Bab 07. Perhatian

1034 Words
Helena menatap pada Justin yang baru pulang. Pria itu membawa sebuah makanan dari salah satu restoran cepat saji yang menyajikan makanan yang enak. Dengan gesit tangan Helena mengambil makanan itu membawanya menuju meja makan dan membuka bungkusnya dan langsung memakannya. Justin yang melihat Helena makan dengan lahap, mengulum senyumnya dan mengusap bibir Helena lembut. Dia tadi memang sengaja mampir untuk membeli makanan untuk Helena, agar gadis itu semakin yakin dengan dirinya yang perhatian pada gadis itu. Justin duduk di depan Helena, dan menatap makanan di atas meja. Dia mengambil satu potong ayam goreng dan memakannya. Rasanya memang sangat enak sekali, namun makanan cepat saji seperti ini tidak boleh dimakan dengan sering-sering karena tidak sehat untuk badan, dan dirinya meminum minuman soda yang dibeli oleh dirinya tadi. Dan meminumnya sekali teguk. Helena yang melihat Justin yang meminum minuman itu langsung tersenyum, dan dia ikut minum minuman bersoda yang diblei oleh Justin. Dirinya merasa sangat senang mencicipi makanan ini, dulu dirinya membatasi membeli karena uangnya dia gunakan untuk membeli sesuatu yang lebih penting dan tidak mau membeli makanan yang lumayan mahal untuk kantongnya. “Kau kelihatan senang sekali memakan makanan ini? kalau kau suka dengan makanan ini, aku akan membelikanmu makanan ini terus,” ucap Justin. Helena menggeleng,. “Tidak bisa. Makanan cepat saji tidak boleh dikonsumsi setiap harinya, yang tidak sehat untuk kesehatan,” kata Helena, menyudahi acara makannnya. Dan dia mengusap perutnya yang sudah lumayan kenyang. “Kalau kau mau sekali dalam tiga hari, aku tidak masalah. Aku akan membelikan dirimu, dan membuat dirimu senang tentunya,” ucap Justin. Helena tersenyum. Dia tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini dari seorang pria ataupun orang lain. Dirinya merasa senang dengan perhatian yang diberikan oleh Justin pada dirinya sekarang. Helena segera merubah ekspresi wajahnya, tidak mau membuat Justin merasa senang dengan melihat dirinya yang sudah mulai luluh dengan ulah Justin. “Kau lebih baik mandi sekarang, dan jangan langsung makan seperti sekarang,” ucap Helena, diangguki oleh Justin dan berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Helena yang menatap kepergian Justin, memegang dadanya dan merasa dadanya berdebar dengan apa yang dilakukan oleh Justin beberapa saat yang lalu. Dan sudah seminggu dirinya berada di sini, dan dia merasa sangat senang tinggal di sini. Dirinya tidak memikirkan pekerjaan dan hal yang akan membuat hidupnya susah. Helena berdiri dari tempat duduknya dan membereskan makanan yang ada di atas meja, dan membuangnya di tong sampah. Dirinya membuat kopi untuk Justin, dan melihat Justin yang sudah selesai mandi dan berjalan kembali ke kursi meja makan, dan duduk di sana. Justin menatap pada Helena, yang meletakkan segelas kopi di depan dirinya. Justin meminum kopi buatan Helena. Dan rasanya sangat enak, dan ini akan menjadi favorit untuk dirinya. Dia menatap pada Helena yang duduk di depannya. “Kau tidak mau melanjutkan pendidikanmu? Aku akan membiayai pendidikanmu kalau kau mau melanjutkannya,” ucap Justin. Dia tidak mau Helena memikirkan pekerjaan, dan bisa memikirkan pendidikannya. Helena yang mendengarnya menatap Justin dengan tatapan berbinarnya. “Apakah boleh?” tanya Helena, dia memang sungguh ingin melanjkutkan pendidikannya. Dia tidak memiliki uang untuk melanjutkan pendidikannya. Justin tertawa kecil mendengarnya. “Tentu saja boleh. Kau mau kuliah dimana? Aku akan memasukkan dirimu ke universitas yang kau inginkan,” ucap Justin, yang membuat Helena mengangguk, dan mulai mengeluarkan ponsel yang diberikan oleh Justin pada dirinya. Dan mencari universitas mana yang diinginkan oleh dirinya. Dan dia menemukan salah satu universitas yang membuat dirinya sangat ingin masuk ke sini. Helena melihatkannya pada Justin. Justin yang melihat itu mengangguk, dan dia mengambil ponselnya dan mulai menghubungi orang suruhannya. Dan mengatakan untuk mendaftarkan Helena ke universitas yang diinginkan oleh gadis itu. “Kau tinggal menunggu, semuanya sudah diurus. Dan jangan mencoba untuk bekerja lagi Helena. Aku tidak mau kau bekerja, dan tetaplah seperti ini. Semua biaya hidupmu aku yang menangung,” kata Justin, membuat Helena mengangguk. “Terima kasih. Aku tidak akan bekerja, dan menuruti apa yang kau katakan,” ucapnya, dan berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Justin, dan memeluk Justin dengan senangnya dan tidak lupa memberikan sebuah kecupan di pipi Justin. Justin yang mendapatkan sebuah kecupan dari Helena langsung tersenyum, dan tidak menyangka kalau Helena akan mencium dirinya. Dia menarik tangan Helena, dan membawa Helena untuk duduk di atas pangkuannya. Helena terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Justin pada dirinya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Helena. Justin yang mengingat perkataan Helena, untuk tidak menyentuh gadis itu. Langsung melepaskan tangannya di pinggang Helena. Dia sungguh merasa bersalah, padahal dirinya hanya ingin mencium Helena, dan memberikan ucapan terima kasih. “Maaf,” ucap Justin meminta maaf. Helena yang mendengarnya tersenyum. Lalu mengalungkan tangannya di leher Justin, kemudian menggeleng. Justin terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Helena, apalagi ketika Helena memajukan wajahnya dan menaruh bibir gadis itu di atas bibir Justin. Helena mencoba untuk melumat bibir Justin, dan pria itu tersenyum dan memegang tengkuk Helena. Dan dia melumat bibir Helena dengan penuh gairahnya. Dia sudah tidak akan membiarkan Helena pergi dengan mudah dari dirinya. Helena yang merasa napasnya sudah habis, segera melepaskan ciumannya pada Justin. Dan menghirup udara sebanyak mungkin. Justin yang melihat itu tersenyum, dan mengusap sudut bibir Helena. Ini baru seminggu dirinya bersama Helena, dan belum sebulan atau dua bulan. Bisa saja Helena menerima dirinya cepat dan menikah dengan dirinya. “Kau sudah mulai menerima diriku?” tanyanya dengan senyuman manis. Helena yang mendengarnya mengangguk, dia memang sudah mulai menerima Justin di dalam hidupnya. Kalaupun dia mencoba untuk kabur dari sini dan pergi dari Justin. Tidak akan bisa, Justin pasti akan dapat dirinya kembali. Dan membawanya ke mansion ini. “Ya. Terus kau mau aku tidak menerima dirimu?” tanya Helena jenaka. Justin yang mendengarnya menggeleng. Dia mau Helena menerima dirinya, dan tidak mau gadis itu menolak dirinya. Membuat dia akan kehilangan Helena. “Terus kapan kita menikah?” tanya Justin. Helena yang mendengarnya tertawa kecil. “Jangan buru-buru. Aku tidak mau nikah dalam waktu dekat, dan tunggulah dulu. Bersabar, dan kalau sudah waktunya nanti aku akan menikah denganmum,” jawab Helena mengusap pipi Justin, dan turun dari pangkuan pria itu. Justin mengecup pipi Helena sebelum gadis itu beranjak darinya dengan senyuman manisnya. Justin semakin terkekeh kecil, melihat Helena yang melambaikan tangan padanya dan gadis itu pergi ke dalam kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD