha agar Adnan tidak melihat roknya. Ia malu jika nantinya Adnan akan menertawainya karena rok ini. "I-ibu membelikannya untukku.' Suara Hana terdengar kecil ketika mengatakan kalimat itu. Di dalam hati, ia berharap ibunya tidak lagi membelikan barang - barang seperti ini. Hana takut jika Adnan tidak menyukainya. 'Kamu terlihat cantik Hana.' Ucapan tidak terduga, terlontar dari bibir Adnan. Dan itu membuat Hana yang sedari tadi menunduk malu, segera mendongakkan kepalanya dan menatap Adnan yang sedang menatapnya dengan pandangan memuja. 'Benarkah?" Hana bertanya untuk memastikan apakah benar apa yang dikatakan Adnan itu benar adanya. Jika seandainya perkataan Adnan hanya untuk menghiburnya, maka Hana tidak memerlukannya. 'Tentu saja. Kak Adnan suka! Cocok sekali dikenakan putri Hana.' Adnan mengangguk untuk meyakinkan Hana, bahwa baju itu memang pantas dikenakan olehnya. Bahkan ia memujinya dengan menyebut julukan yang diberikan Adnan kepada Hana. Tak lupa kedua jempol Adnan, ia angkat untuk menguatkan perkataannya tentang pujiannya kepada Hana. "Te-terima kasih, Kak!' Hana terlihat bahagia karena telah dipuji oleh Kakak kesayangannya itu. Selama ini, Adnan tidak pernah membuat Hana sedih dan kecewa. Ia selalu menghibur Hana setiap kali ada anak yang menjahilinya. Bahkan tidak ragu untuk melontarkan pujian - pujian yang terkadang membuat Hana merasa itu semua bohong. Namun, Adnan dengan percaya diri dan penuh keyakinan bahwa apa yang diucapkannya berasal dari hatinya dan sesuai dengan kenyataan. Disana lah Hana mulai jatuh cinta akan sosok Adnan. Ia jatuh cinta karena sikap Adnan yang selalu melindunginya dan menjaganya layaknya seorang kakak. Hana tersenyum ketika melihat sekilas ingatannya tentang masa kecilnya bersama Adnan. Ia seperti kembali ke kejadian beberapa tahun yang lalu, yang membuatnya selalu bahagia ketika bersama dengan Adnan. Hana menatap rok yang ia pegang, lalu kembali tersenyum ketika sekilas ucapan Adnan kembali berputar di tempurung otaknya. Semoga saja Adnannya yang dulu, akan selalu menjadi Adnan yang selalu melindungi dan menjaganya sampai kapan pun. Menjadi sosok suami yang baik dan di banggakan anak - anaknya kelak. Semoga saja.... To Be Continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD