66 - End

1334 Words

“Mas, boleh aku ke makam kedua orang tuaku?” tanya Nayara lirih, matanya menatap manik hitam legam milik Adiraja—mata yang selama ini dianggapnya hanya memantulkan kegelapan, namun belakangan justru menjadi tempatnya mencari kehangatan dan perlindungan. Sisi lain Adiraja yang Nayara tau. Jari-jari besar Adiraja tak berhenti menyusuri surai lembut istrinya yang tergerai di d**a telanjangnya. Gerakan itu lembut… membiarkan istrinya terbuai akan sentuhan lembut darinya. Hanya darinya. “Kapan kamu mau ke sana?” tanyanya pelan, suaranya dalam dan berat, tapi tanpa tekanan. “Besok… boleh?” Adiraja mengangguk ringan. “Boleh,” ucapnya seraya menarik helaan napas panjang. “Tapi setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, ya.” Nayara sontak bangkit dari rebahannya, menyangga tubuhnya dengan kedua l

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD