BAB 6 JAMES WINSTON

816 Words
Perawakan Lord Winston yang ramping tapi berisi jelas menunjukkan jika pemuda itu menyukai kegiatan fisik. Alex yakin setelan tuksedo yang menempel sempurna ditubuhnya pun pasti di jahit oleh rumah mode ternama, nampak licin dan berkelas. Bagai mahluk sempurna tanpa celah segala hal dalam dirinya memang mencerminkan sikap dan kualitas yang baik sebagai bangsawan muda terhormat, tiba-tiba Alex merasa sangat konyol jika harus di sandingkan dengan mahluk seperti itu, jelas begitu mencolok ketimpangan di antara mereka. Mungkin bibi Marry benar, terlalu banyak yang harus dibenahi jika Alex ingin diterima dalam pergaulan masyarakat London. Selain tampan James Winston juga sangat pandai membawa diri. "Bisa kita mulai dansanya My Lady." Seperti baru di bangunkan dari mimpi buruk, Alex sempat mengerjap dari keterkejutannya, betapa kegugupanya hanya akan semakin menggelikan dan gadis muda itu mulai merona. James menarik lembut gadis itu lebih dekat padanya untuk memulai dansa. "Jangan terlalu tegang, Anda bisa sedikit santai My Lady," saran Lord mida itu saat memulai langkah pertamanya menarik Lady Alexsa bergerak mengimbangi langkahnya. Alex berusaha mengikuti semua sarannya saat berulang kali James seperti sengaja berbisik begitu dekat di telinganya, Alex merasa harus lebih berkonsentrasi memperhatikan langkahnya di banding harus menanggapi godaan yang coba di tawarkan Lord muda itu, dan Alex sudah mulai pening. "Lady Alexsa bisakah Anda tidak terlalu khawatir akan menginjak ujung sepatuku," bisik sang Earl untuk mengusir ketegangan Alex yang begitu kaku, dan sepertinya James memang sangat menikmati  ketika akhirnya senyum itu pecah dari ujung bibir sang Lady. Alex memiliki bibir penuh yang terlalu menggoda untuk di abaikan apalagi dengan kombinasi tawa alaminya yang bisa sangat sembrono untuk mengundang hasrat seorang pria.  James tergoda untuk mendekatkan wajahnya saat kembali berbisik, "Anda boleh tertawa sesering mungkin Lady." Alex sadar jika tertawa bukanlah tindakan yang sopan, karena seharusnya seorang Lady cukup hanya dengan tersenyum. "Maaf, " bisik Alex merasa malu. Mungkin akan sedikit tidak sopan menurut Bibinya,  tapi James terlalu cerdik untuk mencuri kesempatan, Alex merasakan nafas pria itu menyapu daun telinganya yang meremang. Gadis itu segera mendongak dan kembali menemukan sepasang Netra biru sang Earl yang kembali menjebaknya.  "Aku sama sekali tidak keberatan, Lady Alexsa," balas James. "Alex, panggil saja aku Alex," gugup  Alex yang ternyata hanya berharap namanya tak terlalu merepotkan untuk di sebut seperti itu. "Sepertinya ,pilihan yang agak maskulin untuk seorang gadis yang lahir di Inggris." "Apa itu buruk ?" "Tidak, sepertinya aku juga menyukainya," James menyukai gadis yang berani dan terus terang, itulah kenapa mereka bisa begitu mudah menemukan kecocokan dalam obrolan mereka selanjutnya. "Terimakasih James kau orang pertama yang mengatakannya beberapa minggu ini," Alex sampai hampir memutar bola matanya karenanya.  Orang-orang di estate keluarganya memang sering menggunakan nama itu, itu lah kenapa Alex hampir bosan mendengar bibinya selalu memperkenalkan ke semua orang dengan panggilan aneh yang bahkan kedua orang tuanya pun tidak akan pernah cukup berani melakukannya. James menarik pinggang Alex lebih dekat saat mereka sampai pertengahan dansa. "Apa kah harus sedekat ini," protes Alex yang jelas agak enggan mengingat mereka baru bertemu beberapa menit lalu, entahlah mungkin Alex hanya tidak terbiasa bersama orang asing.  "Mungkin akan ada yang ingin lebih dekat lagi dari ini di pesta dansa Anda nanti." "Oh!"pekik Alex. "Percayalah bahkan mereka akan rela saling membunuh untuk bisa berada di posisiku sekarang," dan James tersenyum jahil. "Ah, ternyata Anda hanya menggodaku Lord Winston," tepis Alex, dan ada kelegaan saat mengetahui Lord muda itu hanya seorang perayu. "Aku serius My Lady, bahkan tiba-tiba aku berharap bisa ikut berada di sana." Dahi Alex berkerut saat berpikir, "Apa Anda juga akan ada di pesta? " James hanya menggeleng ringan dengan sedikit senyum tersungging masam di ujung bibir penuhnya, "sayang sekali aku tak seberuntung itu," James kembali mengecup punggung tangan Alex saat tiba-tiba dansa sudah berakhir. James menatap sepasang netra biru Alex yang tak bergeming,"Apa Anda berharap aku ada di sana? " Alex sempat mengerjap oleh pertanyaan tak terduga itu, "Oh tidak, maksudku akan jauh lebih baik jika ada beberapa orang yang sudah kukenal." "Percayalah bibi Anda akan membantu menemukan pergaulan terbaik untuk Anda Lady." "Aku tidak yakin," Alex ingat beberapa gadis yang di undang bibinya kerumah saat hari berkunjung dan mereka semua hampir membuat Alex mati karena bosan. James adalah orang pertama yang bisa membuatnya nyaman sejak kedatangannya di rumah Harrington. "Apa yang kau pikirkan? " Alex terkejut entah berapa lama sepertinya dia sudah sibuk dengan pikirannya sendiri. "Maaf saya tidak bermaksud mengabaikan Anda My Lord." "James," protes bangsawan muda itu. "Ok, James,"dan mereka kembali menertawakan nya. "Sepertinya Bibi harus terpaksa memisahkan kalian berdua," sela sang bibi ketika bangkit dari tempat duduknya. "Tunggu sebentar lagi, Bibi," keluh James menggoda bibinya. "Cukup anak muda, sebentar lagi kelas minum teh untuk Lady Alexsa, kau bisa datang ke pesta dansa jika masih ingin berdansa dengan keponakanku." "Oh Bibi, Anda tau aku tidak punya waktu sebanyak itu." "Kalau begitu kau boleh bergabung di meja teh kami," tawar sang bibi, dan James menyambut uluran tangan bibinya untuk membawanya ke meja untuk minum teh.                            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD