Pak Shendy melongok ke dalam kamar karena tidak menemukan siapa-siapa semenjak melintasi halaman rumah hingga ke ruang tengah. Ia meletakkan tas laptopnya begitu saja diatas kursi yang diletakkan tepat di depan kamarnya. Harum aroma shampoo yang segar menguar, menerpa indra penciuman pak Shendy, seiring bunyi suara alat pengering rambut yang mereda. “Bu,” sapa pak Shendy. Yang dipanggil memalingkan wajah ke arah pintu kamar. Senyum tipis bu Sabrina mengembang, walau terbersit sedikit sesal sebab dia tidak membukakan pintu pagar untuk sang suami sore ini. Itu sudah menjadi semacam bukti kecil akan pengabdiannya kepada sang suami, yang telah dihafalnya perkiraan jam pulangnya. Sayangnya, hari ini sang suami p

