Galau Adegan Paman dan Tante🫦

1020 Words
Beberapa hari setelah persidangan selesai, dengan berat hati rumah kenangan yang sebelumnya ditempati Flora dan Johan terpaksa dijual. Hal ini memang telah diputuskan demi kebaikan bersama. Sudah saatnya, Leon sebagai kakak, mengurus Flora yang sedang sakit keras. Tak hanya Flora, Olivia sang putri angkat secara otomatis turut pindah ke rumah Leon di ibu kota. Sebenarnya, sebagai CEO perusahaan design property cukup mumpuni, Leon bisa saja membiayai keperluan Flora sedari awal perekonomian terguncang imbas kanker yang didera. Namun, Flora sang adik adalah tipikal wanita mandiri yang tak ingin merepotkan siapapun termasuk Leon, kakak kandung berbeda usia dua tahun dengannya. Tinggal berbeda kota dan jam terbang yang sangat sibuk membuat Leon nyaris tidak pernah mengunjungi Flora. Mereka hanya sesekali menanyakan kabar via telekomunikasi tanpa berbincang detail. Leon bahkan tak tahu jika Flora telah mengadopsi anak temannya hampir 5 tahun yang lalu. Puncaknya, Flora yang sudah tak berdaya imbas kanker, memergoki aksi bejad sang suami yang menjual Olivia melalui pesan di ponselnya. Flora langsung meminta pertolongan Leon saat itu juga dan Olivia berhasil diselamatkan. "Selamat datang di rumah sederhanaku," celetuk Leon merendah padahal kediamannya hampir menyerupai Mansion cukup luas nan megah, didominasi warna cat putih klasik modern Eropa. "Kau ini, selalu saja merendah, Kak," balas Flora terkekeh di atas kursi rodanya. Ya, kondisi fisik Flora yang sudah melemah mengharuskannya memakai kursi roda. Woah, aku hanya pernah melihat rumah besar ini di medsos. Sekarang aku melihatnya secara nyata, puji Olivia dalam hati. Sementara itu, netra Olivia sibuk menjelajah setiap sudut tampak depan rumah Leon. "Kau suka, Liv?" tanya Flora yang seketika membuyarkan angan. "Hmm. Aku suka tempat ini, Bu," jawab Olivia seraya mengulas senyum pada Flora dan juga Leon. "Halo, Flo." Sosok wanita bertubuh ramping dengan mengenakan outfit dress elegan muncul dari ambang pintu menyapa dan langsung memeluk Flora. "Maaf jika aku tidak bisa ikut bersama Leon menjemputmu. Jadwal mengajar ku sungguh padat," lanjutnya penuh sesal. Siapa dia? Dia sangat cantik. Diam-diam Olivia memperhatikan gelagat wanita yang berinteraksi dengan Flora. "Hai, kau pasti Olivia?" terka sang wanita yang kini menyapa Olivia—yang berdiri tepat di sebelah Flora. "Uhm ... ya. Dan kau—" Belum selesai Olivia menjawab, sambaran tangan kekar Leon melingkar di bahu wanita dewasa yang terlihat anggun itu. Aksi Leon cukup mengejutkan Olivia. "Kenalkan, Liv. Ini adalah Kamila Smith, istriku sekaligus tantemu." Jika boleh jujur, hati yang tadinya antusias seketika berubah muram seratus delapan puluh derajat. Sensasi hati yang tersengat kini dialami gadis jelita berambut gelombang sebatas tulang belikat itu. Sang ibu sambung memang sudah menginformasikan sekilas bahwa mereka akan pindah ke kediaman Leon dimana istri sang CEO juga tinggal di sana. Namun, Olivia hampir lupa bagian ini. Rasa kagum terhadap penampilan cantik nan elegan Kamila seketika sirna, berubah menjadi sepercik api cemburu. "Namaku Olivia," sahut Olivia datar. "Paman, bisakah tunjukkan ruangan yang akan menjadi kamarku. Aku sedikit lelah," tandas Olivia kepada Leon yang sebenarnya ingin menghindar karena tak suka melihat interaksi mesra Leon dan Kamila. "Uhm ... tentu." Olivia pun melenggang dari hadapan Flora dan Kamila setelah pamitan singkat. Tak lama Leon mengekori sang keponakan sambung, meninggalkan Kamila yang cukup tertohok imbas sikap datar Olivia. Ini perasaanku saja atau Olivia memang kurang menyukaiku? Tak lama, tangan Flora menyambar lengan Kamila. "Tolong, jangan diambil hati perilaku Liv saat ini, Kam. Dia sebenarnya gadis yang baik. Hanya saja tragedi telah merenggut kebahagiaannya. Olivia hampir tak memiliki kepercayaan lagi terhadap orang sekitar. Jika bukan Leon yang memutus rantai tragedi memilukan itu, mungkin gadis itu akan lebih dalam jatuh ke lubang gelap trauma. Beri dia waktu, Kam." "Ah, iya. Aku akan membantu Kau dan Leon mengembalikan kepercayaan diri Olivia lagi." Beruntung penjelasan Flora dapat sedikit mengatasi kegalauan hati Kamila. Sang ipar lantas membantu mendorong kursi roda Flora ke dalam Mansion. Beberapa jam kemudian tak terasa malam sudah menjelang, sisa hari pertama setelah pindahan Olivia habiskan dengan merenung di dalam kamar. Ia masih tak percaya kemalangan nasibnya sudah berakhir. Meski begitu, sebagai remaja yang sedang menuju fase dewasa, Olivia belum memikirkan rencana melanjutkan hidup masa depan. Tadinya, Olivia memiliki niat akan meninggalkan keluarga Dereck yang telah mengurusnya setelah kematian kedua orang tua untuk memulai hidup mandiri. Namun, sosok sang paman yang menyelamatkan dirinya sukses membuat galau dan mengurungkan niatan Olivia pergi. Terlebih, hati Olivia kerap resah kala mengingat interaksi terakhir keduanya yang hampir menjurus ke batas kedekatan dengan makna berbeda. Telapak tangan sang paman yang sengaja Olivia sapukan ke area wajah dan hampir mengenai bibirnya sangat berkesan hingga detik ini. Jantungnya seketika berdegup kencang saat momen mengesankan itu kembali singgah. Hingga tengah malam, Olivia yang belum bisa tertidur memutuskan mencari udara segar untuk sekadar mendinginkan kepala ke area kolam renang. Syukur-syukur, Olivia berharap bisa bertemu dengan Leon. Namun, harapan gadis manis itu harus sirna kala melihat adegan tak terduga dari balik celah kecil pintu sebuah ruangan yang baru saja ia lewati. "AHHH ...." Des*han nikmat menguar bergantian dari kedua insan di tengah olahraga panas yang sedang berlangsung. Kedua netra Olivia sontak membulat sempurna kala mengetahui pasangan yang sedang asyik bercinta tanpa mengenakan sehelai benang adalah paman dan tantenya. Entah mengapa mereka memilih ruangan yang jelas bukan berbentuk kamar tidur untuk melakukan hubungan badan. Sontak, Olivia meremat erat ujung baju karena hatinya dongkol karena cemburu melihat adegan tersebut. Hasrat liarnya bahkan merajai akal sehat yakni berharap berada di posisi bawah tubuh perkasa Leon menggantikan sang tante. Tak tahan menyaksikan adegan tubuh Leon yang masih menggagahi sang tante dengan penuh bir*hi, Olivia lantas memutuskan berlalu pergi. "Oh, Kamila ... aku sangat merindukanmu," rintih nikmat Leon dengan gelagat segera mencapai klimaks. "Jangan di dalam, Sayang. Aku belum mengkonsumsi pil lagi," cegah Kamila di tengah sesi malam itu. Seutas raut kecewa sempat tergambar jelas di wajah Leon. Namun, bi*ahinya harus segera tersampaikan sekarang. Jutaan cairan sp**ma terpaksa Leon semburkan di luar karena menghormati keinginan istrinya. Sejujurnya, Leon cukup kecewa. Sebagai suami yang telah menikahi wanita pujaannya tiga tahun yang lalu, Kamila masih saja menunda memiliki momongan dengan alasan pekerjaan dan juga mengejar cita-cita program kuliah S3. Kamila merupakan Dosen psikologi di sebuah Universitas Swasta ternama dan menjadi seorang dosen adalah impiannya sejak lama. Sampai kapan kau akan menundanya, Kam? Aku ingin sekali mendengar tawa buah hati kita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD