Di rumah sakit. “Tuan, saya baru saja menerima kabar bahwa para pemegang saham sedang gaduh,” bisik Tedy, setengah menunduk di samping kursi Vasko yang tengah duduk diam menjaga ayahnya yang masih terbaring lemah. Vasko mengerjap pelan. Pandangannya tadi menatap kosong ke alat-alat medis yang terus berdetik dan berdengung, tapi sekarang berubah tajam. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras. Ia tidak mengucap sepatah kata pun untuk sesaat, hanya menghela napas perlahan—berusaha tetap tenang, seperti yang selalu ia lakukan. Namun hatinya tak benar-benar tenang. Saat satu luka belum sembuh, badai baru datang menyapu. “Aku harus ke kantor,” ucapnya akhirnya, datar namun dalam. Tedy menelan ludah, lalu menambahkan dengan suara lebih hati-hati, “Tapi, Tuan... saya juga baru saja menerima kab