33

1148 Words

Langit Surabaya mulai gelap, lampu-lampu kota menyala, dan suasana pusat kota dipenuhi suara kendaraan yang berseliweran. Di balik kemudi mobil sport-nya, Virendra Satya Wijaya menatap layar ponselnya untuk ke sekian kalinya. Jemarinya sudah terlalu sering menyentuh ikon kontak bernama Nayara. Tapi tetap tak ada balasan. Tidak satu pun. Tadi pagi, Nayara pamit dengan alasan mendadak—ada rapat dengan Adiraja. Dan sejak saat itu… hening. Tak ada pesan. Tak ada panggilan balik. Viren menghela napas berat dan menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. “Apa kau baik-baik saja, Nay?” gumamnya lirih. Ia menekan tombol panggilan lagi. Untuk keempat kalinya sore ini. Nada sambung terdengar… lalu terputus. Lagi. Ia mengetik pesan singkat, lalu menghapusnya. Mengetik lagi. Menghapus lagi. Sepert

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD