BAB 23

830 Words

Beberapa menit kemudian, ia sudah duduk di cafe bersama Raka. Dea menatap Raka, sepertinya bulu-bulu halus dipermukaan rahangnya semakin terlihat, justru membuat wajahnya semakin tampan. Dea meraih cangkir berisi teh melati dan disesapnya lalu di letakkanya kembali. "Bagaimana persiapan pernikahan kamu?" Tanya Raka. "Lancar" ucap Dea dan tersenyum. "Selamat, semoga bahagia". "Iya terima kasih" Raka kembali menatap Dea. "Mama ingin bertemu kamu" Raka kembali berucap. "Iya nanti kalau ada waktu saya akan sempatkan kesana". "Terima kasih". Dea melirik Raka, keduanya kembali hening sayu dalam hati. Hanya tatapan mata yang mampu berucap. Raka tahu ia sudah seharusnya mundur teratur. Kali ini ia hanya ingin duduk diam menatap Dea, duduk diam seperti ini, tanpa kata, sudah membuatnya nyam

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD